Kajian tematik (maudhu’i) tentang siapa sesungguhnya Maryam
akan menguak pemahaman tentang hakikat Maryam. Setidaknya, beberapa kriteria
kenabian sudah dimiliki Maryam.
Maria juga dilukiskan sebagai spouse of the Holy Spirit
(pasangan Roh Ku dus) dan coredemptress (naik ke surga). Maryam ipso facto
diidentifikasikan dengan the divine Sophia.
Ini wajar karena bagaimana mungkin Maria bisa menjadi lokus
inkarnasi jika ia sendiri tidak memiliki wisdom yang akan diinkarnasi.
Syekh Isa mengisyaratkan bahwa Maria terlihat sangat Ilahi.
Ia mengidentifikasikan beliau dengan uncreated wisdom yang sepertinya telah
menghilangkan kemanusiaan beliau.
Kaum Kristiani harus hati-hati di sini karena mengilahikan
Maria akan menimbulkan problem konseptual lebih lanjut. Kaum Kristiani tetap
menekankan aspek kemanusiaan Maria yang kemudian menjadi lokus untuk inkarnasi
Kristus.
Dengan menekankan aspek kemanusiaan Maria maka ia
benar-benar meluarbiasakan Kristus. Maria berada pada posisi Sophia atau Logos
yang mengikarnasi.
Dengan tetap menjadi manusia biasa, Maria sama sekali tidak
bertentangan dengan keilahian (divinity). Malah dengan demikian, Maria bisa
mengisyaratkan diri sebagai perempuan yang salehah, kemudian mendapatkan
kekhususan dari Tuhan.
Maria seperti sengaja menutup dirinya sendiri yang penuh
dengan misteri demi mengemban misi sejati Kristus. Dia tidak perlu dikenal dan
populer, lalu mendekonsentrasikan perhatian umat kepadanya, tidak pada Kristus.
Inilah divine femininity (feminitas Ilahi) yang ditampilkan Bunda Maria.
Namun, mereka juga seringkali mereferensi kepada St Luke,
ada dua isyarat yang sangat penting tentang hakikat Maryam (haqiqat
Maryamiyyah).
Pertama, dalam keterangan the Annunciation (pemberitaan):
“Dan, malaikat datang kepadanya dan berkata, ‘Ketahuilah, kamu sangat disenangi,
Tuhan bersama dengan kamu, kamu telah dimuliakan (atau diberkahi) di kalangan
perempuan’.” (Luke [1]: 28).
0 komentar:
Posting Komentar