Sumber Perpecahan di Kalangan Umat

Seringkali saya merenungkan, mengapa ummat Islam selalu bercerai berai. Mereka  memiliki organisasi sosial dan politik yang berbeda-beda. Selain itu, juga memiliki tempat ibadah yang berbeda-beda, dan bahkan lembaga pendidikan yang berbeda-beda pula. Padahal Islam mengajarkan agar selalu  membangun kesatuan dan persatuan. Ayat al Qur’an maupun hadits nabi sangat jelas,  memerintahkan agar ummat Islam bersatu.

Dalam berbagai diskusi saya selalu menyampaikan akan pentingnya persatuan. Saya juga mengingatkan bahwa persatuan adalah bagian penting dari ajaran Islam yang harus ditunaikan. Nabi Muhammad memberikan contoh, ialah mempersatukan kaum Ansyar dan kaum Muhajirin di Madinah. Bahkan Nabi juga membuat perjanjian yang disebut sebagai piagam madinah,  agar dengan perjanjian itu mereka yang berbeda  agama sekalipun  bisa hidup rukun dan damai.

Islam disebut sebagai ajaran yang bersifat universal, meliputi berbagai aspek kehidupan. Dalam Islam diajarkan tentang pentingnya ilmu pengetahuan, ajaran tentang bagaimana menjadi manusia yang berkualitas, tentang keadilan, petunjuk tentang tata cara kegiatan ritual,  dan konsep tentang amal saleh. Di antara sekian aspek ajaran itu, yang selalu saja melahirkan perbedaan hingga ummat ini menjadi sulit dipersatukan, adalah terletak pada  aspek kegiatan ritual.

Perbedaan di antara ummat   bukan terkait dengan temuan-temuan hasil riset atau ilmu pengetahuan, usaha-usaha menjadi manusia unggul, membanggun keadilan dan konsep tentang amal shaleh, melainkan tentang cara berwudhu, menjalankan shalat, menentukan jatuhnya bulan puasa dan hari raya, berbagai doa dan sejenisnya. Jarang ummat Islam mengalami perpecahan oleh karena berbeda dalam menyikapi  hasil riset, konsep tatanan sosial yang adil,  dan jenis-jenis kerja profesional.

Berbedaan terkait hasil riset atau  ilmu pengetahuan, jika kemudian dilakukan perdebatan, maka masing-masing akan beradu logika dan bukti-bukti data empirik. Maka dengan cara itu,  akan diketahui pandangan mana yang lebih rasional dan didukung oleh data yang akurat. Maka  hal itu berbeda,  ketika menyangkut kegiatan ritual. Siapapun tidak akan bisa memastikan bahwa ritual yang dijalankan oleh seseorang diterima  sedangkan yang lain ditolak. Diterima atau ditolak kegiatan ritual seseorang, ----------semua pihak memahami, berada pada otoritas Tuhan.

Selain itu, diterima atau ditolaknya  kegiatan ritual bukan semata-mata didasarkan atas tata cara menjalankannya, melainkan masih  ada aspek lain yaitu tergantung pada muatan keikhlasannya. Suasana ikhlas ada di hati setiap orang. Sedangkan yang paling tahu tentang itu hanyalah Dzat Yang Maha Tahu. Oleh karena itu,  tepat kiranya dikatakan bahwa kegiatan ritual sangat sulit dideteksi kebenarannya, apalagi  dalam pengertian betul-betul diterima atau ditolak. Bisa jadi ritual yang berbeda-beda itu ditolak semua,  dan atau bahkan yang diharapkan  adalah diterima semuanya.

Persatuan ummat menurut pandangan saya,  adalah merupakan keharusan. Semua pihak mestinya selalu berjuang dengan ikhlas,  tanpa henti,  agar ummat ini bersatu. Perintah dalam al Qur’an agar semua kaum muslimin selalu bersatu dan tidak boleh bercerai berai, seharusnya ditunaikan oleh siapa saja yang mengakui kebenaran Islam. Dengan demikian, ummat Islam di mana saja dan kapan saja menjadi bersatu.   

Perbedaan dan perdebatan di antara ummat boleh-boleh saja terjadi dan dikembangkan. Tetapi perdebatan  dimaksud  mestinya yang terkait dengan  ilmu pengetahuan dan sejenisnya. Perdebatan itu kiranya   tidak perlu  pada kegiatan ritual. Ajaran tentang ritual, sebaiknya segera saja dilaksanakan, dan tidak perlu diperdebatkan,  agar tidak  melahirkan perpecahan. Jika ummat Islam bersatu, maka akan kokoh dan indah sekali. Wallahu a’lam

Imam Suprayogo