Untuk
kesekian kalinya saya menjadi pendengar manis sopir taksi yang memperolok-olok
bupati, wali kota, dan anggota DPR yang korup dan masuk tahanan. Faiz, sopir
taksi Kota Semarang ini,merasa bersyukur dan bangga menjadi sopir ketimbang
pejabat negara atau wakil rakyat yang korup.
Mereka membuat rakyat sengsara dan
keluarganya menanggung malu. Pertengahan April lalu, saya berkeliling naik
taksi di Semarang. Rupanya dia mengenal wajah saya yang suka tampil di
layarkaca, sehingga dia membuka pembicaraan seputar politik. Saya mulai dengan
memberi apresiasi Kota Semarang yang tertib dan bersih. Namun, jawabannya
sungguh membuat saya tercengang. Menurut Faiz,masyarakat Jawa Tengah itu
religius dan mewarisi budaya luhur.
“Tetapi saya heran, mengapa
pemimpinnya pada lupa diri. Banyak yang korup. Dulunya mereka miskin, hidup
pas-pasan, tetapi setelah menjabat jadi berubah. Mabuk kekuasaan, yang
ujung-ujungnya menyengsarakan diri, keluarga, dan rakyat. Sekarang mereka masuk
penjara,” kata Faiz bersemangat. Ketika menyebut korupsi dan masuk penjara,
saya menjadi penasaran, ingin tahu, siapa saja mereka itu.
Maka sopir taksi itu nyerocos: Wali
Kota Semarang Soemarmo HS, status hukum tersangka, kini ditahan KPK; Ketua DPRD
Jawa Tengah, Murdoko, tersangka,dan kini ditahan KPK; Akhmat Zaenuri, Sekda
Kota Semarang, sedang proses Pengadilan Tipikor; Probo Yulastoro, mantan Bupati
Cilacap, sedang menjalani hukuman penjara; Hendy Boedoro, mantan Bupati Kendal,
terdakwa dan kini dalam penjara; Bambang Bintoro, mantan Bupati Batang, posisi
tersangka; Agung Purno Sardjono dan Sumartono anggota DPRD Kota Semarang, terdakwa;
Tasiman, mantan Bupati Pati, status terdakwa; Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah Riza
Kurniawan, status tersangka.
Demikianlah, sopir taksi tadi
begitu lancar menyebut sekian nama orang penting di Jawa Tengah yang terlibat
korupsi, termasuk pejabat di Tegal dan Sragen. Karena begitu meyakinkan,
sementara saya tentu agak ragu dan sulit menghafal nama-nama yang dia sebut,
maka saya menghubungi Saudara Nur Hidayat Sardini, dosen Undip Semarang, minta
klarifikasi dan konfirmasi tentang isu tersebut.
Juga Saudara Sonya, perwakilan Kompas
di Semarang.Ternyata keduanya membenarkan cerita sopir taksi tersebut. Astaghfirullah,
batin saya. Mau dibawa ke mana negara dan rakyat Indonesia ini? Cerita Faiz
tidak hanya berhenti di situ. “Banyak orang berambisi ingin mencalonkan diri
jadi bupati atau wali kota. Mereka sudah keluar uang puluhan miliar untuk biaya
kampanye, tetapi ternyata kalah.
Ujungnya mereka jatuh miskin,
sakit-sakitan, keluarga berantakan, bahkan ada yang sudah meninggal,
”celotehnya berlanjut,“ dulu saya malu jadi sopir taksi. Tetapi sekarang saya
bangga. Ini pilihan Tuhan yang terbaik buat saya dan keluarga,” ujarnya. Faiz
sering mendapat penumpang pengusaha dan politisi yang lagi pusing. Kepalanya
dipukul-pukul sendiri. Ada yang kalah judi, terkena peras, dan merasa diancam
polisi atau pengadilan kalau tidak bisa melunasi utang-utangnya.
Yang membuat Faiz dilematis adalah
ketika mendapatkan order dari perempuan penghibur. Dia ingin mencari rezeki
yang halal dan bersih, tetapi kadang mesti mengantar tamu atau perempuan yang
kerjanya begituan. “Untunglah saya sedikit-sedikit belajar hakikat hidup dan tawajjuh
dari seorang ustaz,” kata Faiz, “saya merasa dekat dengan Allah, bahkan saya
sering menasihati penumpang taksi yang lagi bingung, tidak punya tujuan hidup
yang jelas.”
Mendengarkan obrolan sopir taksi
serasa saya memperoleh kuliah dari seorang guru kehidupan yang bijak bestari.
Ternyata di mata seorang sopir taksi, kejujuran, kerja keras, dan selalu
mensyukuri hidup itu jauh lebih berharga ketimbang jabatan, popularitas, dan
gemerlap harta. “Saya pernah mabuk harta dan ambisi jabatan, tetapi itu masa
lalu,” kata Faiz, “Tuhan selalu menguji hamba-Nya, termasuk saya, yang sekarang
jadi sopir taksi. Semoga saya lulus dalam ujian ini dan memperoleh kehidupan yang
berkah,” doanya menutup obrolan.
0 komentar:
Posting Komentar