Menyingkap Misteri Maryam (3)



Dalam literatur kekristenan dijelaskan bahwa perempuan yang dimaksudkan di sini adalah Hawa yang telah tergoda dengan ular atau setan tersebut, dan akhirnya telah melanggar perintah Tuhan.

Ayat-ayat dalam Alkitab di atas cenderung memojokkan agama Kristen di mata kaum feminis, namun kaum feminis juga paham bahwa agama dan produk nilai-nilai kepercayaan luhur tidak selamanya saling menguntungkan dengan tidak mengindahkan sertifikat.

Wacana Hawa-Maryam seperti ini mengingatkan kita pada konsep Maya dalam perspektif agama Hindu yang dilukiskan sebagai “Divine Principle” yang berakar dari ketidakterbatasan Tuhan. Ia adalah “penyebab” Esensi Ilahiyah memancar keluar dari Diri-Nya ke dalam manifestasi. Maya adalah Hawa dan juga sekaligus Maryam.

Ia merupakan simbol perempuan penggoda (seductive) tetapi sekaligus dan perempuan membebaskan (pneumatic). Ia ”descendent” (an-nuzuli) tetapi sekaligus “ascendant” (al-su’udi). Ia mengasingkan (al-fariq) tetapi sekaligus menyatukan kembali (al-jam’).

Ia menghijab agar bisa berjuang memanifestasikan segala potensialitas Kebaikan Agung (the Supreme Good), tetapi juga menyingkapkan-Nya, agar ia memanifestasikan kebaikan yang lebih baik.

Berbagai akibat yang lahir dan muncul dari dosa Hawa, akan tetapi kesucian dan kemuliaan Maryam secara total akan menghapuskan dosa Hawa. Hawa dalam sudut pandang seperti ini, eksistensi dan puncak keilahian, tidak akan ada ambiguitas lagi, dan kejahatan (evil) akan menjadi terhapus“.

Pada puncaknya, apa pun selain dari al-Asl al-Ilahi (the Divine Principle) hanyalah “penampilan”; hanya Al-Haq yang benar-benar riil, dan maka itu Hawa secara tak terbatas telah dimaafkan dan mendapat kemenangan dalam Maryam.

Hubungan antara dua aspek feminin ini tidak hanya sebuah hubungan resiprokal di mana dosa Hawa dalam konteks proyeksi kosmogonis untuk bergerak ke arah ketiadaan yang menyebabkan Maya terlihat ambigu, tetapi ambiguitas ini adalah relatif. Ia sama sekali jauh dari kesimetrisan, keadaan ini tidak akan mengotori Maryam. Bahkan, Maryam akan secara total menghapuskan dosa Hawa.

Dalam Islam tidak dirinci secara eksplisit fungsi dan peran Hawa dan Maryam. Kita hanya menemukan dalam Alquran bahwa Hawa adalah figur personal yang lahir dari badan Adam tanpa ibu.

Sedangkan Maryam adalah figur personal yang lahir dari pasangan lengkap ayah dan ibu lalu ia melahirkan seorang putra (Nabi Isa AS) yang hanya punya ibu tanpa bapak. Contoh-contoh ini tentu ada hikmahnya dalam dunia kemanusiaan.

Related Posts:

  • Benarkah Maryam Seorang Nabiyyah? (5) Namun, opsi pandangan ini bisa disanggah. Kata al-rijal di dalam Alquran tidak selamanya berarti laki-laki secara biologis. Kata al-rijal bisa juga berarti gender maskulin (QS Al-Baqarah [2]: 282), orang tanpa membedak… Read More
  • Menyingkap Misteri Maryam (2) Akibat kekeliruan dilakukan Hawa/Maria maka kaum perempuan dinyatakan menanggung 10 macam kutukan, yaitu:     Perempuan mengalami siklus menstruasi, yang sebelumnya Hawa tidak pernah mengalaminya di su… Read More
  • Menyingkap Misteri Maryam (1) Dalam literatur Islam, baik klasik maupun kontemporer, misteri Maryam masih sangat langka dibahas. Kitab-kitab Tafsir pun jarang menyingkap lebih jauh siapa sesungguhnya Maryam. Padahal, di dalam Alquran, Maryam dija… Read More
  • Benarkah Maryam Seorang Nabiyyah? (6-habis) Penampakan Ibnu Arabi (638H/1240) mempunyai pengalaman rohani yang memandang perempuan lebih berpotensi untuk melakukan penampakan (tajalli/experience of teophany). Hal ini bisa kita lihat di dalam artikel-artikel terda… Read More
  • Benarkah Maryam Seorang Nabiyyah? (4) Paruh kedua abad 4 H/10 M, Abu Bakar Muhammad bin Mawhab Al-Tujibi Al-Qabri (406 H/1015 M) seorang ulama besar di Andalusia, Spanyol, pernah mengeluarkan pernyataan kontroversial: perempuan boleh menjadi seorang nabi. Bahka… Read More

0 komentar:

Posting Komentar