Lailatul Qadar adalah malam mulia penuh berkah.
Kemuliaan malam itu terletak pada
penurunan Alquran dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia. Keberkahannya terletak
pada keagungan malamnya karena keberkahan isi Alquran.
Sejak dulu hingga kini bahkan sampai kiamat nanti, Lailatul
Qadar akan tetap abadi dalam kerahasiaan. Hal tersebut dimaksudkan agar manusia
terdorong bersungguh-sungguh untuk mendapatkan dan menggapainya.
Disamping agar manusia menghidupkan malam-malam Ramadhan
sebanyak mungkin dalam rangka menjalin hubungan dengan Tuhan. Malam itu adalah
malam yang lebih baik dari pada seribu bulan atau 83 tahun (QS. Al-Qadar: 3) bagi orang-orang yang beribadah dengan
landasan keimanan dan mengharap pahala
serta ridha Allah SWT.
Hadis-hadis yang menjelaskan mengenai Lailatul Qadar
variatif dan banyak. Sebagian tidak memberikan batasan rinci dan mendorong kita
untuk mengusahakannya setiap malam di bulan Ramadhan; sebagian lain menyebut
sepuluh hari terakhir; sebagian lagi menyebut pada malam-malam ganjil di sepuluh
hari terakhir Ramadhan.
Pandangan Lailatul Qadar terjadi pada malam-malam ganjil di
sepuluh terakhir Ramadhan merupakan pendapat yang rajih (paling kuat). Dari
Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Carilah Lailatul Qadar pada
malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan." (HR. Bukhari).
Dalam hadis lain dari Aisyah RA disebutkan, “Adalah
Rasulullah SAW, jika memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, maka beliau
mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malam-malamnya dan membangunkan
keluarganya.” (HR. Bukhari-Muslim).
Keutamaan Lailatul Qadar terhadap malam-malam lainnya
merupakan hal yang alami sebagaimana Allah melebihkan satu makhluk atas
lainnya; melebihkan sebagian laki-laki atas sebagian wanita; melebihkan Makkah,
Madinah dan Al-Qud atas tempat istimewa lainnya; dan melebihkan sebagian Rasul
atas sebagian lainnya. Keutamaan tersebut merujuk pada keutamaan waktu, tempat,
dan pribadi karena substansi yang diberikan oleh Allah SWT di dalamnya.
Adapun tanda-tanda turunnya Lailatul Qadar yang
direpresentasikan dalam bentuk indahnya fenomena alam sebagaimana disebutkan
oleh sebagian ulama tampaknya tidak cukup menjadi pegangan. Hal tersebut karena
tidak ada petunjuk syariat yang secara tersurat memberikan penjelasan mengenai
perubahan fenomena alam dimaksud.
Alquran sendiri hanya menyebut mengenai Lailatul Qadar dalam
dua surah: Ad-Dukhan dan Al-Qadar. Di dalam surah Al-Qadar disebutkan,
"Pada malam qadar itu para malaikat dan Jibril turun dengan izin Tuhannya
untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit
fajar." (QS. Al Qadar: 4-5).
Sehingga tampaknya cukuplah bagi kita memegangi komentar
Imam At-Thabari yang menyatakan, semua fenomena alam yang disebutkan para ulama
bersifat tidak pasti. “Yang pasti,
turunnya Lailatul Qadar merupakan sesuatu yang pasti, namun penurunannya
tidak dapat dilihat maupun didengar oleh panca indra."
Lailatul Qadar merupakan anugerah Tuhan kepada umat Muhammad
agar nilai ibadah mereka sama, bahkan melebihi umat-umat terdahulu yang
dipanjangkan umurnya. Hanya saja caranya, umat Muhammad harus ekstra
sungguh-sungguh dalam mencarinya sebab kadar kemuliaan dan kadar keberkahan di
malam Qadar itu tetap abadi dalam kerahasiaan.
Muhammad Hariyadi
0 komentar:
Posting Komentar