Menghadapi musibah, masalah, ketakutan, kekurangan, tekanan
dan cobaan dengan sikap sabar lazim dilakukan semua orang.
Mereka yang kuat bersabar dalam semua keadaan tersebut
sambil terus berikhtiar mencari solusi, perbaikan dan konsisten mendekati Allah
SWT akan mendapatkan berkah dan rahmat-Nya. (QS. Al Baqarah: 155-157). Hal itu karena sabar merupakan modal
yang senantiasa harus diperkuat secara terus menerus oleh orang yang beriman di
sepanjang jalan kehidupan.
Sabar juga berkaitan dengan ketaatan dalam menjalankan
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Mereka yang konsisten sabar dalam
beribadah dan menjauhi larangan-Nya, akan mendapatkan ketentraman hati,
tambahan petunjuk dan keyakinan serta kegembiraan atas janji Allah SWT. (QS. Fushilat: 30-32).
Hal tersebut karena sabar dalam ketaatan dan menjauhi
larangan tidak lepas dari banyaknya tantangan, baik yang berasal dari nafsunya
sendiri, orang lain maupun bisikan busuk setan.
Kesabaran dengan demikian merupakan prasyarat yang
diperlukan dalam semua kondisi kehidupan. Ibarat dua sisi mata uang, sabar
merupakan jalan pilihan dalam menyelesaikan beban kehidupan yang berat agar
seseorang sampai ke tempat tujuan dengan baik pada satu sisi. Sedangkan pada
sisi lain, sabar merupakan benteng pertahanan yang menjadikan seseorang
konsisten, tekun dan mantap dengan pilihan yang telah ditetapkan.
Bersabar bukan berarti lemah dan menyerah terhadap keadaan.
Bersabar justru merupakan sikap posif dan menunjukkan kuatnya iman seseorang.
Allah SWT berfirman: "Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, Sungguh
yang demikian itu termasuk kewajiban dalam menghadapi perkara." (QS. Luqman: 17).
Bersabar yang dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan bahkan
menjadikan seseorang solid, kuat, berwibawa, disegani kawan maupun lawan dan
membawa keberhasilan serta kebahagiaan. Allah SWT berfirman, "Wahai
orang-orang yang beriman bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu dan bersiap
siagalah serta bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung." (QS. Ali Imran: 200).
Kesabaran bukan sikap defensif dan menerima keadaan dengan
pasrah. Sebaliknya sabar merupakan sikap ofensif jiwa dalam menolak kemungkaran
dan larangan Allah serta ketetapan hati yang kuat dalam menjalankan
perintah-Nya dan mencari solusi terbaik dalam mengatasi keadaan. Allah SWT
berfirman, "Maka kesabaran yang baik itu (adalah kesabaranku),
Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku. Sungguh, Dialah Yang
Mahamengetahui Mahabijaksana." (QS,
Yusuf: 83).
Kesabaran tidak tumbuh sendiri layaknya pohon ilalang. Ia
dimiliki melalui proses panjang yang matang. Seseorang dapat dikarunia
kesabaran dengan pembiasaan-pembiasaan berikut:
Pertama, memiliki pandangan bahwa apa yang melekat pada
dirinya, orang lain dan dunia adalah amanah dari Allah SWT dan berusaha untuk
memfungsikan dirinya sebagai pengamban amanah di hadapan manusia dan Allah SWT.
Kedua, bersikap tumakninah dan ridha atas semua takdir yang
diberikan Allah SWT, sehingga bersikap enjoy dengan kenyataan apa pun yang
dihadapi dengan tetap berpegang pada agama Allah SWT.
Ketiga, sadar bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai
khalifah Allah di muka bumi, menghadapi banyak tantangan yang berasal dari
nafsunya sendiri, keluarga dan komunitas di sekitarnya bahkan dari setan yang
menjadi musuh bebuyutan manusia. Kesabaran di sini merupakan separuh dari iman
karena keyakinan adalah iman yang sepenuhnya.
Keempat, Mengetahui cara-cara meredakan amarah dengan
berbagai cara dan polanya, sebagaimana petunjuk Rasulullah SAW dalam berbagai
hadisnya.
Muhammad Hariyadi
0 komentar:
Posting Komentar