Allah SWT memerintahkan kaum Muslimin untuk bersatu menjadi
umat yang kuat secara akidah dan berhubungan kemanusiaan atas dasar saling
tolong menolong, bekerjasama dalam kebajikan dan menjauhkan diri dari
meninggalkan agama Allah (QS. Ali Imran:
103).
Persatuan tersebut didasari oleh sikap persaudaraan dan
saling mencintai sesama muslim. "Sungguh, orang-orang mukmin itu
bersaudara." (QS. Al-Hujurat: 10).
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Kamu
sekalian tidak akan masuk surga, sehingga (kamu) beriman, dan kamu sekalian
tidak beriman hingga saling mencintai." (HR. Muslim).
Atas dasar pemikiran tersebut, Allah SWT menetapkan beberapa
syariat yang menjadi wahana kaum Muslimin bersatu dan bekerjasama, semisal
kewajiban shalat Jumat, ibadah haji, dua shalat sunah hari raya dan sunahnya
shalat berjamaah.
Hal tersebut antara lain karena di dalam persatuan terdapat
kekuatan dan kemuliaan. Sedangkan di dalam perpecahan dan persengketaan
tersimpan kerapuhan dan kehinaan. Melalui kemuliaan, kebenaran akan menempati
posisi tinggi di dunia dan melalui kekuatan, kebenaran akan terjaga dari
ancaman para perusak dan tipu daya para penipu.
Allah SWT juga mencintai orang-orang beriman yang berjuang
di jalan-Nya dalam satu kesatuan barisan, satu pemikiran dan ketetapan hati
yang sama, di mana jiwa mereka tidak terkena perselisihan dan barisan mereka
tidak tersentuh oleh benturan (QS.
As-Shaff: 4).
Rasulullah SAW sendiri sebagaimana diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Muslim bersabda, "Orang beriman, yang satu dengan lainnya
seperti bangunan yang saling menguatkan satu sama lain."
Dalam riwayat lain, "Perumpamaan orang-orang yang
beriman di dalam sikap saling mencintai, lemah lembut dan kasih sayangnya
bagaikan satu anggota badan, apabila satu dari anggotanya menderita sakit, maka
anggota yang lain merasakan (pula) sakit dan demam." (HR. Bukhari-Muslim)
Sedemikian pentingnya menjaga persatuan, Rasulullah SAW
telah memperingatkan kaum Muslimin akan bahaya perpecahan dan perselisihan
serta menjelaskan akibat dari keduanya, yang berupa kerusakan dan kehancuran.
"Janganlah kalian berselisih, karena orang-orang yang berselisih sebelum
kamu nyata-nyata telah mengalami kehancuran."
Di lain pihak, Alah SWT mewajibkan kaum Muslimin untuk
segera mencari jalan keluar jika terdapat perselisihan di antara mereka agar
keburukan yang terdapat di dalamnya tidak tersebar luas. Allah SWT berfirman,
"Dan apabila dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah di
antara keduanya." (QS. Al-Hujurat:
9).
Dalam konteks tersebut, Allah SWT mengisyaratkan agar kaum
Muslimin menjadikan takwa sebagai pegangan utama, sehingga rahmat Allah sampai
kepada mereka, karena mereka adalah orang-orang yang gemar berbuat kebajikan (QS. Al-Hujurat: 10).
Kaum Muslimin tidak boleh membiarkan saudaranya berada dalam
perselisihan, karena sebagai orang yang beriman tidak akan sempurna keimanannya
kecuali ia dapat mencintai saudara seimannya sebagaimana mencintai dirinya
sendiri.
Membiarkan perselisihan tanpa upaya menyelesaikannya akan
menghasilkan keburukan dan akibat yang fatal
bukan saja bagi mereka yang berselisih, melainkan juga bagi seluruh umat
Islam.
Orang-orang beriman juga tidak boleh menyepelekan perkara
yang tampak sederhana dan tidak penting dalam pandangan mereka, karena
peperangan dimulai dengan kata-kata dan besarnya api bermula dari percikan
kecil.
Demikianlah pentingnya memelihara persatuan dan kesatuan
sehingga ia harus menjadi perhatian bersama kaum Muslimin sebab merupakan salah
satu kewajiban di antara berbagai kewajiban lainnya. Wallahu a'lam.
Muhammad Hariyadi
0 komentar:
Posting Komentar