Negara
mana yang paling maju membangun konstruksi bangunan yang aman dari gempa? Tak
lain adalah negara Jepang.
Karena langganan dihajar gempa
bumi, insinyur sipil Jepang sangat maju dan canggih membangun gedung-gedung
yang tidak mudah roboh ketika terjadi gempa. Ada teknologi tertentu yang mereka
temukan sehingga ketika bumi bergoyang, bangunan di Jepang ikut bergoyang.
Tentu saja akan berbeda kasusnya kalau gempa bumi itu mencapai 9 SR dan
disertai tsunami seperti yang terjadi dua minggu lalu. Yang juga menarik kita
pelajari dari Jepang bukan saja teknologinya ,melainkan pribadinya yang ulet,
pantang menyerah, dan mengubah bencana menjadi tantangan dan pembelajaran untuk
melangkah ke depan.
Ketika Nagasaki dan Hiroshima luluh
lantak oleh bom sekutu, warga Jepang menjadikannya monumen dan tantangan untuk
melakukan pembalasan terhadap sekutu. Hasilnya fantastik. Jepang bukan membalas
dengan bom atom, melainkan dengan ledakan produk automotif yang membanjiri
negara-negara Barat. Mereka sangat terpukul dan tersadar ketika Nagasaki dan
Hiroshima hancur. Kebanggaan dan mitos sebagai bangsa keturunan Dewa Matahari
ternyata tidak berdaya melawan bangsa cowboy tanpa dukungan iptek
canggih. Sehebat apa pun memainkan pedang, pendekar Jepang akan kalah ditembak
dari jauh dengan pistol oleh cowboy AS.
Sejak itu bangsa Jepang memacu diri
untuk mencerdaskan rakyatnya. Mereka optimalkan lahan tanah yang sempit dan
langganan gempa itu untuk menjadi pusat teknologi modern, khususnya bidang
automotif. Sampai-sampai ada ungkapan, AS yang menemukan, Jepang yang
memodifikasi dan mengembangkan menjadi lebih bagus, murah,dan nyaman. Kini
keuletan dan soliditas bangsa Jepang terlihat kembali ketika bangsa ini dihajar
gempa, tsunami,dan ancaman kebocoran nuklir. Mereka tidak cengeng, bahkan
saling menolong dan memperkuat yang lain. Berbagai supermarket memberikan harga
diskon. Yang juga menarik perhatian dunia, meski dalam keadaan kacau dan sulit
akibat bencana dan listrik padam, tak terjadi penjarahan sebagaimana terjadi di
negara lain. Mereka tetap memelihara tradisi antre dan menerima musibah dengan
teguh.
Orang pun bertanya, pendidikan
macam apa yang diberikan kepada anak-anak Jepang, sehingga mereka lebih setia
berpegang pada etika, bukan takut pada polisi dan hukum. Ketika polisi tak ada,
mereka tetap berperilaku santun, saling menghormati, dan merasa aib kalau
sampai mengambil harta yang bukan haknya. Ketika gagal melakukan tugas atau
terbukti korupsi, tidak segan-segan mundur dari jabatannya bahkan harakiri.
Cerita singkat ini menarik diterapkan di Indonesia. Karena Indonesia merupakan
negara majemuk, baik etnis maupun agama, dunia mestinya akan belajar membangun
masyarakat multikultural ke Indonesia.
Ketika berbicarasoal pluralisme dan
multikulturalisme, para ilmuwan mestinya akan berguru pada bangsa Indonesia.
Belajar pada falsafah dan praktik Bhinneka Tunggal Ika. Tetapi sangat
disayangkan, sampai hari ini keragaman agama dan budaya belum teranyam dan
tersusun menjadi bangunan budaya yang indah. Bahkan muncul gejala menguatnya kelompok-kelompok
sosial yang menggunakan sentimen agama dan etnis untuk merusak keragaman hidup
berbangsa dan bernegara. Kesatuan, persaudaraan, dan keharmonisan hidup
berbangsa dan bernegara dipecahpecah dengan isu dan simbol keagamaan.
Agama diseret-seret menjadi
kekuatan pemisah, bukan pemersatu dan pemberi pencerahan, kesejukan, dan sumber
peradaban. Ketika terjadi musibah, berita penjarahan dan korupsi dana bantuan
masih saja terjadi. Seorang teman sampai-sampai bertanya, “Mengapa bangsa
Jepang yang tidak religius lebih civilized dalam menghadapi bencana
alam dibanding Indonesia yang religius?”Lalu teman tadi mengutip ucapan
Tokugawa Ieyasu (1542-1616): Religion evidently is good as a solace for the
worker and for those not advanced enough to practice ethics for its own sake.
Agama itu bagus sebagai penghibur
bagi para pekerja yang hidupnya miskin dan untuk mereka yang belum mampu
menerapkan prinsip etika secara konsekuen. Jadi, sebaiknya berbagai problem dan
tantangan yang kita hadapi saat ini kita jadikan pemicu untuk belajar dan
tumbuh kuat serta semakin bijak dalam menjalani hidup.
0 komentar:
Posting Komentar