Tradisi Halal bi Halal



Kegiatan ramadhan dirasa belum sempurna manakala belum diakhiri  dengan kegiatan halal bi halal. Oleh karena itu di kantor-kantor,  baik negeri maupun swasta diselenggarakan kegiatan halal bi halal itu. Bentuk kegiatannya serupa, yaitu ceramah hikmah halal bi halal,  saling berjabat tangan,  dan kadangkala ditambah makan bersama. Tentu selain itu, ada sambutan dari pimpinan dan lain-lain yang dianggap perlu. Selesai halal bi halal biasanya,  kegiatan ramadhan dianggap telah selesai.

Halal bi halal sebenarnya merupakan tradisi yang muncul di Indonesia. Di negara-negara Islam,  dan bahkan di Saudi Arabia sendiri tidak dikenal acara halal bi halal sebagaimana dilakukan di Indonesia.  Di banyak negara Islam, setelah shalat idul fitri,  maka rangkaian kegiatan ramadhan dianggap selesai. Tidak ada upacara lainnya. Oleh karena itu, kegiatan halal bi halal adalah merupakan khas Indonesia,  dan rupanya semakin lama menjadi trasdisi yang dirasa harus dilakukan.   

Orang tidak mempedulikan tradisi halal bi halal  itu berasal dari mana dan siapa yang memulainya.  Tetapi pada umumnya,  kegiatan itu dianggap penting dan harus dilakukan. Di kantor-kantor sebelum halal bi halal,  sementara orang  menganggap bahwa  disiplin masih longgar. Artinya, tidak masuk kerja masih dianggap boleh, oleh karena halal bi halal belum diselenggarakan. Walaupun sebenarnya,  anggapan itu tidak benar.

Untuk menghindari anggapan yang tidak tepat itu,  maka  biasanya kantor-kantor pemerintah atau pun juga swasta segera menyelenggarakan kegiatan halal bi halal, sekalipun dalam bentuk sederhana. Misalnya, pimpinan mengajak semua staf berkumpul di ruang yang cukup memadai,  lalu mengundang penceramah, dan diteruskan dengan saling berjabat tangan. Dengan acara itu, mereka menganggap halal bi halal telah diselenggarakan dan kegiatan rutin harus ditunaikan sebagaimana mestinya.

Orang menganggap bahwa halal bi halal sedemikian penting, oleh karena itu harus dilakukan.  Kegiatan itu dirasakan memiliki banyak makna yang diperoleh. Bahwa  lewat  halal bi halal akan  melahirkan suasana kekualuargaan, saling merasa berada pada posisi yang sama, berhasil melepaskan perasaan yang sebelumnya dianggap membebani, dan lain-lain. 

Oleh karena itu, pertemuan setelah  idul fitri yang dikemas dengan maksud untuk saling memaafkan itu merupakan kebutuhan bagi semua orang. Selepas halal bi halal, orang merasa telah saling mengampuni atas dosa atau kesalahan yang telah diperbuat. Selain itu, umpama perasaan salah  menjadi beban, maka beban itu selepas halal bi halal menjadi dianggap hilang. Antara atasan dan bawahan,   sesama pejabat,  atau sesama pegawai,  lewat kegiatan itu,  mereka saling memaafkan dan sama-sama bertekad akan dibangun kembali hubungan kekeluargaan yang lebih baik.

Perasaan tersebut itulah kiranya yang menjadikan halal bi halal menjadi dirasakan sangat penting. Oleh karena itu orang tidak peduli,  apakah  kegiatan itu didasarkan atas  ajaran yang jelas, misalnya  bersumber dari kitab suci maupun  hadits nabi,  atau tidak. Bahwa yang penting, tradisi itu memberikan suasana yang menggembirakan, menghilangkan beban batin yang selama ini dirasakan, dan bisa  menyambung tali sillaturrahmi kembali.

Keuntungan-keuntungan seperti tersebut itulah kiranya yang menjadikan alasan, acara halal bi halal, lama kelamaan menjadi kebutuhan bagi  banyak orang. Bahkan, lebih indah lagi,  acara semacam itu tidak saja diikuti oleh mereka sesama muslim, melainkan juga tidak jarang dihadiri oleh meraka yang beragama lain.  Kekeluargaan yang terbangun tanpa sekat menjadi semakin indah lewat kegiatan halal bi halal. Wallahu a’lam.   

Imam Suprayogo

0 komentar:

Posting Komentar