Dan kedua, saat menceritakan pertemuan antara Maryam dan St
Elizabeth, “Dan, Elizabeth telah terpenuhi dengan the Holy Ghost (Roh Kudus),
dan dia telah berbicara dengan suara yang keras dan berkata beliau, ‘Telah
dimuliakan kamu di kalangan perempuan dan telah dimuliakan buah dari rahim
kamu’.” (Luke [1]:41-42).
Dalam tradisi Kristen, Maria sudah dipenuhi dengan berkah
Tuhan (“God’s Grace”), tidak ada lagi ruang untuk diisikan dengan dosa.
Maria adalah holiness (kesucian). Maria adalah kemurnian
(the purity), kecantikan (the beauty), kebaikan (the goodness), dan kerendahan
hati (the humility). Maria adalah substansi kosmis dan sekaligus gambaran
mikrokosmis.
Dalam Alquran, pengakuan akan kesucian Maryam juga ditemukan
di sejumlah ayat, antara lain, “Maryam berkata, ‘Bagaimana akan ada bagiku
seorang anak laki-laki sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan
aku bukan (pula) seorang pezina!
Jibril berkata, ‘Demikianlah. Tuhanmu berfirman, ‘Hal itu
adalah mudah bagi-Ku dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia
dan sebagai rahmat dari Kami, dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah
diputuskan.” (QS Maryam [19]: 20-21).
Hanya, dalam tradisi intelektual Islam, Maryam belum banyak
dibahas dan dianalisis secara tuntas dan mendalam sebagaimana halnya dalam
tradisi intelektual Kristen.
Tetapi, ini tidak berarti keberadaan Maryam tertutup
kemungkinan untuk didalami. Banyak ayat dalam beberapa surah dalam Alquran yang
berbicara tentang Maryam.
Sekiranya dilakukan metode tematik (maudhu’i) tentang siapa
sesungguhnya Maryam, maka tidak tertutup kemungkinan kita akan memperoleh
pemahaman mendalam tentang Maryam.
Setidaknya, beberapa kriteria kenabian sudah dimiliki
Maryam. Artikel berikutnya kita akan membahas, “Apakah Maryam Seorang
Nabiyyah?” Simak uraiannya pada edisi mendatang.
0 komentar:
Posting Komentar