Hari Asyura merupakan hari kesepuluh Muharram dan kaum
Muslimin disunahkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan
berpuasa.
Ceritanya, pada permulaan hijrah ke Madinah Rasulullah SAW
melihat kaum Yahudi melaksanakan puasa tanggal 10 Muharram. Rasulullah SAW
bertanya, "Puasa apa ini?"
Para sahabat menjawab, "Ini adalah puasanya Nabi Shaleh
AS, juga puasa pada hari di mana Allah SWT menyelamatkan Bani Israil dari musuh
mereka sehingga Nabi Musa berpuasa."
Rasulullah SAW bersabda, "Aku lebih berhak atas Musa
daripada mereka (kaum Yahudi), sehingga Rasulullah SAW berpuasa dan menyuruh
(kaum Muslimin) berpuasa." (HR. Bukhari).
Menurut sebagian riwayat, beberapa peristiwa istimewa pada
hari Asyura antara lain: diselamatkannya Nabi Nuh AS beserta kaumnya dari
banjir bandang yang terjadi pada zamannya dan diselamatkannya Nabi Yunus AS
dari perut ikan paus yang memangsanya.
Rasulullah SAW sendiri telah melaksanakan puasa Asyura
bersama kaum Muslimin di Makkah sebelum datangnya kewajiban puasa Ramadhan.
Namun, setelah Allah SWT mewajibkan puasa Ramadhan,
Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh, Asyura adalah hari di antara hari-hari
Allah SWT. Barangsiapa yang berkehendak maka ia dapat melakukan puasa atau
meninggalkannya (tidak melakukannya)." (HR. Muslim).
Selain kaum Yahudi, kaum jahiliyah di Makkah juga memiliki
tradisi puasa Asyura, sehingga puasa Asyura cukup masyhur bagi mereka.
Syariat puasa Asyura kendati boleh dilakukan secara mandiri
hanya satu hari tanggal 10 Muharram, namun Jumhur Ulama berpandangan mengenai
kesempurnaan puasa tersebut bila digabung dengan puasa Tasu'a (tanggal 9
Muharram).
Hal tersebut karena pada saat Rasulullah bersama sahabat
berpuasa Asyura, sebagian sahabat menyatakan hari itu adalah hari yang
diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani, Rasulullah SAW bersabda, "Insya
Allah, pada tahun mendatang kita akan berpuasa yang dimulai dari hari
kesembilan Muharram (Tasu'a)."
Namun, sebelum bulan Muharram tahun depan tiba Rasulullah
SAW telah wafat, sehingga menurut para ulama, hikmah disunahkannya puasa Tasu'a
dengan Asyura adalah untuk membedakan puasa kaum Muslimin dan Kaum Yahudi.
Sejak saat itu, para sahabat dan salafus shaleh
mentradisikan puasa Tasu'a dan Asyura yang dilatarbelakangi oleh berbagai
keutamaan sebagaimana tersebut di dalam hadis berikut:
Ibnu Abbas RA berkata, “Aku tidak melihat Rasulullah SAW
berniat puasa dan mengharapkan keutamaan
pahala yang utama kecuali pada hari ini, yaitu hari Asyura dan bulan ini
(Ramadhan)." (HR. Bukhari).
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, "Puasa
tiga hari pada setiap bulan dan Ramadan ke Ramadhan adalah puasa satu tahun
penuh, puasa Arafah menghapus dosa tahun lalu dan tahun yang akan datang,
sedangkan puasa Asyura menghapuskan dosa tahun lalu." (HR. Muslim).
Adapun kebisaan kaum Muslimin menyantuni anak yatim dan
fakir miskin maupun keluarga di bulan Muharram, didasarkan pada hadis
Rasulullah SAW, "Barangsiapa meluaskan (perkara) bagi keluarganya pada
hari Asyura, maka Allah SWT akan meluaskan (perkara) baginya sepanjang
tahun." (HR. Baihaqi).
Demikianlah keutamaan hari Asyura, semoga Allah SWT
memberikan kemudahan bagi kita dalam memperbanyak kebajikan dan berpuasa Tasu'a
dan Asyura sebagai bentuk kecintaan kita dalam melestarikan sunah Rasulullah
SAW. Wallahu a'lam.
Muhammad Hariyadi
0 komentar:
Posting Komentar