Sikap munafik (tidak adanya kesesuaian antara ucapan dan
hati serta tindakan) banyak kita temui dalam perjalanan sejarah kemanusiaan,
termasuk di dunia modern dan dunia maya dewasa ini. Jika hal tersebut berkaitan
dengan keimanan dan keyakinan, biasanya dikenal dengan istilah munafik i'tiqadi.
Allah SWT berfirman: "Apabila orang-orang munafik
datang kepadamu (Muhammad), mereka berkata, ‘Kami mengakui bahwa engkau adalah
Rasul Allah’. Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasul-Nya dan Allah
menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta." (QS.
Al-Munafiqun: 1).
Namun jika kemunafikan tersebut berkaitan dengan perbuatan
seperti berdusta, berkhianat, dan ingkar janji, maka hal tersebut disebut
dengan munafik ghairu i'tiqadi. Rasulullah SAW bersabda: "Tanda-tanda
orang munafik ada tiga: jika berbicara berbohong, jika dipercaya berkhianat,
dan jika berjanji tidak ditepati." (HR. Muslim).
Hukum munafik amali (ghairu i'tiqadi) sama dengan hukum
fasiq, yang merupakan suatu kemaksiatan dan pelakunya harus meminta maaf kepada
manusia serta bertobat kepada Allah SWT.
Hal tersebut karena kemunafikan menyalahi keimanan serta
dampaknya sangat berbahaya bagi kesehatan jiwa dan masyarakat. Lebih dari itu,
kemunafikan belum ditemukan obatnya kecuali dengan mengikis habis sifat
keburukannya dan menggantinya dengan fikih keimanan.
Kemunafikan memiliki banyak tanda selain tiga yang
disebutkan Rasulullah SAW di atas. Di antara tanda-tanda tersebut adalah pertama,
orang munafik memiliki sifat gemar merusak, bukan membangun; mengacaukan, bukan
memperbaiki; mengganggu, bukan mengkondisikan kebaikan. Allah SWT berfirman:
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah berbuat kerusakan di
bumi!’ Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan
perbaikan’. Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi
mereka tidak menyadari." (QS. Al-Baqarah: 11-12).
Kedua, orang munafik memiliki kebiasaan dan perangai
menuduh, menghina, dan menjelek-jelekkan kaum muslimin. Allah SWT berfirman:
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Berimanlah kamu sebagaimana orang
lain telah beriman!’ Mereka menjawab, ‘Apakah kami akan beriman seperti
orang-orang yang kurang akal itu beriman?’ Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang kurang akal, tetapi mereka tidak tahu." (QS. Al-Baqarah:
13).
Ketiga, orang munafik berpura-pura berperilaku
layaknya orang beriman, tetapi dengan visi dan misi keburukan. Allah SWT
berfirman: "Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi
Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat, mereka lakukan
dengan malas. Mereka bermaksud ingin dipuji di hadapan manusia. Dan mereka
tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali." (QS. An-Nisa': 142).
Keempat, orang munafik selalu berusaha menghalangi
orang lain dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT dengan cara dan tipu
daya apa pun (QS. An-Nisa': 61).
Kelima, orang-orang munafik memiliki visi yang
berbeda dengan orang beriman, yaitu menyuruh kemungkaran dan mencegah yang
makruf (QS. At-Taubah: 67).
Mudahnya mengidentifikasikan kemunafikan dalam dunia ide tidak semudah mengidentifikasikannya dalam kehidupan, sehingga setiap
jiwa harus berhati-hati dengan sikap tersebut, terlebih jika memengaruhi
kepribadian jiwa seseorang. Seorang yang berakal harus mendayafungsikan akal
dan mengikuti kata hatinya, sehingga ia berjalan di atas cahaya Allah SWT.
Wallahu a'lam.
Muhammad Hariyadi
0 komentar:
Posting Komentar