Menyingkap Misteri Maryam (6)



Kajian tematik (maudhu’i) tentang siapa sesungguhnya Maryam akan menguak pemahaman tentang hakikat Maryam. Setidaknya, beberapa kriteria kenabian sudah dimiliki Maryam.

Maria juga dilukiskan sebagai spouse of the Holy Spirit (pasangan Roh Ku dus) dan coredemptress (naik ke surga). Maryam ipso facto diidentifikasikan dengan the divine Sophia.

Ini wajar karena bagaimana mungkin Maria bisa menjadi lokus inkarnasi jika ia sendiri tidak memiliki wisdom yang akan diinkarnasi.

Syekh Isa mengisyaratkan bahwa Maria terlihat sangat Ilahi. Ia mengidentifikasikan beliau dengan uncreated wisdom yang sepertinya telah menghilangkan kemanusiaan beliau.

Kaum Kristiani harus hati-hati di sini karena mengilahikan Maria akan menimbulkan problem konseptual lebih lanjut. Kaum Kristiani tetap menekankan aspek kemanusiaan Maria yang kemudian menjadi lokus untuk inkarnasi Kristus.

Dengan menekankan aspek kemanusiaan Maria maka ia benar-benar meluarbiasakan Kristus. Maria berada pada posisi Sophia atau Logos yang mengikarnasi.

Dengan tetap menjadi manusia biasa, Maria sama sekali tidak bertentangan dengan keilahian (divinity). Malah dengan demikian, Maria bisa mengisyaratkan diri sebagai perempuan yang salehah, kemudian mendapatkan kekhususan dari Tuhan.

Maria seperti sengaja menutup dirinya sendiri yang penuh dengan misteri demi mengemban misi sejati Kristus. Dia tidak perlu dikenal dan populer, lalu mendekonsentrasikan perhatian umat kepadanya, tidak pada Kristus. Inilah divine femininity (feminitas Ilahi) yang ditampilkan Bunda Maria.

Namun, mereka juga seringkali mereferensi kepada St Luke, ada dua isyarat yang sangat penting tentang hakikat Maryam (haqiqat Maryamiyyah).

Pertama, dalam keterangan the Annunciation (pemberitaan): “Dan, malaikat datang kepadanya dan berkata, ‘Ketahuilah, kamu sangat disenangi, Tuhan bersama dengan kamu, kamu telah dimuliakan (atau diberkahi) di kalangan perempuan’.” (Luke [1]: 28).

0 komentar:

Posting Komentar