Terdapat struktur kejiwaan lain
dalam teori archetype yang melekat kuat dan memengaruhi karakter seseorang yang
disebut wanderer, yaitu kecenderungan setiap orang untuk jadi pengelana,
pengembara, peziarah atau senang keluyuran.
Pada anak kecil, ketika memasuki usia tiga tahunan,
gejala ini mulai terlihat jelas. Dia tidak bisa tinggal diam. Selalu ingin
mengenal objek-objek yang baru. Rasa penasaran untuk mengetahui benda-benda
asing sangat tinggi. Pada usia ini orang tua dituntut selalu mengawasinya. Dorongan
selalu berkelana untuk memperluas wawasan dan pengalaman baru ini tetap melekat
sampai tua. Karena itu yang namanya agenda ziarah, hijrah ,migrasi, rekreasi,
pesiar, turisme, jalan-jalan, berlibur, riset, dan semacamnya tidak akan pernah
hilang dalam kehidupan masyarakat.
Riset dan bisnis sarana transportasi semakin
berkembang karena manusia selalu perlu untuk memenuhi nalurinya sebagai wanderer.
Bahkan hidup itu sendiri merupakan rangkaian journey sejak lahir sampai
tua. Di dalam perjalanan dan pengembaraan hidup itu seseorang ingin menemukan
dirinya dan mengetahui posisinya, baik dalam konteks sosial maupun alam
semesta. Pengembaraan hidup pada tataran intelektual (intellectual journey)
yang paling efektif tentu saja melalui jalur dan kendaraan sekolah serta
pendidikan.
Setiap orang terlahir dengan membawa sifat untuk
selalu belajar dan mengetahui hal-hal baru. Di samping karena dorongan naluri,
dengan ilmu pengetahuan yang diperolehnya diharapkan akan membantu memecahkan
problem yang dihadapi agar kehidupan lebih nyaman dijalani. Karenanya hasil
pengembaraan keilmuan yang sangat menonjol ditandai dengan inovasi di bidang techne
atau peralatan teknis sehingga masyarakat modern disebut sebagai technicalistic
society.
Masyarakat yang kreatif menciptakan peralatan teknis
dan sangat tergantung pada hasil teknologi, seperti mobil, telepon, televisi,
pesawat terbang, komputer, air conditioner, dan teknologi lain yang pada
awalnya merupakan hasil pengembaraan intelektual, namun akhirnya kembali lagi
sebagai fasilitas untuk memenuhi naluri wanderer. Secara psikologis,
sifat dan spirit wanderer ini mesti dipupuk terus agar seseorang atau bangsa
terbiasa menghargai riset (research).
Sejarah bangsa membuktikan, mereka yang sangat peduli
pada riset mampu menghasilkan teori-teori ilmiah baru yang pada urutannya
mendongkrak perkembangan ekonomi dan peradabannya. Sangat disayangkan sistem
dan kultur pendidikan kita kurang menghargai aktivitas dan tradisi riset
keilmuan. Para petinggi negeri bersikap pragmatis, sudah merasa puas dengan
menjual hasil kekayaan alam yang lama-lama akan menipis dan habis.
Sifat wanderer memiliki sisi negatif kalau
tidak terarah dengan disertai keyakinan yang benar dan mulia. Yaitu sifat yang
tidak pernah puas, selalu asyik dalam pengembaraan dan pencarian terus-menerus.
Pengembaraan itu tejadi terutama pada tataran imajinasi dan pemikiran. Bagi
mereka yang memiliki uang dan badan sehat, jalan-jalan merupakan agenda yang
sangat disenangi. Bukankah kalau libur dan punya uang berlebih orang akan memilih
jalan-jalan? Dalam dunia ilmu pengetahuan, berbagai penemuan diawali oleh
imajinasi dan mitologi.
Imajinasi yang begitu kreatif dan liar bisa dilihat dalam film kartun yang menjadi sarana untuk menyalurkan naluri wanderer. Di antara stimulan bagi pengembaraan imajinasi dan riset keilmuan adalah bintanggemintang di langit. Sampai kapan pun manusia berimajinasi mampu melakukan ziarah ke planet-planet lain di luar bumi. Dalam masyarakat Jawa, imajinasi itu dulu diwujudkan dalam sosok Gatotkaca yang bisa terbang ke langit.
Imajinasi yang begitu kreatif dan liar bisa dilihat dalam film kartun yang menjadi sarana untuk menyalurkan naluri wanderer. Di antara stimulan bagi pengembaraan imajinasi dan riset keilmuan adalah bintanggemintang di langit. Sampai kapan pun manusia berimajinasi mampu melakukan ziarah ke planet-planet lain di luar bumi. Dalam masyarakat Jawa, imajinasi itu dulu diwujudkan dalam sosok Gatotkaca yang bisa terbang ke langit.
Atau Ontoredjo yang bisa menghilang ke perut bumi.
Berkat kemajuan teknologi canggih, keduanya sekarang menjadi kenyataan. Dalam
tradisi Islam, cerita tentang mikraj Nabi yang terbang dengan kendaraan Bouroq
ke langit tujuh juga membangkitkan imajinasi mistikalspiritual mengingat secara
saintifik keilmuan sulit dibuktikan, melainkan didekati dengan iman. Dalam
analisis psikologi perkembangan, wanderer ini merupakan tahap awal anak
dan remaja dalam upaya menemukan jati dirinya sehingga tidak segan-segan
melakukan trial and errors.
Coba-coba dan salah. Atau anak kecil yang lagi belajar
berjalan, dia akan mengalami jatuh dan bangun berulang kali tidak kenal putus
asa. Spirit ini mestinya jangan sampai hilang, sekalipun seseorang sudah dewasa
atau tua karena banyak peluang dan tantangan baru untuk maju yang mesti
didahului dengan pengalaman jatuh dan bangun. Rasanya perjalanan bangsa ini
juga bagaikan seorang wanderer yang tengah mencari jati dirinya
0 komentar:
Posting Komentar