Al-Muqit, Yang Maha Memberi Kekuatan




"Barangsiapa yang memberikan syafa’at dengan syafa’at yang baik, niscaya ia akan mendapatkan bagian (pahala) daripadanya. Dan barangsiapa memberi syafa’at dengan syafa’at yang buruk, niscaya ia akan memikul bagian (dosa) daripadanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. An-Nisaa: 85)

Al-Muqiit didapati dalam al-Qur’an hanya dalam satu ayat, sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Sebagian Ahli tafsir menyebutkan bahwa kata tersebut sebagai turunan dari akar kata benda “qut” yang berarti makanan. Menurut pemahaman ini, Al-Muqiit hampir sama dengan Ar-Razzaq. Bedanya, Ar-Razzaq lebih menunjuk pada berulangnya pemberian rizki yang dikaruniakan pada makhluk-Nya, sedangkan Al-Muqiit lebih pada penjaminannya.

Allah, Al-Muqiit tidak saja menciptakan kehidupan, tapi juga menciptakan berbagai sarana kehidupan untuk semua makhluk-Nya. Dia menciptakan kemudahan-kemudahan bagi semua makhluk untuk mendapatkan akses ke sarana-sarana rizki yang telah disediakan.

"Dia (Allah) yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjuru." (QS. Al-Mulk: 15)

Jaminan Allah berupa rizki tak hanya diberikan kepada mereka yang dewasa dan normal saja, bahkan kepada yang cacat sekalipun rizkinya telah dijamin. Dia berfirman: “Dan tiada makhluk melatapun di muka bumi kecuali Allah telah menjamin rizkinya." (QS. Huud: 6)

Apalagi untuk makhluk-Nya yang unggul dan pilihan, yang bernama manusia. Mereka bahkan dijadikan sebagai penguasa-penguasa di muka bumi.

“Dia telah menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi”. (QS. Huud: 165)

Al-Muqiit tak hanya mencipta dan memberi kehidupan, tapi Dia sekaligus memberi jaminan (guarantee) akan kelangsungan hidup itu sendiri. Diberinya setiap makhluk segenap potensi, jalan, dan kemudahan untuk mengakses semua rizki yang telah menjadi jatahnya.

Rizki yang diberikan kepada manusia tak hanya berupa makanan, tapi juga ilmu. Jika makanan merupakan konsumsi jasad, maka ilmu merupakan konsumsi akal dan hati. Dengan rizki ilmu manusia dapat melipatgandakan potensinya sehingga tugas-tugas kekhalifahan di muka bumi dapat diembannya dengan baik. Seperti diketahui bahwa kehadiran manusia di muka bumi adalah sebagai pemakmur.

“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya”. (QS. Huud: 61)

Seorang Mukmin yang menghayati nama Allah “Al-Muqiit” akan bangkit semangatnya, tumbuh motivasinya, dan lahir jiwa optimisnya. Mereka tak pernah ragu menjalani kehidupan yang tampak berat dan penuh rintangan, sebab di balik semua ujian itu terdapat garansi dari Allah. Mereka tak gentar menghadapi berbagai cobaan, sebab di balik semua kesulitan pasti ada kemudahan. Di balik penderitaan pasti ada kebahagiaan. Di balik tangis pasti ada senyuman.

Asma Allah Al-Muqiit ini mengharamkan kita untuk berkeluh kesah, meratapi nasib, dan berputus asa. Kita tidak boleh tunduk di bawah kaki kehidupan, tapi kita justru harus menaklukkan kerasnya kehidupan. Kita harus menjadi pemenang, bukan pecundang. Semua sudah disiapkan Allah, jalannya sudah dibentangkan, caranya sudah ditunjukkan. Tinggal kita, mau melangkah atau berhenti di tengah jalan.

Di akhir tulisan ini, ada baiknya kita renungkan puisi Muhammad Iqbal:
Engkau menciptakan malam, dan aku yang membuat pelita
Engkau menciptakan tanah liat, dan aku yang membuat piala
Engkau menciptakan sahara, gunung-gunung dan hutan belantara,
Dan aku yang membuat kebun anggur, taman-taman
akulah yang mengubah batu menjadi cermin
akulah yang mengubah racun menjadi obat penawar
Hamim Thahari

0 komentar:

Posting Komentar