Ketika
manusia baru lahir, ia adalah makhluk yang lemah. Ia sangat membutuhkan rasa
aman dari orang-orang di sekitarnya, terutama ibunya. Ia membutuhkan jaminan
pasokan makanan karena ia tidak bisa mencari makanan sendiri, bahkan untuk
memasukkan makanan ke mulutnya ia memerlukan bantuan orang lain. Si bayi
membutuhkan perlindungan dari udara dingin, dari ancaman nyamuk, bahkan dari
kotorannya sendiri. Gelapnya malam sering membuatnya merinding ketakutan. "Dialah Allah, tiada tuhan selain Dia, Raja, Yang
Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan." (QS. Al-Hasyr: 23)
Ketika
manusia beranjak dewasa, saat fisiknya sudah kuat, bukan berarti mereka sudah
bebas dari rasa takut. Bencana alam berupa kiriman air bah, badai laut,
tsunami, angin puyuh, gempa bumi, tanah longsor, kebakaran, langit yang
bergemuruh dengan suara petir yang sambar menyambar, menjadi ancaman yang
sangat mengerikan. Siapa yang tidak takut menghadapinya?
Belum
lagi perang yang bisa pecah sewaktu-waktu, baik yang bersifat lokal hingga
transnasional dan global. Rakyat Irak tak mengira jika akhirnya negaranya
hancur lebur dengan korban ratusan ribu jiwa akibat invasi tentara Amerika.
Menakutkan! Sungguh mencekam! Belum lagi perang saudara yang sering kali lebih
sadis dan kejam.
Berbagai
usaha dilakukan manusia untuk mengurangi rasa takut. Mereka bercocok tanam agar
mendapatkan jumlah makanan yang memadai. Mereka juga berdagang dan menjalankan
berbagai usaha bisnis. Sebagian lagi membangun rumah sakit untuk memberikan
pengobatan kepada masyarakat yang sakit.Ada yang membangun bendungan untuk
mencegah datangnya banjir. Sebagian lagi membangun kastil dan benteng untuk
meghindari serangan musuh yang bisa datang sewaktu-waktu. Yang merasa lemah
meminta perlindungan kepada yang lebih kuat. Yang terakhir ini berlaku
perorangan maupun Negara.
Apakah
dengan berbagai usaha di atas lantas manusia merasa aman? Belum. Masih banyak
lagi ancaman dan bahaya yang tak terhingga jumlahnya. Tempat tidur yang paling
nyaman sekalipun mengandung bahaya yang tidak kalah mengerikan. Bayangkan,
justru di tempat yang empuk itu sebagian besar manusia menemukan ajalnya. Lalu
di mana manusia mendapatkan keamanan? Kepada siapa mereka bisa mendapatkan rasa
aman?
Kalaulah
ada bumi lain selain buminya Allah, kalaulah ada tempat berpijak lain selain
bumi yang kita pijak sekarang, bolehlah manusia lari ke sana. Akan tetapi tidak
ada tempat berpijak lain selain buminya Allah. Bahkan kita sendiri adalah milik
Allah. Kita berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Lalu bagaimana?
Yang
bisa memberi keamanan dan rasa aman hanyalah Allah. Kita tidak bisa lari
dari-Nya, sebab kemana saja kita hadapkan wajah kita, di situ akan bertemu
Allah. Hanya Dia yang bisa memberi rasa aman, jauh lebih banyak dan lebih besar
dari rasa aman yang diberikan oleh ibu kepada anak bayinya atau suami kepada
istrinya.
"(Yaitu
Tuhan) yang menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku yang
memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang
menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku
kembali, dan Yang amat kuinginkan akan mengampuniku pada hari kiamat." (QS Asy-Syu’araa: 78–82)
Dia-lah
Allah, yang memiliki nama indah Al Mukmin, yang memberi keamanan dan rasa aman.
Dia-lah satu-satunya yang bisa memberi keamanan sejati, lahir dan batin.
Hanya
Dia, Al Mukmin yang dapat memberi rasa aman secara menyeluruh. "Yang
memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka
dari rasa takut." (QS. Quraisy: 4)
Nanti,
ketika manusia menghadapi siatuasi yang kacau balau saat-saat menghadapi hari
perhitungan (yaum al hisab), ketika amal manusia ditimbang (mizan), saat nasib
manusia ditentukan masuk surga atau neraka. Hanya Dia yang bisa memberi rasa
aman. Pada saat itu hanya hamba-Nya yang mukmin saja yang akan mendapatkan rasa
aman.
"Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan ‘Tuhan kami adalah Allah’, kemudian mereka
meneguhkan pendiriannya, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan, ‘janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih.
Bergembiralah kamu (dengan memperoleh) surga yang telah dijanjikan oleh Allah
kepadamu. Kami pelindung-pelindung pada kehidupan di dunia dan akhirat. Di
dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu minta." (QS. Fushshilat: 30-31).
Hamim Thohari
0 komentar:
Posting Komentar