(Dia) Rafii’ud darajat (Yang Maha Tinggi derajat-Nya),
Yang memiliki ‘Arsy, Yang mengutus Jibril dengan membawa perintah-Nya kepada
siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia meperingatkan
(manusia) tentang hari pertemuan (kiamat). (Al-Mu’min: 15)
Ar-Rafi’
berasal dari kata ra-fa-’a yang artinya meninggikan, sedang arti Ar-Raafi’
sendiri adalah Yang Maha Tinggi. Allah adalah wujud yang Maha Tinggi, bahkan
Dia adalah setinggi-tinggi wujud dalam segala sifat keagungan-Nya.
Dalam
al-Qur’an bisa dijumpai beberapa ayat yang menjelaskan tentang ”kesibukan” Tuhan
dalam meninggikan derajat nabi dan para wali (kekasih)-Nya. Di antaranya adalah
Nabi Isa as yang telah diwafatkan dan kemudian ditinggikan derajatnya oleh
Allah swt di sisi-Nya, setelah di dunia dihinakan oleh ummatnya. Allah
berfirman:
“Sesungguhnya
Aku akan mewafatkanmu dan meninggikanmu”. (Ali Imraan: 55)
Nabi
Muhammad termasuk disebut dalam al-Qur’an sebagai orang yang ditinggikan
sebutan (derajatnya). Nama beliau tidak saja digandengkan dengan nama-Nya dalam
dua kalimah syahadat, tapi namanya senantiasa disebut-sebut dalam setiap
shalawat. Sekalipun beliau sudah wafat 14 abad yang lampau, namanya tetap harum
dan paling banyak disebut dan diucapkan manusia sampai hari kiamat.
“Dan
Kami telah meninggikan namamu”. (Al-Insyirah: 3).
Tak
sedikit orang yang semasa hidupnya tidak banyak disebut orang, bahkan oleh para
musuh politiknya dikategorikan sebagai pengkhianat negara, tapi setelah wafat
sekian lamanya, namanya direhabilitasi. Orang menyebutnya kembali sebagai
pahlawan. Pikiran-pikirannya muncul kembali menjadi ruh dalam menyemangati
perjuangan dan idealisme.
Dia-lah
Allah yang tidak pernah lepas memperhatikan satu per satu hamba-hamba-Nya,
memperhitungkan, sekaligus memberi hukuman dan penghargaan. Orang-orang yang
mengukir prestasi semasa hidupnya di dunia ini tak perlu khawatir perbuatannya
sia-sia. Lambat atau cepat prestasi itu akan diperlihatkan dan dihargai. Bisa
jadi penghargaan itu diberikan pada saat dia masih hidup, mungkin juga
diberikan saat sudah mati. Namanya dikenang banyak orang, dijadikan teladan,
dijadikan sumber inspirasi, dan ditulis dalam catatan sejarah dengan tinta
emas.
Pahlawan
Uhud adalah contoh kongkret tentang orang-orang yang ditinggikan derajatnya
oleh Allah SWT. Dalam hadits qudsiy Allah berfirman: “Ketika kawan-kawanmu mendapat
musibah dalam Perang Uhud, Allah SWT memindahkan ruh-ruh mereka itu ke dalam
burung-burung hijau yang menghinggapi sungai-sungai surga sambil memakan
buah-buahannya dan kemudian berlindung ke lampu-lampu emas yang bergantungan di
bawah naungan Arsy. Tatkala mereka merasakan nikmatnya tempat peristirahatan
mereka di surga itu, berkatalah mereka: siapakah gerangan yang akan
menyampaikan kepada kawan-kawan kami tentang hal ihwal diri kami yang hidup
bahagia di surga, agar mereka tidak meninggalkan jihad dan agar mereka tidak
licik meninggalkan medan perang? Allah menjawab: Akulah yang akan menyampaikan
kepada mereka perihal diri kamu semua.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Hakim, Baihaqi,
dan Ibnu Abbas)
Jika
kita ingin meneladani Allah dalam sifat Ar-Raafi’ ini, maka kita harus berusaha
keras untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, serta membela hamba-hamba Allah
yang memperjuangkannya.
Hamim
Thohari
0 komentar:
Posting Komentar