Islam merupakan satu-satunya agama yang memberikan perhatian
utama terhadap kesehatan manusia. Setiap Muslim wajib secara agama menjaga
kesehatannya dan menyeimbangkannya dengan kebutuhan rohaninya.
Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh, badanmu memiliki hak
atas dirimu." (HR. Muslim). Di
antara hak badan adalah memberikan makanan pada saat lapar, memenuhi minuman
pada saat haus, memberikan istirahat pada saat lelah, membersihkan pada saat
kotor dan mengobati pada saat sakit.
Sedemikian besar perhatian Islam terhadap kesehatan badan
pemeluknya, sampai-sampai di dalam beberapa ayat Alquran, As-sunnah dan
kitab-kitab fikih terdapat bahasan khusus mengenai kesehatan, penyakit dan
petunjuk Rasul SAW dalam hal pengobatan.
Bahkan, penjagaan dan pemeliharaan kesehatan menjadi bagian
pemeliharaan kedua dari prinsip-prinsip pemeliharaan pokok dalam syariat Islam
yang terdiri dari; pemeliharaan agama, kesehatan, keturunan, harta dan jiwa.
Sebaliknya, Islam melarang berbagai tindakan yang
membahayakan fisik/badan atas nama pendekatan keagamaan sekalipun sebagaimana
tersebut dalam firman Allah SWT, "Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
dalam kerusakan." (QS. Al-Baqarah:
195) dan "Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh Allah
Mahapenyayang kepadamu." (QS.
An-Nisaa': 29).
Demi penjagaan terhadap kesehatan, syariat Islam juga
memberikan berbagai keringanan di dalam beribadah dengan tujuan meringankan,
memudahkan dan tidak membuat payah badan.
Dalam pemberian keringanan berbuka bagi orang yang sakit dan
bepergian, Allah SWT berfirman, "Allah menghendaki kelonggaran dan tidak
menghendaki kesempitan bagimu." (QS.
Al-Baqarah: 185). Dalam kaitannya dengan keringanan bertayamum, Allah SWT
berfirman, "Allah tidak menghendaki kesulitan bagimu, tetapi hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu agar kamu
bersyukur." (QS. Al Maidah: 6).
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Rasulullah SAW
mengutus Amr bin Ash RA sebagai Amir di Suriah. Pada saat kembali ke Madinah,
Amr bin Ash mengadukan masalah menyucikan diri dari hadas besar melalui tayamum
dengan pertanyaannya, "Wahai Rasul, malam itu cuaca sangat dingin dan aku
ingat firman Allah SWT: "Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh Allah
Mahapenyayang kepadamu." (QS.
An-Nisaa': 29). Rasulullah SAW lantas menjawab pengaduan Amr bin Ash
tersebut dengan senyuman yang menegaskan persetujuannya atas tindakan yang
diambil.
Realitas tersebut menunjukkan bahwa seorang Muslim wajib
memelihara kesehatan badannya, sebagaimana kewajiban negara menjaga kesehatan
masyarakatnya dan menanggulangi wabah penyakit yang menyerang rakyatnya.
Sehingga di kalangan kaum Muslimin telah masyhur penyataan yang menyebutkan
"kesehatan badan/ fisik didahulukan dari kesehatan beragama karena Tuhan
Mahapengampun dan Penyayang".
Bahkan, dalam kaitannya dengan penghindaran diri dari
penyakit yang mewabah pada suatu kawasan, seorang Muslim diperkenankan untuk
menghindarkan diri dari kawasan tersebut menuju kawasan lain yang lebih aman
dengan istilah "pindah dari qadar (ketentuan) Allah menuju pada qadar yang
lain."
Lebih jauh, seorang Muslim harus senantiasa berupaya untuk
menyembuhkan penyakit yang sedang dideritanya dengan asumsi semua penyakit ada
obatnya. Lebih dari itu, sebagaimana penyakit merupakan qadar dari Allah, maka
upaya mencari kesembuhan dan obat pun juga merupakan bagian dari qadar Allah
SWT. Dengan demikian seorang Muslim senantiasa berupaya menghadapi qadar Allah
dengan qadar Allah yang lain. Wallahu A'lam.
Muhammad Hariyadi
0 komentar:
Posting Komentar