Moh Mahfud MD ; Guru Besar Hukum Konstitusi
SINDO, 11 Agustus 2012
Apa pun yang dibangun atau diperoleh dengan cara tidak
sah atau haram, baik haram menurut hukum agama maupun haram menurut hukum
negara, pastilah akan menimbulkan siksaan, baik bagi diri sendiri maupun
masyarakat.
Itulah sebabnya kaum muslimin diingatkan betul agar
berhati-hati dari makanan maupun perilaku haram. Kalau makanan dan perilaku
kita bersih, kita bisa menikmati hidup dengan tenang dan bisa melahirkan
keturunan yang baik-baik dan membanggakan. Pernah mendengar nama Syech Abdul
Qodir Jailani? Dia adalah hasil dari keluarga yang sejak awal menjaga diri dari
makanan dan perbuatan yang haram.
Saat muda, Sayyid Muhammad Sholeh selalu menjaga diri
dari makanan yang haram. Pada suatu hari,karena kehausan yang luar biasa saat
jadi musafir, dia datang ke satu sungai yang airnya sangat jernih untuk minum.
Tiba-tiba ada sebuah apel yang mengapung di depannya dan dia memungut lantas
menggigitnya dengan spontan. Tapi begitu gigitan pertama itu sampai di
lehernya, sang Sayyid kaget luar biasa.
“Astaghfirullah, saya telah memakan apel tanpa izin dari
pemiliknya, ini haram,” serunya. Dia bertekad meminta maafdan penghalalan dari
pemiliknya. Tapi siapakah pemilik buah apel itu? Maka menyusurlah dia ke hulu
sungai untuk mencari tempat atau orang yang apelnya jatuh menggelinding ke
sungai sampai akhirnya dia menemukan sebuah pohon apel di tepi sungai.
Dicarilah pemilik pohon itu sampai ketemu.
“Tuan, saya telah memakan apel secara haram. Sebuah apel
jatuh ke sungai dari pohon milikmu dan saya telah memakannya tanpa hak. Saya
minta dihalalkan dan saya bersedia dihukum dengan apa saja,” kata Sayyid
Muhammad Sholeh. Pemilik pohon apel tertarik atas kesalehan tamunya yang masih
muda.“Saya akan maafkan kamu dari ketelanjuranmu memakan apel dari pohon apel
saya dengan syarat kamu bekerja di kebun apel saya selama 10 tahun.
Karena ingin membersihkan darahnya dari noda makanan
tidak halal, Sayyid Muhammad Sholeh menyatakan bersedia menjadi pekerja di
kebun apel itu selama 10 tahun. Setelah selesai penebusan kerjaselama 10 tahun,
dia pamit kepada pemilik pohon apel itu. “Saya telah melaksanakan hukuman,
halalkan apel yang telanjur saya gigit 10 tahun yang lalu.
Kini saya mau pulang,” kata sang Sayyid. Tapi sang
pemilik pohon apel menjawab, “Saya belum bisa mengikhlaskan apel yang kamu
makan tanpa izin saya. Kamu harus bekerja lagi selama dua tahun di kebun apel
itu.”Karena ingin darahnya bersih dari makanan yang tidak halal, Sayyid Sholeh
bersedia bekerja lagi selama dua tahun di kebun apel.
Setelah lewat dua tahun, artinya sesudah bekerja di
kebun apel selama 12 tahun, kembali sang Sayyid minta pamit dan minta agar apel
yang telanjur dimakannya dihalalkan. Tapi pemilik kebun apel itu lagi-lagi
menjawab, “Apel yang telanjur kamu makan akan saya halalkan kalau kamu mau
menikahi putri saya. Putri saya itu keadaannya buta dan tuli.” Lagi-lagi, demi
menjaga darahnya dari makanan yang tidak bersih, Sayyid Sholeh bersedia
mengawini putri yang, katanya, buta dan tuli itu.
Namun, subhanallah, putri yang katanya buta dan tuli itu
adalah putri yang sangat cantik jelita, tidak buta dan tidak tuli. Namanya
Sayyidah Ummul Khair Fathimah. “Ummul Khair itu buta dari hal-hal yang jelek
dan tuli karena tidak mau mendengar dan ngomongin kejelekan orang. Dia sama
dengan kamu, tak pernah makan dari makanan yang haram sedikit pun,” kata
pemilik kebun apel itu kepada Sayyid Sholeh.
Menikahlah Sayyid Sholeh dengan Sayyidah Ummul Khair
Fathimah. Dari pernikahan keduanya lahirlah Syech Abdul Qodir Jailani yang
sangat terkenal sebagai sufi, peletak dasar-dasar dan pengembang ilmu tasawuf
yang karya-karyanya sangat banyak dan selalu dibaca orang sampai sekarang
dengan pengikut puluhan bahkan ratusan juta orang. Dari makanan yang bersih dan
tidak subhat itulah lahir manusia yang begitu luar biasa kecerdasan dan
kesalehannya. Mumpung ini bulan puasa, mari kita jaga diri kita dari makanan
dan perbuatan yang haram. Kata Nabi Muhammad Rasulullah, “Bagi apa pun yang
tumbuh dari yang haram itu, maka neraka (siksaan) berhak atasnya, maanabata min
haraam fan naaru ahaqqu bihi.”
Kalau Anda kotori darah Anda atau keluarga Anda dengan
yang haram, maka panas neraka, siksaan lahir dan batin akan menimpa Anda dan
keluarga. Neraka tidak hanya di akhirat, tetapi juga serangan panas di dunia.
Pokoknya, yang haram itu pasti membuat panas dan tak nyaman. Cobalah Anda makan
barang haram semisal hasil korupsi, sekecil apa pun, maka hidup Anda akan
panas, tersiksa, dan selalu dihantui oleh ketakutan dan kegelisahan. Kalau
rumah Anda dibangun dengan barang haram, rumah itu tidak akan pernah nyaman
untuk dihuni. Pun kalau Anda naik mobil yang diperoleh secara haram pastilah
naik mobil itu juga tidak nikmat dan menggelisahkan.
Selamat melanjutkan ibadah puasa.
0 komentar:
Posting Komentar