Manusia ada yang menyebutnya mikrokosmos karena di dalam dirinya
terdapat semua unsur kosmos yang tersebar dan berdiri masing-masing. Coba saja amati dan renungkan,semua unsur yang ada di bumi dan langit
akan ditemukan dalam dirinya.
Bahkan ada unsur yang khas
dimiliki manusia yang tidak terdapat dalam makrokosmos, yaitu daya rohani atau
spiritualitas. Secara garis besar, terdapat lima
jenjang eksistensi manusia, yaitu jasadi, nabati, hewani, insani, dan rohani.
Secara berseri saya akan mencoba menganalisis mata rantai dan karakter setiap
jenjang eksistensial ini. Komponen jasadi atau materi yang menyangga hidup
manusia sesungguhnya tak ubahnya dengan benda-benda mati di sekitar kita. Jasad
atau badan kita terbuat dari sari pati tanah dan akan kembali ke tanah.
Makanya di dalam ajaran Islam
kalau seseorang meninggal jasadnya dianjurkan untuk segera dimandikan dan
kemudian diantar ke liang lahat agar menyatu kembali dengan asalnya. Secara medis, jasad orang yang meninggal ketika disatukan kembali
dengan tanah akan segera terurai sehingga tidak menimbulkan berbagai bau dan
penyakit.
Kesehatan fisik seseorang sangat
vital karena diatas atau di dalamnya berkembang empat jiwa yang menjadi
keunggulan manusia .Jasad manusia ibarat bumi yang menyangga semua makhluk hidup
lain. Oleh karena itu mesti dijaga, dirawat, dan dicintai. Islam mengajarkan
agar seseorang mengonsumsi makanan yang halal dan baik.
Islam mengharamkan semua jenis
makanan dan minuman yang merusak dan membahayakan tubuh karena akan merusak
pertumbuhan dan kesehatan jiwa-jiwa lain, yaitu jiwa nabati, hewani, insani,
dan malakuti (mengikuti sifat malaikat). Ketika
seseorang hanya membanggakan kehebatan dan ketampanan postur jasad,
sesungguhnya jasad hanyalah dimensi yang paling rendah.
Berasal dari tanah, kembali ke
tanah.Ketika rohnya telah meninggalkan jasad, tak lagi ada harganya. Bahkan akan menjadi sumber bau tak sedap serta penyakit kalau tidak
segera dikebumikan. Bisa jadi giliran cacing yang akan memakan bangkainya.
Ketika seorang muslim melakukan salat, ada adegan sujud di mana dahi dan
hidungnya dianjurkan mencium tanah. Di masjid-masjid Iran tersedia lempengan
kecil tanah liat agar ketika bersujud dahinya langsung bersentuhan dengan
tanah.
Mungkin sekali ini dimaksudkan
sebagai penyadaran bahwa sehebat apa pun isi kepala, jangan lupa kita semua
berasal dari tanah dan akan kembali berbaur dengan tanah. Setampan apa pun
wajah yang selalu dipoles, dirias,dan dibanggakan,pada akhirnya tubuh ini
kembali ke asalnya.Tubuh jasadi ini tak lebih dari serangkaian tulangbelulang
yang tertutup oleh kulit, yang keduanya berasal dari bahan yang sama.
Kesadaran ini penting agar
seseorang menjadi proporsional dan bijak dalam menghargai dirinya. Apakah
yang paling berharga dari diri kita, pasti bukan terletak pada jasadnya.
Kalau kita mau adu kekuatan fisik, pasti kalah dengan hewan. Andaikan gajah
boleh ikut serta olimpiade angkat besi, pasti dia juaranya. Jika kijang ikut
lomba lari, manusia pasti kalah. Jadi, sekali lagi, keunggulan manusia memang
bukan pada eksistensi jasadi, tetapi pada jiwa-jiwa yang tumbuh berkembang di
dalamnya.
Meski begitu tanpa didukung
jasad atau badan yang sehat, jiwa yang lain tak akan sehat. Pepatah lama mengatakan, men sana in corpore sano.
Jiwa yang sehat senantiasa mengasumsikan tubuh yang juga sehat. Yang sangat
mengagumkan bagi para peneliti adalah fasilitas dalam tubuh kita dilengkapi
jaringan sel-sel halus yang jumlahnya sampai triliunan.
Dalam jaringan sel otak saja
tidak kurang dari 100 miliar yang berfungsi menampung informasi apa saja yang
pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan apa saja yang pernah
diimajinasikan yang kemudian semuanya itu tertampung dalam jaringan sel-sel
yang sangat lembut. Akumulasi informasi itu bagaikan
penghuni otak yang saling berkomunikasi dan dapat membentuk susunan ilmu
pengetahuan.
Keajaiban lain yang mudah
dilihat dari eksistensi jasad ini adalah bentuk dan susunannya yang fleksibel
dan multifungsi. Coba saja amati posisi dan peran
tangan kita yang menempel pada tubuh, bagaikan sepotong dahan menempel pada
batang pohon besar. Tangan memiliki multiperan dan keterampilan yang tidak
terbilang lagi. Belum lagi fungsi jari-jari,siku,serta pergelangan tangan.
Sungguh ajaib.Ketika ada bagian
yang sakit, kita baru dapat lebih mengapresiasi. Ada lagi ungkapan,manusia
disebut sebagai homo erectus karena posisinya yang tegak berdiri dibandingkan
hewan berkaki empat yang juga melata di muka bumi.
Dengan posisi kepala di atas,
dibantu dengan mata dan telinga serta posisi leher yang mudah digerakkan, manusia
sangat cepat dan kaya menangkap dan mengumpulkan gambar dan informasi dari
sekelilingnya,jauh lebih hebat dari kamera yang paling mutakhir sekalipun. Jadi, sekalipun bersifat jasadi,elemen fisikal- material dalam diri
manusia sangat unik dan pasti penciptanya sangat hebat dan super.
0 komentar:
Posting Komentar