Banyak teori tentang kepemimpinan dan di sana terdapat berbagai aspek
untuk menilai hasil kinerjanya. Salah satu aspek
untuk menimbang keberhasilannya adalah seberapa besar memberi inspirasi dan
memengaruhi perilaku orang-orang di sekitarnya.
Lebih dari sekadar pengaruh
adalah warisan yang ditinggalkannya. Umat beragama biasanya akan menempatkan
sosok nabinya sebagai model. Bagi umat Islam, sosok
pemimpin yang dianggap paling ideal adalah Nabi Muhammad. Bahkan para sejarawan
pun mengakui akan kehebatan sosok Muhammad sebagai penggubah sejarah dunia. Salah satu tolok ukurnya terlihat dalam keberhasilannya memberi
inspirasi para sahabat yang tadinya hidup dalam kultur jahiliah, lalu berubah
drastis menjadi figurfigur tercerahkan.
Jadi, untuk menimbang kehebatan
sosok Muhammad sebagai pemimpin, lihat saja kualitas orang-orang di sekitarnya.
Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, dan sekian sahabat lainnya (bukan murid, tetapi
sahabat) berubah dari asuhan tradisi jahiliah menjadi pribadi-pribadi cinta
ilmu, bersemangat berkurban demi rakyat, dan senantiasa menjunjung tinggi
moralitas agung.
Logika berpikir ini mari kita
terapkan untuk menimbang sosok pemimpin di Indonesia sejak dari bupati, wali
kota, gubernur sampai presiden.Kualitas seorang pemimpin akan terlihat dari
kualitas orang-orang di sekitarnya. Jalan pikiran, tutur kata, tingkah laku,
dan bahkan gaya pidato seorang pemimpin akan menginspirasi anak buah. Coba
perhatikan Bung Karno. Banyak orang terinspirasi dan termotivasi oleh retorika
dan semangat nasionalisme yang menggelegar, bahkan getarannya ikut menggerakkan
pemimpin negara Asia-Afrika untuk bangkit melawan imperialisme.
Bung Karno membuat para diplomat
kita waktu itu bangga dan tampil percaya diri dalam pergaulan dunia. Pendeknya,
Bung Karno berhasil menciptakan rasa bangga dan percaya diri bagi warga
Indonesia. Lain Bung Karno lain lagi Pak Harto. Pak Harto bisa saja
diposisikan sebagai penerus dan penerjemah Bung Karno dalam format
teknokratik-operasional dalam membangun ekonomi bangsa.
Oleh karenanya di era Pak Harto
bermunculan figur-figur teknokrat yang duduk dalam jajaran kabinet. Mereka
memiliki kemampuan teknokratik untuk menerjemahkan garis-garis besar haluan
negara dengan hasil yang terukur. Bahkan gagasan dan gerakan modernisasi
di bawah Pak Harto telah menginspirasi negara-negara tetangga sehingga
Indonesia dijadikan model dan disegani di kalangan negara ASEAN. Baik Bung
Karno maupun Pak Harto tentu tidak bebas dari kekurangan.
Namun keduanya akan tetap dikenang
sebagai presiden Indonesia yang mewariskan jejak-jejak besar bagi perjalanan
bangsa ini. Setelah Pak Harto lengser, muncul presiden dalam waktu yang tidak
lama.Lagi-lagi, tiap penerusnya mewariskan jejaklangkah historis, sejak
Habibie, Gus Dur hingga Megawati.
Dari semua itu, setelah Pak Harto,yang
paling lama adalah Presiden SBY yang diagendakan selama 10 tahun sampai 2014
nanti. Warisan monumental apakah yang diwariskan Presiden SBY, bukan kapasitas
saya untuk menilai dalam esai yang amat singkat ini. Juga, inspirasi dan
motivasi apa yang ditularkan Pak SBY pada jajaran kabinet dan lingkungan
dekatnya, bagi saya tidak mudah untuk mengukurnya, di samping juga belum
berakhir mandatnya sebagai presiden.
Keadaan sudah berubah, baik situasi
ekonomi, politik maupun undang-undang pemerintahan, sehingga tolok ukur untuk
menilainya juga berubah. Namun yang namanya seorang sosok pemimpin besar
akan tetap menjadi sumber inspirasi dan motivasi untuk menciptakan perubahan
dan kemajuan bagi lingkungannya. Waktu belajar di pesantren dulu kiai
pernah memberi nasihat: orang yang takut salah untuk melakukan sesuatu, dia
sudah berada dalam kubangan kesalahan.
Orang yang takut salah, jangan
berbuat sesuatu. Tapi orang seperti itu tidak pantas jadi imam, kata kiai.
Paling pas ya jadi makmum kalau dalam salat jamaah. Jadi, masuk tahun 2012 ini
saya merindukan tampilnya sosok-sosok pemimpin yang sekaligus juga sosok
negarawan, bukannya sekadar aktivis politik. Jabatan pemimpin itu bukan
profesi, tetapi panggilan dan peluang untuk ikut mengukir sejarah bagi kemajuan
bangsa dan kesejahteraan rakyat
Komaruddin Hidayat
0 komentar:
Posting Komentar