Dalam sebuah wawancara dengan Ryan Seacrest (pembawa acara
"American Idol"), Psy (penyanyi rap Korea yang memopulerkan
"Gangnam Style") menceritakan masa lalunya. Bagaimana ia pernah
menyelundupkan minuman keras ke asrama dan membuat teman-teman bulenya di
asrama Boston University mabuk hingga harus dilarikan empat ambulans ke rumah
sakit.
Pada saat itu Psy masih biasa-biasa saja. Sedangkan,
teman-teman seusianya sudah teler dan kondisi mereka membahayakan. Psy lalu
menjelaskan alasan ia lebih kuat terhadap alkohol. Salah satunya karena di
Korea batas usia minum alkohol lebih muda, yaitu 20 tahun. Sedangkan, di
Amerika adalah 21 tahun.
Lebih dari itu, di Korea ketika anak baru lahir usianya
sudah dihitung satu tahun sehingga ia tidak perlu menunggu 365 hari dulu untuk
berusia satu tahun. Dengan selisih itu maka Psy sebenarnya dua tahun lebih
berpengalaman minum alkohol dari teman Amerikanya. Yang menarik bagi saya,
justru pernyataan Psy, "Di Korea ketika kamu lahir, kamu dihitung satu
tahun."
Sistem ini juga yang berlaku di tahun Masehi. Dalam hitungan
hari kita akan masuk ke tahun baru 2013. Jika satu tahun adalah 365 hari,
mungkin kita mengira tahun 2013 berarti kita sudah memasuki hari ke 365 x 2013.
Padahal, yang benar 364 hari x 2013. Hitungan tahun dan abad dimulai dari angka
satu bukan angka nol. Saat ini kita ada di abad 21, padahal belum masuk 2100
tahun.
Mengapa cara menghitung tahun dan abad bertentangan dengan
logika matematika saat ini? Jawaban atas pertanyaan ituyang membuat saya
tertarik. Ternyata, disebabkan dulu belum ada angka nol. Karena belum ada angka
nol maka masyarakat ketika itu memulai hitungan dari angka satu.
Salah satu kontribusi terbesar umat Islam untuk dunia adalah
ditemukannya angka nol, yang diperkenalkan kepada dunia ilmu pengetahuan oleh
ilmuwan Islam Al-Khawarizmi. Di Barat, sekitar 250 tahun sebelumnya, para ilmuwan
menggunakan semacam daftar yang menunjukkan satuan, puluhan, ratusan, ribuan,
dan seterusnya untuk menjaga agar setiap angka tidak saling tertukar dari
tempat yang telah ditentukan dalam hitungan.
Karya Khawarizmi yang terkenal, yaitu kitab Al-Jabru wal
Muqabbala. Dari sana kita mengenal ilmu aljabar yang diajarkan di pelbagai
sekolah di dunia. Nama sang penemu diabadikan menjadi nama sebuah ilmu
matematika yang disebut algoritma.
Konsep algoritma digunakan untuk membuat diagram alur
(flowchart) dalam ilmu komputer- informatika. Jadi, perkembangan komputer saat
ini juga atas jasa Khawarizmi.
Ia juga menyumbangkan teorema segitiga sama kaki yang tepat,
perhitungan tinggi serta luas segitiga, dan luas jajaran genjang serta
lingkaran. Ia mengembangkan tabel rincian trigonometri yang memuat fungsi
sinus, kosinus, dan tangen, serta konsep diferensiasi. Oleh karena itulah,
Al-Khawa riz mi juga disebut sebagai Bapak Aljabar.
Bukan hanya angka nol, angka 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9 yang kita
kenal saat ini disebut sebagai angka Arab. Hanya saja, di Indonesia, karena
kita menggunakan huruf latin, banyak generasi muda yang mengira, angka yang
kita pakai adalah angka latin. Padahal, itu adalah angka Arab. Bahkan, di
negara Barat mereka masih menyebut angka yang kita pakai saat ini sebagai angka
Arab.
Bayangkan jika tidak ada angka Arab dan kita menghitung
dengan angka Romawi, pasti sangat merepotkan. Karena angka Romawi tidak bisa
menghitung sampai jutaan apalagi miliaran dan tidak ada angka nol.
Di masa jaya Islam, kaum Muslimin memberikan begitu banyak
kontribusi pada kemajuan dunia. Ibnu Sina terkenal sebagai Bapak Kedokteran
Dunia. Bukunya yang terkenal, yaitu Qanun FitThiib (Dasar-dasar Ilmu
Kedokteran) yang menjadi rujukan utama saat itu.
Ar-Razi, di dunia Barat dikenal dengan nama Rhazes, sebagai
dokter pertama dalam pengobatan ilmu jiwa, yaitu pengobatan yang dilakukan
dengan memberi sugesti bagi penderita psikosomatis (gangguan emosi dan mental).
Ada juga Ibnu Rusyd (Averus), Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyri
(kedokteran), As-Simay, Ibnul Awwan (pertanian), Al-Jahiz (biologi hewan),
Sabit bin Qurrah Al-Hirany (matematika), Ibnu Haitsam (matematika), Abu
Abdillah Al-Qazwani (sejarah), Abu Ar-Raihan Al-Bairuni (ahli penanggalan), dan
masih banyak nama lainnya.
Kalau saja Baghdad tidak diserang Mongolia (Hulagu Khan) dan
buku-buku di perpustakaan Bait al Hikmah yang terbesar di dunia saat itu tidak
dibuang ke sungai Tigris hingga sungai menjadi hitam, mungkin kontribusi umat
Islam akan jauh lebih besar lagi. Kontribusi Islam saat ini hanya masih
sisa-sisa ilmu yang berhasil diselamatkan.
Menjelang 2013, mari kaum Muslimin kembali bertekad mengisi
tahun-tahun ke depan dengan menjadi Muslim yang mengukir sejarah, bermanfaat
bagi semesta, dan dikenang karyanya secara mendunia. "Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan." (QS al-Mujadilah: 11).
Asma Nadia
0 komentar:
Posting Komentar