Aksiologi Puasa



Aksiologi adalah cabang filsafat tentang nilai, di dalamnya membicarakan kajian tentang hakikat nilai-nilai, yaitu 1) kajian nilai benar dan salah yang dikembangkan dalam logika, 2) kajian nilai baik dan jahat yang dikembangkan dalam etika dan 3) kajian nilai indah dan buruk yang dikembangkan dalam estetika. Salah satu sumber nilai-nilai yang tak pernah kering adalah agama, karena agama yang diyakini umatnya sebagai ajaran tentang nilai-nilai yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, dan merupakan pedoman hidup dan petunjuk bagi kehidupan manusia. Alquran 1:2 menegaskan yang artinya : itulah al-kitab, tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa”.

Karena itu, setiap ajaran agama yang mana pun, jika ditelurusi dengan cermat, selalu mempunyai dasar nilai-nilai yang kuat. Demikian juga halnya dalam puasa. Kekuatan logika puasa adalah untuk menahan dan mengekang hawa nafsu manusia, karena kalau hawa nafsu telah menguasai aqalnya, maka seluruh potensi berpikir yang ada dalam dirinya akan digunakan untuk merealisasikan hawa nafsunya.Dalam kaitan ini, maka kita melihat betapa canggihnya suatu kejahatan itu dirancang dan dilaksanakan, baik dalam kehidupan politik, ekonomi dan budaya dengan rekayasa teknologi yang canggih, sehingga dapat memperdaya banyak manusia dan menjadikan korbannya.

Puasa sesungguhnya dimaksudkan untuk membebaskan berpikir dari kekuasaan hawa nafsu, dengan mengambil jarak dengan hawa nafsunya dan kemudian mengendalikannya dengan banyak berpikir, berzikir dan bersedekah yang secara bersamaan yang selalu dianjurkan dalam berpuasa. Dengan demikian maka berpikir seseorang akan berada dalam jalan yang lurus untuk mencari  solusi dan memecahkan persoalan secara positif dan konstruktif bagi kemashlahatan bersama.

Adapun puasa juga menjadi bagian penting dalam pembentukan etika untuk meneguhkan diri manusia agar selalu peduli dan mempunyai komitmen yang tinggi untuk menjaga dan menjalankan nilai-nilai etika dalam kehidupan masyarakat. Etika adalah bangunan dasar dari eksistensi kehidupan masyarakat. Karena itu, jika suatu masyarakat sudah kehilangan dimensi etikanya, maka masyarakat itu akan mengalami kehancuran total. Puasa sebenarnya dimaksudkan untuk menjaga dan mewujudkan nilai-nilai etika suatu masyarakat agar kehidupannya menjadi lebih baik, lebih produktif dan lebih bermanfaat.

Sedangka estetika puasa sesungguhnya adalah lahirnya suatu harmoni dan keseimbangan hidup manusia, di mana dimensi-dimensi spiritual mendapat perhatian yang besar untuk dapat mempertajam pikirannya, perasaannya, hati nuraninya dan kepeduliannya dengan berbagai persoalan yang terjadi dalam kehidupan di sekitarnya. Suasana yang diciptakan puasa sangat mendukung terbangunnya kekuatan estetik di dalam dirinya, dengan keterharuan yang secara otomatis terbangun dalam proses berpikir, berzikir dan beramal salih menjadi kesatuan aksi manusia dalam realitas kehidupannya.

Bagi seorang muslim yang menjalankan puasa dengan penuh ketulusan, kesabaran, kejujuran dan kesungguhan, maka puasa adalah sesuatu yang amat dirindukan dalam kehidupannya. Kehidupan yang sungguh estetik tanpa rekayasa. Keindahan yang terpancar dari iman yang tulus dan pengabdian kepada Tuhannya. Keindahan yang samat sulit dilukiskan tetapi begitu kuat dirasakan. Karena itu, umat Islam selalu menyambut datangnya Ramadan dengan penuh suka cita.Marhaban ya Ramadan selamat datang wahai bulan ramadan. Kerinduan dan cinta kasih yang kemudian tercurah sangat indah dalam hidmatnya berpikir, berzikir dan beramal salih.

Puasa adalah ibadah yang sarat nilai dan dapat membentuk kepribadian yang kuat memegangi dan mengimplementasikan nilai-nilai logika, etika dan estetika dalam pratek hidupnya secara utuh. Karena itu, puasa yang dijalankan dengan benar dan ikhlas, akan membentuk suatu kepribadian yang kuat dan unggul untuk menghadapi realitas kehidupan yang kompleks. Di sinilah yang menjadi kunci apakah puasa bisa menjadi solusi bagi berbagai permasalahan yang dihadapi seseorang atau tidak. Semoga puasa kita berhasil membentuk dan meningkatkan ketakwaan kita dan masih dipertemukan lagi dengan Ramadan yang akan datang.



Musa As'arie

0 komentar:

Posting Komentar