Pekan lalu, lembaga riset dan survei terkemuka, Pew
Research Centers Forum on Religion & Public Life merilis laporan
penelitiannya tentang Pemetaan Penduduk Muslim Global: Laporan tentang Ukuran
dan Distribusi Penduduk Muslim Dunia. Laporan yang menunjukkan peta demografis
penduduk Muslim dunia berdasarkan studi komprehensif tentang demografi Muslim
ini yang dilakukan di 232 negara dan teritori dengan melibatkan hampir 500
demografer dan ahli sosial dari perguruan tinggi dan pusat penelitian; mereka
mengumpulkan dan menganalisis tak kurang dari 1.500 sumber dan data
kependudukan.
Hasilnya, menurut estimasi Pew, kini terdapat 1,57
miliar penduduk Muslim di muka bumi. Dalam estimasi-estimasi sebelumnya,
penduduk Muslim dunia berkisar antara satu sampai 1,8 miliar jiwa. Tetapi,
estimasi-estimasi ini lebih merupakan dugaan-dugaan tanpa penjelasan jelas
tentang asal dan dasar estimasi. Dengan jumlah 1,57 miliar, kaum Muslim
mewakili 23 persen dari total jumlah penduduk dunia yang pada 2009 diperkirakan
sekitar 6,8 miliar jiwa. Jadi, kini hampir satu dari setiap empat penduduk
dunia beragama Islam.
Dan, 60 persen penduduk Muslim dunia hidup di benua
Asia; hanya sekitar 20 persen yang hidup di Timur Tengah dan Afrika Utara, yang
sebagian besarnya tercakup dalam kawasan Dunia Arab. Tak kurang pentingnya,
antara 87-90 persen populasi Muslim tersebut adalah pengikut Mazhab Suni; dan
sisanya, sekitar 13-10 persen Muslim Syi'ah, yang terutama hidup di Iran,
Pakistan, India, dan Irak.
Pertumbuhan penduduk Muslim dunia tercepat terjadi di
benua Eropa, yang kini memiliki sekitar 38 juta penganut Islam, atau sekitar
lima persen total penduduk dunia; dan paling banyak tinggal di Jerman, sekitar
empat juta orang. Sedangkan di Benua Amerika, terdapat sekitar 4,6 juta Muslim.
Tak kurang pentingnya, temuan Pew mengukuhkan Indonesia sebagai negara dengan
penduduk Muslim terbanyak, 203 juta jiwa, sekitar 13 persen dari total penduduk
Muslim dunia. Dan negara-negara dengan populasi Muslim terbesar memang bukan di
Timur Tengah, tetapi di Asia, termasuk Pakistan, India, Bangladesh, selain
Indonesia.
Dengan jumlah begitu besar, sebagian kalangan Muslim pastilah senang, karena secara demografis kaum Muslim dunia sama sekali tidak bisa diabaikan. Tetapi, pada saat yang sama terdapat kalangan non-Muslim dan negara-negara tertentu di Eropa dan bahkan Asia yang khawatir dan bahkan ngeri dengan banyaknya kaum Muslim dunia. Apalagi jumlah itu dapat dipastikan terus meningkat jauh lebih cepat dibandingkan penduduk dunia beragama lain, karena tingkat kelahiran warga Muslim di banyak negara dan kawasan hampir tidak terkendali, sementara banyak negara Eropa, Amerika Utara, dan bahkan Asia (seperti Jepang) menghadapi terus mengalami penurunan angka-angka kelahiran.
Dengan jumlah begitu besar, sebagian kalangan Muslim pastilah senang, karena secara demografis kaum Muslim dunia sama sekali tidak bisa diabaikan. Tetapi, pada saat yang sama terdapat kalangan non-Muslim dan negara-negara tertentu di Eropa dan bahkan Asia yang khawatir dan bahkan ngeri dengan banyaknya kaum Muslim dunia. Apalagi jumlah itu dapat dipastikan terus meningkat jauh lebih cepat dibandingkan penduduk dunia beragama lain, karena tingkat kelahiran warga Muslim di banyak negara dan kawasan hampir tidak terkendali, sementara banyak negara Eropa, Amerika Utara, dan bahkan Asia (seperti Jepang) menghadapi terus mengalami penurunan angka-angka kelahiran.
Karena itu, demikian banyaknya penduduk Muslim dunia
memunculkan berbagai implikasi dan konsekuensi, baik yang diinginkan ataupun
tidak. Dan bahkan, meski secara demografis sangat besar, pada saat yang sama
kebanyakan kaum Muslimin dan negara-negara Muslim tertentu juga menghadapi
masalah-masalah besar dalam berbagai bidang kehidupan, yang mempengaruhi
kualitas penduduknya.
Besarnya demografi Muslim di muka bumi, memang tidak
selaras dengan kualitas kependudukannya. Bahkan, dengan meminjam potongan hadis
Nabi Muhammad yang sering dikutip para ustaz, khatib, dan penceramah agama,
umat Islam yang begitu banyak itu laksana buih yang terayun ombak ke sana-sini
tanpa arah. Dan ini terjadi terutama berkaitan dengan berbagai masalah yang
dihadapi kaum Muslimin sendiri, baik internal maupun eksternal yang membuat
mereka menjadi tidak berdaya.
Lihatlah misalnya dalam bidang ekonomi. Tidak banyak
negara Muslim yang kaya dan betul-betul kuat secara finansial dan ekonomi.
Sebagian besar kaum Muslimin masih bergulat dengan kemiskinan; dan ini
khususnya bisa dilihat di Benua Afrika, dan juga sebagian kawasan Muslim di
Asia. Akibat kemiskinan, mereka tidak mampu mendapatkan pendidikan, yang
membuat mereka tidak dapat keluar dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan.
Lalu lihat pula misalnya dalam bidang politik. Masih
banyak kaum Muslimin yang hidup dalam kenestapaan politik yang bersumber dari
konflik internal yang kemudian diintervensi kekuatan-kekuatan luar. Hal seperti
ini masih berlangsung di Afghanistan, Irak, Palestina, Sudan, Somalia, dan
bahkan juga Pakistan. Kekacauan dan kenestapaan politik yang terus-menerus
terjadi selain mengakibatkan jutaan yang kehilangan nyawa atau terpaksa menjadi
pengungsi ke negara-negara lain, juga mengekalkan negara-negara tersebut tetap
dalam jurang keterbelakangan dan terus menuju menjadi negara-negara gagal
(failed states).
Karena itu, pertambahan demografi Muslim dunia
semestinya berlangsung berbarengan dengan peningkatan kualitas warga Muslim
dunia dalam berbagai bidang kehidupan. Ini pertama-tama harus dilakukan kaum Muslimin
sendiri; dan itu harus dimulai dengan menciptakan situasi yang kondusif di
dalam tubuh umat Islam dan negara di mana mereka hidup. Di antaranya, yang
terpenting adalah menghindari pertikaian dan konflik berkepanjangan;
meninggalkan tindakan-tindakan yang merupakan penghancuran diri sendiri.
Hanyalah kaum Muslim sendiri yang dapat memperbaiki dirinya--bukan siapa-siapa
yang lain.
Azyumardi Azra
Tulisan ini pernah dimuat di Republika, 15 Oktober 2009
0 komentar:
Posting Komentar