Khotbah yang Menggelisahkan



Khotbah artinya pidato. Akan tetapi menurut rasa bahasa, kata khotbah selalu diartikan sebagai pidato keagamaan. Dalam tradisi Islam yang paling banyak dijumpai adalah khotbah Jumat.

Perkembangan khotbah Jumat di Tanah Air akhir-akhir ini menarik untuk dicermati. Menurut ajaran fikihnya, mendengarkan khotbah dan melaksanakan salat Jumat hukumnya sama-sama wajib meskipun pada praktiknya banyak juga orang yang datang terlambat mendengarkan khotbah. Yang mengagetkan, ada beberapa orang yang sengaja mau salatnya saja, tetapi enggan mengikuti khotbah. Mengapa? Karena isi khotbah bukannya menenangkan hati dan pikiran, tetapi malah menggelisahkan. Demikian seorang eksekutif muda menyampaikan keluhannya pada saya.
 
Kritik dan keluhan terhadap materi khotbah Jumat tidak sulit ditemukan. Belum lama ini lembaga penelitian Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta mengadakan penelitian profil masjid di Jakarta dan Solo. Sengaja masjid-masjid Solo diteliti karena di wilayah ini muncul gerakan radikal keagamaan. Bahkan beberapa pelaku teroris memiliki kaitan dengan paham keagamaan yang berkembang di Solo. Berdasarkan hasil penelitian, beberapa masjid di Jakarta dan Solo––dan mungkin sekali juga di kota lain––terbagi ke dalam beberapa kategori. Ada masjid yang dikuasai oleh jamaah NU, Muhammadiyah, pemerintah, independen, dan kelompok-kelompok keagamaan tertentu.

Perbedaan afiliasi pengurusnya akan berpengaruh pada pilihan khotib serta materi khotbahnya. Bahkan sampai pada tingkat tertentu juga paham fikih ubudiyahnya dan jamaah tetapnya. Umumnya masjid NU dan Muhammadiyah berpaham keislaman lebih moderat. Dulu, antara dua komunitas ini memang saling kritik dan serang, termasuk ketika ulamanya berkhotbah atau berceramah keagamaan. Namun, sekarang konflik itu menipis dan bahkan dua ormas ini dikenal sebagai penjaga tradisi Islam Indonesia yang moderat serta pengawal Pancasila yang konsisten. Hanya saja ketika masuk ke wilayah politik dan kekuasaan, polarisasi antara keduanya masih muncul.

Membajak Mimbar Masjid
 
Khususnya menjelang pemilu, forum dan mimbar Jumat sering dibajak untuk kampanye terselubung. Kata “dibajak” mungkin terlalu keras, tetapi itulah yang terjadi, yaitu penyalahgunaan mimbar ibadah untuk tujuan politik golongan.
 
Terlebih lagi jika pengurus masjid itu memiliki afiliasi kuat dengan partai politik (parpol) tertentu. Mimbar Jumat ini memang strategis untuk kampanye dan melakukan indoktrinasi karena yang ada adalah monolog, khatib sebagai pembicara tunggal yang tidak boleh ada interupsi dan pertanyaan.Saya dengar kasus serupa juga terjadi di lingkungan mimbar gereja.

Namun di masjid lebih terbuka sifatnya karena khotbahnya menggunakan loudspeaker sehingga orang lewat pun bisa mendengarkan. Yang menjadi perhatian dalam tulisan ini adalah tampilnya khatib-khatib yang isi khotbahnya provokatif sehingga membuat jamaah bukannya tenang melaksanakan ibadah Jumat,melainkan malah gelisah. Dalam penelitian itu ditemukan isi khotbah yang sering menjelekkan sesama umat Islam yang berbeda paham mengenai hal-hal yang tidak prinsipil dan memang dimungkinkan berbeda. Ada lagi khotbah yang provokatif mengajak perang,padahal kita hidup di daerah damai (darussalam).

Kutukan kepada Israel selalu muncul pada setiap khotbah Jumat dan umat Islam mesti bangkit melawan mereka di mana pun berada. Lebih lanjut lagi, siapa yang bersahabat dengan umat Yahudi adalah musuh Islam, sementara Amerika Serikat (AS) adalah pendukung setia Israel, negara bangsa Yahudi.Maka siapa pun yang bersahabat dengan AS dan belajar ke AS adalah musuh umat Islam. Oleh karena itu hatihati dengan agen dan antek AS yang berbaju Islam.
 
Logika dan provokasi di atas tentu menyesatkan. Mereka tidak menyadari bahwa di AS dan Eropa sendiri saat ini justru tengah terjadi proses Islamisasi yang sangat intens. Kalau di sini bermunculan gereja, di Barat bermunculan masjid. Jadi,sebaiknya khotbah Jumat itu yang mencerahkan dan mencerdaskan, jangan malah menggelisahkan tanpa data dan logika yang akurat.

Kalau tidak, orang akan enggan ke masjid untuk mendengarkan khotbah dan kalaupun datang hanya untuk tidur menunggu salat. Hasil penelitian UIN itu menarik direnungkan oleh para khatib dan pengurus masjid, janganlah masjid yang suci dan mulia dibajak oleh agenda kelompok yang malah meresahkan umat.(*)


Komaruddin Hidayat

Related Posts:

  • Momentum Perkembangan Jiwa Semakin seseorang lanjut usia, daya dukung jiwa nabati (vegetative soul) dan jiwa hewani (animal soul) semakin melemah. Puncak pertumbuhan organ dan jiwa nabati mungkin mentok pada usia 25 tahun dan puncak kesegarannya be… Read More
  • Potensi Ekstremis di Mana-Mana SIKAP ekstrem adalah sikap berlebihan, melebihi prinsip proporsionalitas. Semua tindakan ekstrem akan menimbulkan guncangan dan merusak keseimbangan. Keharmonisan hidup terganggu dan setiap ekstremis cenderung menggeser… Read More
  • Merenungkan Makna Kepemilikan KATA ”milik”, dugaan saya berasal dari bahasa Arab. Malik artinya ‘penguasa’ atau ‘raja’. Umat Islam dalam salatnya selalu mengucapkan maliki yaumiddin, yang menguasai atau merajai hari kemudian nanti. Jadi, pemilikan a… Read More
  • Muslim Diaspora KETIGA agama yang pembawanya masih serumpun sebagai keturunan Nabi Ibrahim semuanya pernah dan tengah mengalami diaspora. Pengikutnya berkembang dan merantau jauh melampaui batas kelahirannya. Diaspora mirip sekali denga… Read More
  • Pernikahan Beda Agama TULISAN ini tidak hendak memasuki perdebatan teologis, apakah pernikahan beda agama diperbolehkan ataukah tidak, melainkan sekadar menyajikan catatan psikologis problem yang muncul dari pasangan suami-istri yang berbeda a… Read More

0 komentar:

Posting Komentar