Dunia memiliki tiga waktu; kemarin, hari ini dan esok hari.
Kemarin dan waktu lampau tidak akan pernah kembali lagi, sehingga kita tidak
mungkin meraihnya.
Hari ini adalah hadiah Tuhan, sehingga mereka yang pandai
memanfaatkannya dengan mempertebal keimanan dan menyegerakan amal saleh tidak
mengalami "opportunity lost". Sedangkan esok hari adalah rahasia
Tuhan yang tidak seorang pun mengetahuinya.
Sementara itu, umur manusia memiliki dua sifat. Pertama, ia tidak akan berjalan terus
tanpa henti, baik manusia sedang mengalami kesedihan maupun kegembiraan, sedang
sehat ataupun sakit. Kedua, umur
yang telah lalu tidak akan pernah kembali lagi, sehingga penyesalan terjadi
ketika kesempatannya tidak terulang kembali.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka Allah SWT memberikan
petunjuk-Nya agar manusia menyegerakan diri dalam kebajikan sebelum disibukkan
dengan banyak urusan, memanfaatkan umur, masa sehat, masa jaya, masa muda, masa
luang sebelum datang masa-masa kebalikannya.
Allah SWT berfirman, “Dan bersegeralah menuju kepada ampunan
Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang diperuntukkan bagi
orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali
Imran: 133).
Dalam sebuah hadis dari Ibnu Abbas RA dikabarkan bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “Manfaatkanlah lima perkara sebelum datangnya lima:
hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, luangmu sebelum sempitmu,
mudamu sebelum tuamu, dan kayamu sebelum fakirmu.” (HR. Ahmad).
Sejarah mencatat bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq memiliki
keutamaan di antara para sahabat lainnya disebabkan dua hal. Pertama, senantiasa membenarkan Rasul.
Oleh sebab itu, Rasulullah SAW memberinya gelar Ash-Shiddiq (orang yang selalu
membenarkan kata dan ucapan Rasul SAW). Kedua,
senantiasa menjadi penyegera atau orang pertama dalam banyak hal. Oleh sebab
itu, ia masuk dalam kelompok perintis perjuangan pemula masa Rasulullah SAW
yang dikenal dengan istilah As-Sabiqun Al-Awwalun yang dijanjikan Allah masuk
surga. (QS. At-taubat: 100).
Keutamaan memang milik orang-orang yang membenarkan bukan pada
penyegeraan. Namun, Abu Bakar memiliki keutamaan dan urgensitas karena
membenarkan Rasul dan menyegarakan (menjadi yang pertama) dalam banyak hal.
Menyegerakan atau menjadi yang pertama banyak hal menjadi
perkara yang urgen karena memenuhi kebutuhan, menentramkan dan memberikan
kepastian. Sehingga membenarkan dan menyegerakan merupakan gabungan dari sifat
kemuliaan yang jika keduanya bersatu pada diri seseorang akan melahirkan
kesempurnaan.
Dalam hadis Ibnu Abbas, Rasulullah SAW menceritakan mengenai
70 ribu umatnya yang masuk surga tanpa hisab dan azab neraka. Salah seorang
sahabat bernama Ukasah bin Mahshan berkata, "Doakanlah aku agar menjadi
golongan mereka." Rasulullah SAW menjawab, "Engkau bagian dari
mereka." Kemudian seorang sahabat lain berdiri dan berkata, "Doakan
pula aku menjadi golongan mereka wahai Rasul!" Rasulullah SAW menjawab,
“Ukasah telah mendahuluimu." (HR.
Bukhari-Muslim).
Jawaban Rasulullah ini mengisyaratkan bahwa para penyegera
atau menjadi yang pertama memiliki maqam (tempat) yang berbeda dengan yang di
belakangnya termasuk dalam masalah agama. Apalagi semua orang mengetahui bahwa
para penyegera dan menjadi yang pertama jelas berbeda kualitasnya dengan yang
bergerak lambat atau pemalas. Wallahu a'lam.
Muhammad Hariyadi
0 komentar:
Posting Komentar