Al-Qur’an
menyebut kata “Ghaffar” sebanyak lima kali, tiga kali berdiri sendiri, sedang
dua kali lainnya dirangkai setelah penyebutan sifat dan nama Indah lainnya,
yaitu Al-Aziz.
"Sesungguhnya
Tuhanmu sangat luas maghfirah-Nya." (QS. At-Taubah: 117)
Al-Ghaffar
berasal dari fi’il madhi “ghafara”, yang berarti menutupi. Sebagian ulama yang
lain berpendapat bahwa kata itu terambil dari kata “alghafaru” yang berarti
sejenis tumbuhan yang digunakan untuk mengobati luka. Jika kita mengambil makna
yang pertama, maka Al-Ghaffar berarti Allah menutupi dosa hamba-hamba-Nya
karena kemurahan dan keluasan ampunan-Nya.
Adapun
jika kita memaknai dengan kata yang kedua, berarti Allah menganugerahkan sifat
penyesalan kepada hamba-hamba-Nya sehingga bisa menjadi obat penawar sekaligus
penghapusan dosa.
Menurut
pendapat kami, keduanya benar dan bisa dipakai, sebab dalam kenyataannya,
Dialah yang meniupkan rasa penyesalan pada diri manusia, sehingga hati manusia
cenderung meminta maaf ketika berbuat dosa. Dia pula yang memberi ampunan
sebesar apapun kepada hamba-hamba-Nya yang menyesal dan bertaubat kepada-Nya.
Al-Ghaffar
tidak sekadar mengampuni dosa hamba-hamba-Nya yang berkaitan dengan pelanggaran
terhadap syari’at, tapi pengampunan-Nya meliputi segala hal, termasuk dalam hal
akhlaq yang oleh hukum syari’at tidak dianggap sebagai pelanggaran hukum.
Sedemikian luasnya pengampunan itu, bahkan meliputi cinta dan emosi. Rasulullah
saw senantiasa berusaha adil kepada isteri-isterinya, karenanya Allah
mengampuninya jika hati beliau lebih condong kepada salah satu atas yang lain.
Luar
biasa, akhlak Allah yang senantiasa menampakkan kebaikan untuk menutupi
keburukan. Perhatikanlah, Dia menutupi sisi dalam jasmani manusia dengan
penampakan luar yang sedap dipandang mata. Bagian dalam yang kotor dan
menjijikkan ditutupi dengan tampilan lahir yang menawan.
Adalah
Al-Ghaffar pula yang menutupi bisikan hati dan kehendak-kehendak kotor yang
tersembunyi. Seandainya niat kotor, kemauan jahat, niat menipu, sangka buruk,
iri hati, dan kesombongan itu terkuak ke permukaan dan diketahui semua orang,
sungguh manusia akan mengalami berbagai kesulitan hidup. Jika yang terbetik
dalam hati manusia tampak secara telanjang, sungguh masing-masing kita tidak
ada yang saling percaya. Isteri tidak percaya kepada suami, anak tidak percaya
kepada orangtua, rakyat tidak percaya kepada pemimpinnya. Begitu juga
sebaliknya.
Dia,
Al-Ghaffar bahkan tetap menutupi sekian banyak salah dan dosa yang telah
dilakukan manusia, baik yang dilakukan secara tidak sengaja maupun yang
disengaja. Segala aib tetap ditutupi oleh Allah. Itulah sebabnya Dia sangat
marah kepada orang yang malam harinya berbuat dosa, sementara di siang harinya
ia sebarkan perbuatan dosanya kepada orang lain. Andaikata ia segera menyesal
dan bertaubat, pintu ampuan-Nya segera dibuka. Siksa-Nya tidak meliputi
orang-orang yang bertaubat.
Al-Ghaffar
senantiasa menyambut hamba-Nya yang tulus meminta ampunan, sebesar apapun dosa
yang disandangnya. Dia berfirman:
Sampaikan
kepada hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri: “Janganlah
berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa,
Dialah Yang Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)
Dalam
hadits qudsy riwayat At-Tirmidzi, Sahabat Anas ra berkata bahwa ia pernah
mendengar Rasulullah saw bersabda, Allah berfirman: “Wahai keturunan Adam,
selama engkau berdoa kepada-Ku dan mengharapkan ampunan-Ku, Aku ampuni untukmu
apa yang telah engkau lakukan di masa lampau dan Aku tidak peduli (betapa
banyak dosamu). Wahai keturunan Adam, sekiranya dosa-dosamu telah mencapai
ketinggian langit, kemudian engkau memohon ampunan-Ku, Aku ampuni untukmu.
Seandainya engkau datang menemui-Ku membawa seluas wadah bumi ini dosa-dosa dan
engkau datang menjumpai-Ku dengan tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu, niscaya
Aku datang kepadamu dengan membawa pengampunan seluas wadah itu.”
Sebagai
hamba Allah, kita dituntut memiliki atau meneladani sifat indah Al-Ghaffar itu,
sebagaimana firman-Nya:
“Katakanlah
kepada orang-orang yang beriman agar ia memaafkan orang-orang yang tidak
mengharapkan hari-hari Allah.” (QS. Al-Jatsiyah: 14)
Allah
juga berfirman:
“Siapa
yang bersabar dan menutupi (memaafkan) kesalahan orang lain, maka sungguh hal
demikian termasuk yang diutamakan.” (QS. Asy-Syuura: 43)
Ya
Ghaffar, kami bermohon kepada-Mu kiranya membersihkan hati kami dari segala
noda. Kami bermohon kiranya Engkau memenuhi hati kami dengan cahaya. Berilah
kemampuan kepada kami untuk meneladani sifat dan nama-Mu Al-Ghaffar sehingga
kami dapat menutupi aib teman-teman kami, membalas kejahatan mereka dengan
kebaikan, dan meraih kemuliaan di dunia dan akherat.
Hamim Thohari
0 komentar:
Posting Komentar