Tidak satu pun anak manusia yang biografi dan sejarahnya dikupas
secara detail, komplet, menyeluruh dan transparan melebihi sosok Muhammad SAW.
Kisah tokoh yang satu ini ditulis oleh setiap generasi
manusia dari masa ke masa dengan pendekatan yang berbeda-beda, sehingga tulisan
mengenai dirinya terus hidup dan berkembang, tak lekang oleh zaman dan tak
tergilas waktu.
Sirah Nabi SAW adalah sejarah hidup (living model) yang
menggambarkan kepribadian Muhammad SAW secara utuh dan menyeluruh. Sirah bukan
sekedar biografi dan sejarah karena penulisannya didasarkan pada periwayatan
sumber-sumber otentik.
Sirah lebih obyektif dari penulisan biografi dan sejarah,
sebab ditulis sesuai dengan realitanya tanpa penyembunyian dan pengurangan
informasi sedikit pun.
Kegiatan Nabi SAW dalam bentuk shalat, zakat, puasa, haji,
jihad, pergaulanya dengan keluarga dan masyarakat luas dengan mudah dapat
ditemui di berbagai buku Sirah. Masa lahir, anak-anak, remaja, dewasa, menikah
hingga meninggal menjadi perhatian Sirah.
Aisyah RA berkata, "Jika Muhammad itu menyembunyikan
sesuatu (dari Allah), maka ia pasti akan sembunyikan ayat ini (QS. Al-Ahzab: 37, perintah menikahi Zaenab
Jahsyi)."
Hal tersebut karena Nabi SAW harus mengubah tradisi
pernikahan kaum Jahiliyah dan menghadapi tuduhan-tuduhan mereka karena menikahi
mantan istri anak angkat yang menjadi pantangan di kalangan mereka.
Namun, Allah SWT memerintahkan Nabi SAW melakukannya untuk
menegaskan berlakunya hukum bahwa menikahi mantan istri anak angkat
diperbolehkan dalam Islam dan pengharaman penisbatan anak angkat kepada ayah
angkatnya.
Dalam peristiwa lain, Nabi SAW juga mendapat teguran dan
pembetulan dari Allah SWT ketika seorang sahabat yang buta bernama Abdullah bin
Ummi Maktum datang kepada NAbi SAW utuk menanyakan sesuatu.
Pada waktu itu Nabi SAW sedang mengadakan pertemuan penting
dengan para pembesar Quraish seperti Abu Jahl bin Hisyam, Uthbah bin Rabi'ah,
Ubay bin Umayyah bin Khalaf dan Abbas bin Abdul Muthalib.
Nabi SAW terkesan mengabaikan kedatangan Abdullah bin Ummi
Maktum, sehingga beliau langsung mendapat teguran dari Allah dengan turunnya
wahyu sebagaimana termaktub dalam Surah Abasa.
Berbagai peristiwa yang dalam perspektif kaum Muslimin
menjadi pelajaran berharga dan dalam tahap tertentu menjadi bahan kritikan dan
ejekan kaum orientalis tersebut tetap menjadi bagian dari Sirah Nabi SAW,
karena Nabi SAW dihadirkan agar menjadi suri teladan yang baik di semua bidang
dan contoh ideal hidup manusia, sehingga kepribadian dan perilakunya dipelihara
(dari kesalahan dan dosa) oleh Allah SWT.
Lebih dari itu agar semua teladan hidupnya menginspirasikan
umat manusia dan menjadi rahmat bagi alam semesta. Yang pasti pula, realitas
kepribadiannya lebih indah dari semua pensifatan yang diberikan kepadanya.
Beliau adalah profil manusia terbaik dari sisi akhlak maupun
fisiknya. Beliau paling tampan di antara orang yang tampan, tidak terlalu
tinggi dan pendek, wajahnya memancar bagaikan matahari dan bulan, serta paling
mirip dengan Al-Khalil Ibrahim AS.
Perhatikanlah pengakuan Amr bin Ash yang pada saat sakaratul
maut berkata, "Tidak ada seorang pun yang lebih aku cintai daripada
Rasulullah SAW, dan tidaklah mataku dipenuhi olehnya, semata-mata karena aku
memuliakannya. Jika aku diminta untuk menyifatinya maka aku tidak mampu karena
aku tidak memenuhi mataku kecuali dirinya." Wallahu a'lam.
Muhammad Hariyadi,
0 komentar:
Posting Komentar