Untuk
kesekian kalinya, Putri mendekat dan memandangi lekat ikan-ikan yang sedang
berenang dalam akuarium. Keningnya nampak berkerut dan wajahnya memancar
kedukaan. Tak lama kemudian bahkan nampak sebulir air bening mulai menggayut di
sudut matanya.
Sepagi
itu, sudah empat kali Putri melakukan hal serupa. Matanya menatap sedih ke arah
salah seekor ikan yang sedang berenang dengan posisi terbalik! Pagi itu Putri
begitu tersentak ketika dibangunkan bunda dan ditegur tentang kelalaiannya. Ya,
ia lupa belum memberi makan ikan-ikan di akuarium itu sejak kemarin siang!
Akibatnya,
kesepuluh ikan penghuni akuarium tersebut kelaparan, lantas menyerang dan
memangsa ikan terlemah, dan ikan mas koki warna oranye yang menjadi korbannya.
Pagi itu, keadaannya menjadi sangat menyedihkan karena telah kehilangan
ekornya. Sangat menyedihkan dalam benak Putri, ketika ia harus membayangkan
betapa semalaman si ikan lemah itu lelah berenang kesana kemari dikejar-kejar
ikan lain, diserang dan digigit-gigit ekor besarnya yang semula mengembang
indah, hingga hanya menyisakan beberapa milimeter saja.
Karena
kehilangan ekor yang semula berfungsi sebagai pengatur keseimbangan tubuhnya,
si ikan tak mampu mengendalikan tubuhnya sendiri, sehingga ia hanya bisa
mengambang tanpa daya dalam posisi bagian atas berada di bawah! Kondisi inilah
yang membuat Putri kecil menjadi benar-benar tak tega melihatnya. Tentu dia
sangat pusing dengan kepala terbalik seperti itu, batin pikiran mungilnya.
Apalagi ketika ibu menjelaskan bahwa tak mungkin dalam keadaan seperti itu ia
bertahan hidup lama. Berarti, akhir hidupnya tinggal menunggu waktu.
Putri
merasa semakin bersalah manakala memikirkan kenyataan ini. Apa yang harus ia
lakukan untuk sedikit meringankan beratnya derita yang dihadapi si ikan? Apakah
dengan mempercepat membunuhnya agar ia tak tersiksa terlalu lama?
Putri
kecil sedang resah. Rasa kasih sayang yang tumbuh dari dalam lubuk hatinya
membuat air matanya terus menitik. Gadis berusia tujuh tahun itu tak tega
membayangkan beratnya derita si ikan dalam menunggu saat kematiannya. Maka
ketika dua jam berikutnya si ikan benar-benar telah mati, selain merasa sedih,
ia pun bisa bersyukur karenanya.
Subhanallah,
dalam diri si Putri mungil telah
nampak pancaran kasih sayang. Itulah manifestasi dari rahman dan rahim yang
diturunkan Allah pada manusia. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah saw.
menyatakan, bahwa Allah SWT memiliki 100 bagian kasih sayang dan Dia baru
menurunkan satu untuk dibagikan kepada seluruh alam semesta di dunia.
Dari
satu bagian tersebut, Putri telah menampakkan barangkali cuma sepersepuluh
milyar bagiannya. Namun sudah bisa dirasakan, betapa indah rasa kasih sayang
yang terpancar dari kepolosan gadis mungil ini. Manusia tak akan mampu
membayangkan, lantas seperti apa bentuk kasih sayang Allah yang masih
disimpan-Nya sebanyak 99 bagian lagi? Subhanallah, itulah keberuntungan
bagi mereka yang mampu mencapai surga, karena di sanalah seluruh Rahman dan
Rahim-Nya yang sebenarnya bisa dirasakan.
Hamim Thohari
0 komentar:
Posting Komentar