PEKAN
ini orang meramaikan tahun baru Masehi. Padahal sesungguhnya setiap agama dan
bangsa besar memiliki kalender masing-masing. Jadi, setiap tahunnya cukup
banyak masyarakat dunia merayakan tahun baru.
Untuk apa kalender diciptakan?
Seberapa besar pengaruh kalender terhadap kehidupan manusia? Ibarat orang naik
taksi, hitungan bulan dan tahun mirip jumlah angka yang muncul dalam argometer,
menjelaskan sudah berapa jauh perjalanan kita. Disadari atau tidak, aktivitas
kita sangat terikat dan dibatasi angka-angka. Setiap hari kita menggunakan
ukuran angka dalam melakukan aktivitas. Dalam ibadah salat pun kita mesti
mengingat jumlah rakaat. Dalam berzakat ada istilah nisab, batas minimal
kekayaan yang mesti dizakati. Dalam membayar pajak juga ada rumusan besaran
angka. Ketika terjadi pertandingan sepak bola antara timnas Indonesia dan
Malaysia, keputusan akhir juga dirumuskan dalam skor angka.
Demikianlah, ketika hendak membeli
pakaian, entah sepatu, baju atau celana, kita juga bertemu indikator angka yang
menjelaskan ukuran tubuh. Bahkan setiap hari kita selalu terikat dengan jam dan
kalender ketika hendak memutuskan sebuah kegiatan. Jam tangan dan kalender yang
semula diciptakan untuk penanda waktu, bagi beberapa orang, malah dirasakan
mengikat sampai biasa kita dengar ungkapan: wah, kita dikejar-kejar waktu.
Betapa vitalnya mengenal angka dalam kehidupan, orang tua mulai mengenalkan
hitungan kepada anak-anaknya sejak kecil. Pada dasarnya angka itu ada di dalam
pikiran. Namun aplikasinya sangat diperlukan dalam berbagai kegiatan
sehari-hari. Ketika mau berbelanja pasti berurusan dengan jumlah uang dan
barang yang dibeli.
Di situ kita terlibat aplikasi
angka. Mau mempersiapkan makan menjamu tamu-tamu, selalu muncul pertanyaan,
berapa orang yang hendak dijamu? Ketika memulai membuka rapat, muncul lagi
pertanyaan, sampai jam berapa rapat ini berlangsung? Demikianlah seterusnya,
tanpa disadari setiap saat kita berpikir dengan angka dan kemudian
mengaplikasikannya dalam kegiatan nyata. Bahkan kita semua juga selalu berpikir
dan mencatat tebal-tebal, kapan hari ulang tahun kita. Yang berarti kita juga
berpikir tentang jatah umur yang telah dipakai. Pekan ini suasana batin kita
diisi dengan agenda peringatan tahun baru Masehi 2011. Sesungguhnya setiap
bangsa dan agama besar juga memiliki hitungan tahun dengan sejarah dan makna
yang berbeda-beda. Lagi-lagi kita berjumpa dengan hitung-hitungan yang
melibatkan angka.
Mengapa tahun Masehi lebih populer
ketimbang yang lain? Pertama, kalender Masehi disebarkan oleh bangsa Eropa yang
kebetulan dari segi sains, politik, dan ekonomi sangat ekspansif. Bahkan di
antaranya pernah disebut sebagai penjajah. Penyebaran ini sudah tentu membawa
dampak besar bagi popularitas kalender Masehi. Kemajuan teknologi informasi,
terutama internet, yang didominasi bahasa Inggris dan penggunaan huruf Latin
juga ikut andil memperkokoh dominasi kalender Masehi di seluruh dunia. Bangsa
China memang punya kalender sendiri. Namun,meski jumlah penduduknya di atas 1
miliar, peringatan tahun baru China hanya dirayakan oleh warga keturunan China.
Begitu pun tahun baru Hijriah yang
hanya digunakan oleh kalangan umat Islam. Ini berbeda dari penggunaan kalender
Masehi yang penggunaannya lintas agama, etnis, dan benua. Oleh karena itu,
setiap datang tahun baru Masehi, hampir seluruh dunia ikut merayakan tanpa
mesti dikaitkan dengan tradisi kekristenan. Bahkan umat Islam di Indonesia
ramai-ramai merayakan dengan berbagai cara. Paling tidak mereka berlibur atau
kumpul-kumpul dengan keluarga. Bagi anak belasan tahun tentu sangat berbeda
dalam memaknai pergantian tahun dibandingkan mereka yang umurnya sudah di atas
enam puluh.
Bagi orang tua, setiap pergantian
tahun selalu menyadarkan bahwa ibarat hari sebentar lagi matahari kehidupan
tenggelam di ufuk barat. Betapa cepatnya umur berlari, tetapi selalu saja kita
terlambat untuk tumbuh dewasa dan bijaksana. Waktu yang kemudian dibagibagi ke
dalam jam, hari, minggu, bulan, dan tahun adalah modal, anugerah, dan amanah
Tuhan agar dengannya kita mengisi kehidupan secara produktif dan bermakna. Tapi
kita selalu saja lupa, modal terbuang, hasil nihil, bahkan kadang bangkrut. Tak
ada yang dihasilkan dengan umur kita kecuali menumpuk kesalahan, dosa, dan
kerusakan di muka bumi. Waktu begitu cepat berlalu.
Kalender rasanya baru kemarin
dipasang, sekarang sudah ganti yang baru. Kesadaran terhadap waktu itu sangat
penting bagi siapa pun yang selalu ingin memperoleh kemajuan dan keberuntungan
hidup. (*)
0 komentar:
Posting Komentar