Jiwa
insani (human soul) berposisi di atas jiwa nabati dan jiwa hewani yang
ketiganya melekat pada diri seseorang. Pada dimensi dan kualitas inilah semakin
tampak keunggulan manusia dari dunia flora dan fauna.
Ikon jiwa insani terletak pada
kehebatan daya intelektualitasnya yang bertumpu pada otak. Dengan kekuatan berpikirnya, jiwa dan daya hewani digerakkan dan
diarahkan untuk membantu mewujudkan karya-karya kemanusiaan. Berat otak pria rata-rata 1,5 kg, sedangkan perempuan 1,3 kg. Tapi
ukuran berat otak seseorang tidak menjamin siapa yang lebih pintar. Einstein
yang jenius berat otaknya 1,23 kg. Adapun otak gajah sampai 6 kg.
Kepintaran manusia tergantung
dari jumlah informasi yang dikumpulkan dan kecepatan proses pengiriman sinyal
melalui jaringan sel-sel otak. Jumlah sel-sel saraf
dalam otak manusia yang menampung dan memproses informasi lebih dari 100 miliar
neuron dan setiap neuron bisa memiliki 10.000
sinapsis, yaitu contact point untuk sinyal antarneuron sehingga
total sinapsis bisa mencapai 1.000 triliun.
Dari perkiraan data jejaring
neuron ini sudah terbayangkan, betapa sesungguhnya manusia menyimpan potensi
inovasi intelektual yang amat sangat mengagumkan. Kita
tidak bisa membayangkan kreasi dan inovasi teknologi apa lagi yang akan
dihasilkan oleh akal pikiran manusia 100 tahun ke depan. Jejaring sel-sel saraf
dalam otak itu akan merekam semua informasi yang pernah dilihat, didengar,
diraba, dan dirasa, bahkan rekaman imajinasi.
Semua tak ada yang hilang karena
kinerja otak tidak kenal korupsi. Paling banter lupa, namun semuanya terekam utuh
dalam bawah sadarnya. Diperkirakan setiap harinya manusia memproses
rata-rata 50.000 sampai 60.000 pikiran. Jadi betapa sibuk dan padatnya
lalu lintas informasi yang lalu lalang dalam jejaring selsel saraf otak kita.
Kepadatan jumlah kendaraan di Jakarta tak sebanding dengan volume informasi
dalam otak kita.
Anehnya, otak tidak pernah merasa
penuh sebagaimana yang terjadi pada perut yang volumenya terbatas ketika diisi
makanan dan minuman. Berapa pun informasi yang direkam tidak akan membuat
kepala menjadi berat. Sebaliknya, semakin pintar seseorang malah meringankan
beban hidupnya. Dengan bantuan daya insani inilah manusia berkembang jauh
melewati dunia hewan. Kecepatan lari seekor kijang telah dikalahkan oleh “Mobil
Kijang”.
Dengan teknologi telepon ciptaan
nalar manusia, kehebatan pendengaran hewan yang mampu menangkap suara ratusan
kilometer sudah dikalahkan oleh pesawat telepon. Kehebatan
burung elang jauh tertinggal kemampuannya dalam menjelajahi luasnya langit
dibandingkan pesawat terbang bikinan manusia. Begitu pun ikan-ikan paus sudah
kalah dibandingkan kapal selam dalam menelusuri kedalaman lautan.
Prestasi manusia itu
dimungkinkan karena dalam dirinya terdapat jiwa insani yang ditandai dengan
kreativitasnya dalam mencipta peralatan teknis sehingga manusia juga disebut
sebagai homo faber, makhluk yang kreatif. Dalam
masyarakat modern ini pun prestasi yang paling menonjol adalah kreasi
teknologi, dengan implikasi positif dan negatif bagi
kehidupan masyarakat. Karakter lain dari jiwa insani adalah memiliki kesadaran
estetika, humor, dan kalkulasi untung-rugi (calculated risk) yang
lebih tinggi ketimbang hewan.
Keindahan yang ditampilkan
tumbuh-tumbuhan dan hewan semata berdasarkan sifat alami dan insting, bukan
hasil refleksi dan kreasi. Sadar akan akibat yang
ditimbulkan kalau seseorang berbuat jahat kepada orang lain, maka manusia lalu
bersepakat membuat etika dan hukum sosial untuk menciptakan kedamaian dan
ketertiban sosial yang kemudian disebut konvensi dan kontrak sosial.
Menyadari jika berbisnis yang jujur
akan lebih menguntungkan, maka curang dalam bertransaksi sebisa mungkin
dihindari. Jadi, nalar kritis-kalkulatif dan reflektif yang dimiliki jiwa
insani telah mampu menciptakan peradaban manusia yang berkembang pesat dari
waktu ke waktu, sebuah perubahan dan perkembangan yang tidak mampu
dilakukan oleh penghuni lain di atas Planet Bumi ini.
Baik jumlah populasi maupun
kreasinya terus berkembang. Banyak sekali kreasi teknologi yang mampu
menjadi pendukung dan perpanjangan kinerja otak sampai––sampai muncul istilah artificial
intelligence. Ditemukannya mesin cetak, komputer, fotokopi dan
internet telah memungkinkan terjadinya transmisi informasi dan ilmu pengetahuan
dari generasi ke generasi. Di ruang kerja yang sempit, dengan bantuan
internet, seseorang bisa rekreasi berselancar di lautan informasi yang tidak
diketahui di mana terminal akhirnya.
Demikianlah, saking hebatnya
kekuatan otak yang menjadi ikon jiwa insani, maka tidak mengherankan kalau
banyak orang lalu merasa tidak percaya dan tidak memerlukan lagi campur
tangan Tuhan dalam hidupnya. Semua persoalan hidup bisa dijelaskan dan diselesaikan secara ilmiah
dan dengan bantuan teknologi hasil ciptaannya.
Kalaupun mereka percaya pada
Tuhan, posisinya sudah “pensiun” karena mereka memandang jagat semesta ini
bagaikan jam raksasa supercanggih yang bekerja secara otomatis mengikuti
hukum-hukumnya, yang sudah lepas dari penciptanya.Namun,
ada pula yang justru dengan kepintarannya lalu mengagumi dan bertanya, siapa
Sang Pencipta Agung yang maha cerdas ini?
0 komentar:
Posting Komentar