Barangsiapa
yang menghendaki Al-izzat (kemuliaan), maka kemuliaan seluruhnya hanya milik
Allah. (QS Al-Faathir: 10)
Selain
Ar Rahman dan Ar Rahim, Al Aziz termasuk Asma-Nya yang paling banyak disebut
dalam Al Qur’an. Pengulangan yang tidak kurang dari 99 kali ini mengisyaratkan
pentingnya asma Al Aziz.
Al Aziz
dalam ensiklopedi Arab berarti kukuh, kuat, dan mantap. Bisa juga berarti
angkuh, tidak terbendung, kasar, keras, dukungan, dan semangat membangkang.
Bila dikaitkan langsung dengan Allah, maka berarti Yang Maha Mengalahkan
siapapun yang melawan-Nya, dan tidak terkalahkan. Kekuatan-Nya tidak bisa
dibendung dan kedudukan-Nya tidak bisa diraih. Begitu tingginya sehingga tidak
bisa disentuh oleh keburukan dan kehinaan, karenanya Dia-lah Yang Maha Mulia.
Imam Al
Ghazali memberi tiga syarat bagi penyandang sifat dan nama Al Aziz. Pertama,
perannya sangat penting dan hanya sedikit yang bisa menjalankan. Kedua,
keberadaannya sangat dibutuhkan. Ketiga, sulit untuk diraih atau disentuh.
Tanpa terhimpunnya tiga syarat di atas, tidak wajar jika dinamai Al Aziz. Al
Ghazali memberikan contoh matahari. Sekalipun dalam tata surya ia tidak ada
bandingannya, manfaat dan kebutuhan terhadapnya sangat besar, namun ia belum
layak disebut Al Aziz, karena siapapun tidak sulit menyaksikannya.
Al Aziz
hanya pantas disandang Allah, karena hanya Dia yang bisa menghimpun tiga syarat
itu sekaligus. Tak satupun yang bisa menghimpun tiga syarat di atas, tanpa
kekurangan. Oleh karena itu Dia-lah Yang Maha Mulia, karena peran-Nya sangat
sentral, dan hanya Dia yang bisa memegang peran itu. Segala makhluk
membutuhkan-Nya dalam banyak hal, termasuk dalam hal wujud dan kesinambungan
eksistensi. Di samping itu, tidak ada yang bisa meraih-Nya, sebab tidak ada
yang bisa mengenal Allah kecuali Allah sendiri. Kita bisa mengenal Allah,
karena Dia memperkenalkan eksistensi-Nya.
Karena
kemuliaan (Al Aziz) itu milik Allah, maka Allah-lah yang paling berhak
menganugerahkan kemuliaan kepada yang dikehendaki-Nya. Kaitannya dengan hal
ini, Dia telah menegaskan dalam QS Al Munaafiquun: 8 bahwa kemuliaan
dianugerahkan kepada Rasul dan orang-orang yang beriman.
Bagaimana
cara mendapatkannya? Melalui hadis Qudsi Allah menjawab, “Sesungguhnya Tuhan
kalian berfirman setiap hari, Akulah Al Aziz (Yang Maha Mulia), barangsiapa
yang menghendaki kemuliaan dunia dan akhirat, hendaklah dia taat kepada Al
Aziz”.
Seseorang
yang mencari kemuliaan dengan cara mengabdi kepada manusia dan dunia (harta,
tahta, dan mahkota), maka mereka tidak mendapatkan apa-apa, melainkan kehinaan
di mata Allah dan di mata manusia. Allah akan menghinakan di dunia dan di
akhirat. “Siapa yang mencari kemuliaan melalui suatu kaum, Allah akan
menghinakannya melalui mereka”.
Itulah
sebabnya, Rasulullah SAW yang memiliki sifat Aziz, menolak ketika ditawari
jabatan, harta benda, dan wanita cantik, agar dia bersedia meninggalkan
agamanya. Bahkan beliau berulangkali menyampaikan kepada manusia bahwa
perjuangan dan dakwahnya sama sekali tidak minta diupah oleh siapapun. Beliau
dan keluarganya juga tidak menerima shadaqah, zakat, dan infaq dari manusia.
Sebaliknya, beliau amat peduli kepada manusia tanpa mengharap balas jasa.
“Sesungguhnya
telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”. (QS At Taubah:128)
Orang yang
mulia (aziz) di sisi Allah adalah mereka yang sangat banyak dibutuhkan
hamba-hamba Allah dalam urusan yang paling penting, yakni segala sesuatu yang
berkaitan dengan kehidupan akhirat dan kebahagiaan abadi. Dalam hal ini, maka
ranking pertama diduduki oleh para Rasul dan Nabi. Disusul kemudian para
sahabat, tabiin, dan mereka yang melanjutkan risalah perjuangannya. Tingkat
kemuliaan ini sangat ditentukan oleh besar kecil peranannya dalam membimbing
dan mengarahkan masyarakat ke jalan-Nya.
Orang
yang menghayati sifat Al Aziz senantiasa menjaga dirinya dari ketergantungan
kepada siapapun. Ia senantiasa iffah (menjaga kesucian diri) dan uzlah dari
kepentingan dunia. Ia tidak pernah mau mengulurkan tangan meminta bantuan orang
lain, apalagi meminta-minta. Dalam keadaan yang paling sulit sekalipun, ia
tetap menahan diri. Mereka ini telah digambarkan dalam Al Qur’an: “Orang-orang
yang tidak tahu mengira mereka orang kaya karena memelihara diri mereka dari
meminta-minta.” (QS Al Baqarah: 273)
Orang
yang meneladani sifat Al Aziz senantiasa mengedepankan integritasnya, ia selalu
tampil berwibawa, disegani, dan dihormati oleh setiap yang mengenalnya.
Integritas pribadinya sangat menonjol, karena ia tidak pernah merendahkan diri
kepada dunia maupun orang lain disebabkan harta atau kedudukan sosial.
“Barangsiapa merendah demi kekayaan, maka dua pertiga agamanya telah hilang”.
Tuhan
kami, Engkaulah Al Aziz, bersihkan hati kami dari rayuan materi sehingga kami
tidak memandang mulia selain Engkau. Persaksikan kepada kami makna kemuliaan
sehingga jiwa kami menjadi tebusan untuk-Mu dan himpunlah kami bersama
orang-orang arif yang telah Engkau anugerahi kemuliaan sehingga hati mereka
penuh kemuliaan-Mu serta curahkanlah kepada kami rahasia kemuliaan-Mu sehingga
jiwa kami mengangkasa menuju keharibaan-Mu. Amin.
Hamim Thohari
0 komentar:
Posting Komentar