Dialog dengan Al Quran



Posisi Alquran bagi umat Islam sangat vital. Dari enam doktrin keimanan dalam Islam, satusatunya yangtidakgaibadalahberiman pada Alquran yang diyakini sebagai FirmanAllahyangmenyeruumat Islam untuk membaca dan mendalami kandungan pesannya agar mendapatkan jalan yang benar dan lurus.

Alquran mengajak berdialog dengannya, dengan hati dan niat yang tulus, pikiran cerdas, namun tetap rendah hati. Kalau tidak tulus dan tidak dapat menekan ego, bisa jadi kita akan memaksakan kehendak atau pendapat pribadi dan dicarikan pembenaran dari ayat-ayat Alquran. Dengan demikian, meskipun judul di atas menggunakan kata dialog, sesungguhnya posisi Alquran sebagai pembimbing, bukan lawan bicara yang sejajar. Hubungan subjek-objek dengan Alquran sangatlah unik.

Subjek pembacanya kita sendiri sebagai manusia, namun mitra dialognya adalah teks suci yang merupakan Firman Allah Yang Mahagaib. Namun, lewat Alquran inilah, umat Islam dipandu untuk mengenal rukun iman lain seperti malaikat dan hari akhir. Jadi, Alquran satu-satunya pintu dan penunjuk jalan untuk mengetahui objek keimanan lain yang serbagaib. Jika kita tidak mampu memahami Alquran, praktis semuanya gaib dan gelap.

Alhamdulillah kitab suci Alquran sangat terjaga keberadaan dan mata rantai periwayatan atau transmisinya sejak masa diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad SAW sampai hari ini. Dengan dan melalui Alquranlah kita dipandu untuk memahami ajaran dan kehendak Allah untuk meraih hidup yang benar dan bermakna. Alquran memiliki banyak nama dan fungsi antara lain kitab pembeda (furqon) antara yang benar dan salah, penunjuk jalan kebenaran (hudan), penjelas (bayan) bagi manusia dari ihwal yang remang-remang, penawar atau obat (syifa) dari berbagai penyakit hati dan pikiran.

Ada sekian nama lainnya sebagaimana Alquran memberikan predikat pada dirinya sendiri. Namun, semua nama dan fungsi tadi pada akhirnya bergantung pada diri kita. Apakah kita mampudanrajinmelakukankonsultasi dandialog pada Alquranataukahtidak. Sebagai kitab yang berisi pedoman dan petunjuk kehidupan, kalau kita tidak hormat, tidak paham, tidak yakin, dan tidak rajin berdialog dengannya, petunjuk itu tidak akan berfungsi apa-apa.

Bila hal itu yang terjadi, kondisi kita tak ubahnya akan tergolong sebagai orang kafir dalam arti tertutup (covered) atau menutup diri sehingga Alquran tidak turun dan menyentuh hati dan pikiran kita. Inilah sesungguhnya pesan yang terkandung dalam peringatan Nuzulquran yaitu menjadikan Alquran agar turun ke dalam diri kita sebagai jiwa dan pedoman hidup. Meskipun meyakini bahwa Alquran adalah wahyu dan petunjuk dari Allah, petunjuk itu disfungsional kalau seseorang tidak memahami dan menjiwainya.

Kandungan Alquran meliputiberbagai aspek kehidupan manusia sehingga seorang mukmin ketika membaca dan memahami Alquran seakan Alquran mengajak berbicara dan berdialog. Seringkali ketika kita membaca Alquran, ia memantulkan sifat manusia dan seakan pantulan itu ditujukan pada diri kita. Dengan menjadikan Alquran sebagai teman dialog, akan muncul dan tergambar problem dan solusi yang tengah kita hadapi. Coba saja secara random membuka beberapa ayat Alquran, pasti memiliki relevansi dengan problem kemanusiaan dan sekaligus juga memberikan peringatan.

Tetapi, lagi-lagi hal tersebut hanya terjadi kalau seseorang membacanya dengan memahami dan merenungkan makna dan pesannya. Surah Al-Fatihah misalnya, kandungan dan rangkaian ayatayatnya sangat jelas sekali bahwa itu dialog sang hamba dengan Tuhannya. Bagian pertama merupakan pujian dan kemudian diakhiri dengan permohonan. Dalam sebuah hadits disebutkan, ketika seorang hamba membaca ayat satu demi satu, Allah memberi respons mengingat Allah adalah Maha Mendengarkan doa hamba-Nya.

Maka itu, sangat dianjurkan ketika membaca Al-Fatihah agar pelan-pelan dan sepenuh hati terlebih waktu salat karena seorang muslim sesungguhnya tengah beraudiensi dan berdialog dengan Allah. Allah mendengarkan dan menjawab apa yang kita panjatkan pada-Nya. Banyak ulama mengajarkan, ketika kita membaca Alquran hendaknya kita berusaha membayangkan dan meyakinkan hati kita bahwa Alquran itu turun dan ditujukan untuk diri kita.

Ajaran tersebut memberi makna bahwa dengan cara membaca seperti itu, hati dan pikiran kita sungguh-sungguh mendengarkan memahami, meyakini, dan kemudian mengamalkannya, bukan sekadar membacanya tanpa hati.

Komaruddin Hidayat

Related Posts:

  • Radikalisme Islam Menyusup ke SMU BEBERAPA hasil penelitian menemukan fakta lapangan bahwa gerakan dan jaringan radikalisme Islam telah lama menyusup ke sekolah umum, yaitu SMU. Siswa-siswi yang masih sangat awam soal pemahaman agama dan secara psikologi… Read More
  • ”Religion Makes Sufferings Sufferable” HIDUP ini indah dan menggairahkan, tetapi sekaligus penuh jebakan dan kejutan tak terduga. Separah apa pun sakit seseorang, dia selalu ingin berdoa dan berusaha sehat agar lebih lama lagi menikmati kehidupan. Ini bukti… Read More
  • Rumah-rumah Tanpa Dinding KEMAJEMUKAN penduduk bumi kian hari kian kita rasakan. Secara fisik memang tidak leluasa bergerak semau kita karena dibatasi banyak faktor, entah tembok, sungai, lautan atau penjaga wilayah perbatasan antarnegara. Belum … Read More
  • Ragam Ekspresi Beragama KEYAKINAN agama itu bersifat abstrak, tidak kelihatan (intangible), tetapi dampak atau bekas sebuah keyakinan beragama sangat nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perilaku individu maupun sosial, bahkan juga dalam ke… Read More
  • Religiusitas dan Pembentukan Karakter Ada dua pesan pokok agama. Pertama, memberikan pesan dan ajaran agar seseorang memiliki visi dan makna hidup yang bersumber dari kesadaran iman. Kita semua berasal dari Tuhan dan akan kembali pada Tuhan sehingga apa pun y… Read More

0 komentar:

Posting Komentar