Sebelum
meninggalkan sarangnya, seekor induk burung memeriksa lingkungannya. Ia baru
terbang meninggalkan sarangnya bila dipastikan anak burung yang ditinggalkannya
benar-benar aman dari binatang pemangsa. Setelah cukup mendapatkan makanan yang
bisa mengenyangkan perutnya dan bekal untuk anaknya, ia segera beranjak pulang.
Dengan penuh kesabaran, sang induk menyuapi makanan dan merentangkan sayapnya
untuk melindungi anak-anaknya. Rutinitas itu dilakukannya setiap hari sampai si
anak burung dapat makan sendiri.
Dalam
keadaan si anak burung itu masih lemah, jangan coba-coba mengganggu. Si Induk
pasti marah dan mematok pengganggunya, hampir-hampir ia sendiri tak memedulikan
keselamatannya sendiri. Begitulah pemeliharaan si induk burung terhadap
anaknya. Ia menjaga, merawat, dan memeliharanya, juga mengajarinya berjalan,
terbang, dan mencari makan. Sang induk baru melepaskan tanggung jawab
pemeliharaannya ketika sang anak sudah benar-benar mandiri. Pemeliharaan
seperti ini oleh orang Arab disebut MUHAIMIN.
Tak hanya
induk burung yang secara naluriah melakukan pemeliharaan seperti ini, juga
sebagian besar induk binatang lainnya terhadap anak-anaknya. Demikian pula
makhluk Allah yang bernama manusia. Suatu hari Aisyah mendapati seorang ibu
bersama dua anaknya sedang berjalan mencari makanan. Dari tangan Aisyah, si ibu
mendapatkan tiga potong roti, yang segera dibagikan secara merata,
masing-masing satu potong. Karena sangat lapar, kedua anak itu melahapnya
sangat cepat hingga habis, sementara bagian si ibu belum dimakan. Si ibu
sejenak memandangi kedua anaknya yang kelihatan masih kurang. Dengan penuh
kasih sayang, roti sepotong yang menjadi bagiannya itu dibagi habis untuk
anak-anaknya, sementara sang ibu rela menahan lapar demi anak-anaknya.
Peristiwa
tersebut diceritakan Aisyah kepada suaminya, Rasulullah saw. Beliau kemudian
berkomentar bahwa kasih sayang dan pemeliharaan Allah kepada hamba-hamba-Nya
melebihi kasih sayang dan pemeliharan sang ibu kepada anak-anaknya.
"Dialah
Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera,
Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Memelihara." (QS. Al-Hasyr: 23)
Bagaimana
pemeliharaan Allah terhadap hamba-Nya? Dialah AL MUHAIMIN yang memelihara
seluruh alam, terlebih manusia dengan segala kesempurnaan-Nya. Pemeliharaan
Allah kepada manusia tak bisa dibandingkan dengan apapun juga. Disamping karena
kasih sayang-Nya yang tak terbatas, pengetahuan-Nya tentang yang dipelihara-Nya
meliputi segala sesuatu hingga detailnya.
“Maka
apakah Tuhan yang menjaga setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya (sama
dengan yang tidak demikian sifat-nya?)” (QS Ar-Ra’d: 33)
AL
MUHAIMIN adalah Dzat yang memelihara dan mengurusi segala permasalahan
makhluk-Nya. Dia melihat dan mengetahui segalanya tentang makhluk-Nya, tanpa
ada yang tersembunyi, baik yang berupa ucapan maupun perbuatan, juga gerakan
hati. Tidak ada sesuatu apapun yang luput dari-Nya, termasuk sebiji atom yang
sangat kecil dan ringan. Dia mengawasi segala sesuatu, menjaga dan
memeliharanya.
Menurut
Al Ghazali, kata Al Muhaimin yang menjadi salah satu Asma Allah yang Indah
mengandung makna bahwa Allah itu menangani, mengawasi segala urusan makhluk-Nya
dari sisi amal perbuatan mereka, rejeki, dan ajalnya. Pengawasan dan
pemeliharaan itu dilakukan dengan pengetahuan, penguasaan terhadap kodrat, dan
pemeliharaan terhadap akal.
Jika
dikaitkan dengan Asma al Husna sebelumnya, Al Muhaimin dideretkan setelah As
Salam dan Al Mukmin. Itu artinya bahwa untuk memenuhi rasa damai dan aman yang
dikandung oleh As Salam dan Al Mukmin, diperlukan pengetahuan yang sangat dalam
menyangkut hal-hal yang bersifat tersembunyi, yaitu Al Muhaimin. Sifat ini
bermakna kesaksian yang dilandasi pengetahuan menyeluruh tentang detail, serta
pandangan yang mencakup keseluruhan dari yang lahir maupun yang batin, sehingga
tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya.
Bagi
kita yang menghayati Al Muhaimin senantiasa menyadari bahwa Allah menguasai dan
mengetahui segala gerak geriknya, bahkan yang disembunyikan dalam hatinya.
Itulah sebabnya penghayat Al Muhaimin selalu meluruskan niat dan motivasinya
agar tidak melenceng dari garis ketentuan-Nya.
Ya
Ilahi, Engkau pengawas sempurna lagi saksi yang pengetahuan-Nya mencakup
seluruh alam raya, ...Engkau pula yang terlaksana kudrat-Nya di seluruh wujud
ini, limpahkanlah cahaya rahasia nama-Mu “AL MUHAIMIN” sehingga aku mengetahui
rincian gejolak hatiku, sisi terdalam dari nuraniku, serta rahasia-rahasia
penutup diriku... agar aku bisa mengawasi niat dan motivasiku, meluruskan
anggota tubuhku, dan mampu pula menegakkan perbuatanku sesuai dengan apa yang
Engkau sukai. Ya Allah, laksanakanlah keinginanku melalui kudrat-Mu terhadap
anggota tubuhku sehingga aku dapat mengarahkannya menuju syariat-Mu.
Hamim Thohari
0 komentar:
Posting Komentar