Pengantar
Tidak ada Perguruan Tinggi, lebih-lebih di tanah air,
yang dapat berdiri diatas kaki sendiri dalam segala hal, khususnya dalam
mengemban missi Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Bidang Pendidikan dan
Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan dan Pengabdian pada Masyarakat. Sadar
sepenuhnya akan kelemahan tersebut, IAIN Sunan Kalijaga, sekarang telah berubah
menjadi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, melakukan Kerjasama dengan Perguruan
Tinggi lain baik di dalam dan di luar negeri. Bahkan sebagai langkah awal untuk
berubah menjadi UIN, IAIN Sunan Kalijaga menandatangani MoU dengan 2 Perguruan
Tinggi Negeri (UGM dan UNY) dan 3 Perguruan Tinggi Swasta (UII, UMY dan UAD)
serta 2 Perguruan Tinggi yang berafiasi dengan Katolik dan Protestan, yaitu
Universitas Sanata Dharma untuk Katolik dan Universitas Duta Wacana untuk
Protestan. Selain dengan Perguruan Tinggi, IAIN-UIN juga bekerjasama dengan
lembaga lainnya seperti TVRI yang merupakan sarana penunjang bagi mahasiswa
Dakwah dalam dalam melakukan praktikum dan LIPI yang menjadi tempat yang
menyediakan resources untuk mengadakan penelitian. Kerjasama dengan Perguruan
Tinggi Luar Negeri baru terbatas pada McGill Universitas dan Leiden Universitas
serta Universitas Al Azhar dari Timur Tengah.
Kerjasama atau collaboration ini pada dasarnya adalah
partnership, cooperation, group effort, association, alliance relationship,
teamwork. Sudah sejak lama, IAIN/UIN Sunan Kalijaga melakukan program kerjasama
dengan berbagai lembaga dan institusi. Kerja sama dengan luar negeri merupakan bagian penting dalam pengembangan IAIN (UIN)
terutama dalam rangka institutional building yaitu dengan memberikan kesempatan
kepada staf pengajar UIN untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Ada beberapa
kerja sama dengan universitas di luar negeri yang dalam hal ini adalah western
university seperti Leiden University, Leipzig University German, Arizona State
University, dan McGill University. Selain melalui universitas, kerja sama juga
dilakukan melalui agency seperti AMINEF (Amerika Serikat), CIDA (Canada),
AUSAID (Australia), USAID dan DANIDA The Royal Danish Embassy Denmark. Di
antara lembaga-lembaga tersebut, kerja sama dengan McGill University dan CIDA
merupakan kerja sama yang memiliki sejarah yang panjang masih terus
berkelanjutan sampai tahun 2006. Oleh karena itu, dalam bagian kedua tulisan
ini kami ingin menggaris bawahi kerjasama dengan lembaga tersebut, selain
karena lamanya kerja sama yang telah
terjalin, juga karena dampak yang ditimbulkan dari kerja sama ini yaitu semakin
kokohnya organisasi seperti PSW dan munculnya organisasi yang sangat berpotensi
untuk terus berkembang yaitu CTSD dan kemungkinan-kemungkinan yang lain di masa
depan. UIN sedang berpikir dan merancang untuk memiliki pusat studi baru yang
lebih focus pada kajian, penanganan dan bantuan kepada warga masyarakat yang
masuk kelompok tidak beruntung atau “disable” yang terkait dengan social work.
Kerjasama Dalam Negeri
1. Bidang
Pendidikan dan Pengajaran
Fakultas Adab dan fakultas Tarbiyah khususnya, demikian
pada Syari’ah dan Ushuluddin serta Adab sejak dari dulu memanfaatkan pertukaran
dosen antara sesama Perguruan Tinggi. Matakuliah umum yang yang belum tersedia
dosennya selalu diisi oleh dosen-dosen dari Universitas Gadjah Mada,
Universitas Nasional Yogyakarta (dahulu IKIP). Begitu pula sebaliknya, IAIN/UIN
mengirim para dosen agama Islam untuk mengajar di beberapa fakultas di UGM dan
UNY.
Ketika pada level strata satu, kebutuhan dosen umum,
mulai sedikit banyak terpenuhi, maka kerjasama itu masih terus berlanjut pada level
S2 (Strata 2) di program Pascasarjana. Hampir enam konsentrasi yang ada di
Program Pascasarjana memanfaatkan tenaga pengajar, khususnya tenaga guru Besar
dari Perguruan Tinggi sekitar. Bahkan sejak tahun delapan puluhan, IAIN Sunan
Kalijaga menggunakan tenaga guru Besar dari UGM dan UNY untuk membimbing dan
menguji disertasi yang diajukan oleh para mahasiswa.
Dari kurang lebih 95 disertasi dibimbing dan diuji oleh
guru Besar dari IAIN, UGM dan UNY dan UII. Sekali dua lagi dari Sanata Dharma
dan Duta Wacana tergantung topik bahasan tesis atau disertasi. Untuk disertasi
tidak hanya 3 Perguruan Tinggi tersebut yang diminta bantuan kerjasamanya,
tetapi juga Perguruan Tinggi lain khususnya IAIN (sekarang UIN) Syarif
Hidayatullah, IAIN Bandung, IAIN Surabaya, IAIN Semarang, LIPI Jakarta, bahkan
STAIN Salatiga dan STAIN Surakarta. Meskipun dengan kedua STAIN tersebut belum
ada MoU secara resmi. Begitu pula sebaliknya, dosen-dosen, guru Besar IAIN/UIN
Sunan Kalijaga juga sering diminta membimbing dan menguji tesis dan disertasi
di UII, UNY, UGM, UNY.
Kerjasama antara Perguruan Tinggi bukanlah pertanda
kelemahan dan pertanda belum siapnya Sumber Daya manusia yang dimiliki oleh
Perguruan Tinggi yang bersangkutan, tetapi lebih merupakan uji coba dan proses
“Standarisasi” mutu pendidikan dan pengajaran. Apakah kwalitas mahasiswa IAIN
sederajat dari mahasiswa Perguruan Tinggi yang lain, atau dibawahnya. Dengan
demikian dengan kerjasama dapat diketahui feedback dari tenaga dosen dan guru
Besar dari Perguruan Tinggi yang lain.
Jika disertasi IAIN/UIN diuji secara multi disiplin oleh
guru Besar dari Perguruan Tinggi sekitar berarti ingin menunjukkan bahwa proses
belajar dan mengajar di IAIN/UIN telah standart dengan yang telah berjalan di
Perguruan Tinggi lain di sekitarnya. Dengan begitu, kebijakan kerjasama
kependidikan khususnya untuk pertukaran tenaga dosen pengajar, pembimbing dan
penguji disertasi akan dilanjutkan seterusnya, meskipun tenaga pengajar di UIN
semakin hari semakin tercukupi.
Dalam 4 tahun terakhir, dalam program pascasarjana juga
dilibatkan dosen-dosen pengasuh mata kuliah umum, yang berasal dari Sanata
Dharma dan Duta Wacana. Kehadiran mereka juga membantu membuka cakrawala baru
mahasiswa bahwa dalam hal keilmuan sesungguhnya bersifat “universal”, tidak
perlu disekat-sekat oleh primordialisme agama. Bahkan ketika akan membuka prodi
baru dan evaluasi akhir semester, IAIN/UIN selalu mengundang para guru Besar
dari berbagai perguruan Tinggi sekitar untuk memberi masukan kepada program
pembelajaran dan perkuliahan di program pascasarjana. Belum lagi kehadiran
dosen-dosen luar dari McGill University yang mengajar mata kuliah Metodologi
Penelitian Agama, Filsafat, Social Work, Hukum Islam dan begitu seterusnya.
Sesekali dari Leiden, Bon, Hartford Seminary Amerika Serikat dan lain-lain.
Selain pergaulan keilmuan interaksi sosial dan interaksi internasional juga
sekaligus terjadi disitu.
Bidang Perpustakaan
IAIN/UIN Sunan Kalijaga diuntungkan oleh letak kampus
yang saling berdekatan. Mahasiswa IAIN/UIN, khususnya yang tekun kuliah dan
gemar diskusi hampir boleh dikatakan tidak ada yang tidak pernah mengunjungi
perpustakaan Perguruan Tinggi yang dimiliki oleh Perguruan Tinggi lain.
Selain UGM dan UNY dan PT-PT yang lain, yang cukup
menonjol justru angka kunjungan ke Perpustakaan Kolosani, jalan Abu Bakar Ali,
dan Kentungan, Universitas Sanata Dharma milik yayasan Katolik. Bahkan mungkin
dapat dikatakan justru pengunjungnya lebih banyak dari mahasiswa IAIN/UIN dari
pada mahasiswanya sendiri karena kelengkapan koleksi buku-buku agama pada
umumnya, agama lain dan Islam. Belum ada studi berapa kunjungan mahasiswa
IAIN/UIN ke Perpustakaan Kolosani ini, tetapi para pengelolanya diantara Romo
Bernard Kieser selalu menyatakan bahwa hampir setiap hari ada kunjungan dari mahasiswa
IAIN/UIN. Kerjasama dalam bidang perpustakaan, ibarat menjalani hidden
curriculum. Kunjungan perpustakaan selain milik sendiri, besar sekali
manfaatnya bagi mahasiswa yang datang dari seluruh tanah air. Selain mereka
mengetahui bahwa koleksi perpustakaan Kolosani memang lengkap, juga belajar
bagaimana berinteraksi dengan orang lain, sejak dari budaya kerja, etos kerja,
manajemen dan pelayanan perpustakaan dan begitu seterusnya.
Kerjasama Luar Negeri
A. Sejarah
Kerjasama IAIN dengan McGill University
Awal kerjasama ini telah dimulai sejak tahun 1958 ketika
H.M. Rosyidi menjadi dosen tamu di McGill University mengajar “Sejarah Islam
dan Hukum Islam.” Pada era berikutnya, Prof. Dr. Mukti Ali yang juga merupakan
lulusan McGill University melanjutkan kerjasama pada tahun 1970-an dengan
membangun kerjasama yang bersifat akademis. Kerjasama yang lebih riil yang
dalam hal ini melalui CIDA (Canadian International Development Agency) sebagai
sponsornya, terbagi menjadi 2 fase, yaitu:
1. ICIHEP
(Indonesia Canada Higher Education Project)
Di bawah nama ini, kerja sama berlangsung dari tahun
1995 sampai 2000 dengan penekanan pada pemberdayaan sumber daya manusia IAIN.
Bentuk riil kerjasama yaitu dengan mengirimkan dosen IAIN untuk belajar di
McGill University baik dalam tingkat master maupun doktoral. Dari tahun 1990 sampai 1995 fokus kerja sama adalah
dalam bidang studi Islamic Studies. Pada periode ini kegiatan yang dilakukan
tidak hanya mengirimkan dosen ke McGill University, tetapi juga mengundang professor di bidang Islamic Studies dari
McGill untuk memberikan kuliah maupun workshop di IAIN. Terobosan lain dibuat
pada tahun 1994, di mana ICIHEP telah berupaya untuk membuka kemungkinan untuk
mengembangkan program lain yaitu pendidikan, management dan perpustakaan.
Program baru ini dilaksanakan pada tahap selanjutnya yaitu dari tahun 1996
sampai 2000. Pengiriman dosen untuk belajar di tingkat master di bidang
perpustakaan di McGill University mulai dilakukan pada tahun 1997. Pengiriman
staf perpustakaan untuk belajar ilmu perpustakaan di Universitas Indonesia juga
dilaksanakan dari tahun 1995 sampai 1997. Selain pengiriman dosen, kegiatan
workshop untuk staf perpustakaan IAIN juga dilakukan dengan mendatangkan
professor dari McGill University.
2. IISEP (IAIN –
Indonesia Social Equity Project)
Fase kerjasama kedua di bawah bendera bernama IISEP ini
merupakan lanjutan dari fase ICIHEP. Jika pada fase sebelumnya penekanannya
adalah pada penguatan staf pengajar IAIN maka pada fase ini fokusnya adalah
pada penguatan hubungan timbal balik antara masyarakat kelas bawah dan IAIN
dimana IAIN bertindak sebagai agen yang menyediakan SDM untuk mengembangkan
masyarakat. Yang menjadi perhatian dalam fase ini adalah bagaimana
mengimplementasikan kegiatan yang lebih konkrit di masyarakat kelas bawah,
dengan tujuan utama adalah sebagai berikut:
1) Untuk
memperkuat peran IAIN dalam mengembangkan masyarakat dan program pendidikan
alternatif. Program ini dilaksanakan oleh fakultas Dakwah karena fakultas ini
lebih banyak terlibat dalam kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat
pedesaan. Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
professional serta untuk membangun kerjasama dengan LSM dan organisasi-organisasi
sosial.
2) Untuk
mendukung peran IAIN dalam rangka untuk memperkuat sistem pendidikan di
madrasah-madrasah.
Dalam hal ini fakultas Tarbiyah sebagai fakultas yang
sangat concern dengan pendidikan dasar memegang peran penting dalam
melaksanakan program ini. Peran fakultas Tarbiyah adalah untuk memperkuat
jaringan kerjasama dalam pendidikan berbasis kemasyarakatan yang dalam hal ini
adalah madrasah baik tingkat ibtidaiyah maupan madrasah tsanawiyah.
3) Untuk
memperkuat UIN Jakarta dan Yogyakarta dalam menjalankan peran penting dalam
mengintegrasikan agama dan pengembangan masyarakat. staf pengajar dan mahasiswa
IAIN mengembangkan kerja sama dan model pengembangan kultural baik pendidikan
formal maupun non formal untuk masyarakat kelas bawah. Untuk mencapai tujuan
ini maka UIN Yogyakarta membuka program Interdisciplinary Islamic Studies
dengan penekanan pada social work pada tingkat master.
4) Untuk
memperkuat peran wanita dalam pengambilan keputusan di lingkungan IAIN. Untuk
jangka panjang ini bisa dijadikan sebagai cara untuk mendukung kesetaraan
antara perempuan dan laki-laki dalam struktur organisasi, baik dalam tingkat
pengambilan keputusan maupun dalam level bawah.
Selain empat komponen yang terlibat dalam kerjasama fase
IISEP ini (yaitu fakultas Tarbiyah, Dakwah dan Interdisciplinary Islamic
Studies, fakultas Adab melalui program Ilmu pepustakaan dan informasi juga
terlibat dalam rangka untuk mengembangkan perpustakaan di madrasah.
Untuk mencapai tujuan utama tersebut ada 3 cara yang
ditempuh oleh IAIN, yaitu
(1) Mengirimkan tenaga pengajar untuk mendalami bidang
studi social work (untuk mendukung program pengembangan masyarakat), library
science dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia untuk mengembangkan
perpustakaan madrasah, dan science education untuk menyiapkan tenaga pengajar
yang handal di bidang matematika, fisika, kimia dan biologi di madrasah.
Pengiriman tenaga pengajar ini diharapkan merupakan langkah untuk menyiapkan
tenaga pengajar (guru) yang handal dan diharapkan dapat menyiapkan sumber daya
manusia yang siap terjun ke masyarakat kelas bawah.
(2) Membuka
program studi baru yaitu: Kesejahteraan sosial
yang sampai saat ini masih berupa konsentrasi di fakultas Dakwah, Ilmu
Perpustakaan dan Informasi di fakultas Adab, MIPA di fakultas Tarbiyah dan
Interdisciplinary Islamic Studies di tingkat Master.
(3) Mengembangkan pilot project, yaitu dengan menjadikan
beberapa lokasi pedesaan dan madrasah sebagai model yang diharapkan nantinya
bisa dijadikan sebagai sampel bagi madrasah ataupun desa lainnya untuk
pengembangan.
a. Pengaruh
Terhadap Penguatan Institusi
Hasil kerjasama dengan McGill University telah
memberikan pengaruh yang signifikan dalam memperkuat UIN sebagai lembaga
pendidikan Islam, terutama dalam penyediaan SDM. Para alumni McGill University
banyak berperan di lingkungan akademik UIN Yogyakarta maupun di lembaga
pemerintah seperti Departemen Agama. Selain itu masih banyak para alumni yang
aktif menyalurkan ide-ide mereka di berbagai media massa dan jurnal baik di
tingkat nasional maupun internasional dalam rangka sharing idea.
Pembukaan beberapa program baru, seperti MIPA di
fakultas Tarbiyah, Ilmu Perpustakaan dan Informasi di fakultas Adab dan
Kesejahteraan Sosial di fakultas Dakwah di IAIN juga merupakan suatu usaha
meletakkan fondasi yang kuat untuk transformasi IAIN menjadi universitas. Salah
satu syarat untuk menjadi universitas adalah memiliki program studi umum (non
Islamic Studies), sehingga pembukaan program studi baru ini diharapkan sebagai
kunci pembuka bagi berubahnya IAIN menjadi UIN. Kerjasama dengan McGill
University ini telah memungkinkan dibukanya program studi umum yaitu dengan
penguatan kualitas tenaga pengajar di bidang social work, library science dan
science education dan dengan diadakannya workshop yang berkaitan dengan
penyusunan kurikulum.
Pengaruh lain yang dihasilkan dari kerjasama dengan
McGill University terhadap institusi yang dalam hal ini UIN Yogyakarta adalah
lahirnya Pusat Studi yaitu Center for Teaching Staff Development (CTSD) dan
semakin kuatnya Pusat Studi Wanita (PSW).
1.
Center for
Teaching Staff Development (CTSD)
Lembaga
ini merupakan lembaga non struktural yang bertujuan untuk mengembangkan metode
pengajaran di lingkungan perguruan tinggi khususnya perguruan tinggi Islam yang
dalam hal ini adalah IAIN dan STAIN. Lembaga ini sangat berkaitan dengan
kerjasama yang dilakukan pada fase ICIHEP (Indonesia Canada Islamic Higher
Education Project). Pada tahun 1996 Faculty Developers, Center for University
Teaching and Learning (CUTL), McGill University memfasilitasi workshop yang
bertemakan pendidikan tinggi (higher education) dengan dosen-dosen IAIN seluruh
IAIN sebagai partisipan. Keterbatasan dalam kemampuan bahasa yang dialami oleh
partisipan selama workshop memerlukan adanya seorang penerjemah untuk membantu
fasilitator dalam menyampaikan materi. Dalam hal ini, penerjemah yang
diperlukan dan tersedia adalah dosen IAIN.
Workshop
yang dirancang, difasilitasi dan dilaksanakan oleh CUTL berusaha untuk membawa
ide-ide mereka dengan mentransfer ilmu dan keahlian para faculty developers
CUTL kepada para dosen IAIN. Oleh karena itu mereka tidak akan memberikan
workshop yang sama atau bahkan mirip kepada semua dosen IAIN. Cara yang
ditempuh oleh CUTL adalah dengan memberi satu atau dua workshop yang sejenis
kepada para dosen IAIN. Dosen-dosen lain yang belum mengikuti workshop ini akan
mendapatkan kegiatan sejenis dari fasilitator local (Indonesia). Metode
mentransfer ilmu dan skill yang dilakukan oleh faculty developer dari CUTL ini
memberikan inspirasi dosen IAIN yang dalam hal ini adalah penerjemah dalam
workshop tersebut, untuk mempunyai lembaga yang mampu melaksanakan kegiatan
serupa. Dari sinilah maka pada tahun 1996 secara resmi CTSD lahir setelah mendapatkan
persetujuan dari rektor. Peran pertama CTSD adalah menjadi co-facilitator dalam
workshop tentang pendidikan yang dilaksanakan oleh CUTL untuk yang kedua
kalinya di Indoenesia. Perubahan fungsi translator menjadi co-facilitator
memberikan kesempatan dosen IAIN untuk merintis peran sebagai penyaji karena
pada kesempatan tersebut mereka diberi kesempatan untuk memberikan materi
kepada partisipan.
Sebagai
langkah awal untuk menjalankan pusat studi, maka perlu adanya penguasaan akan
ilmu tentang pendidikan tinggi. Oleh karena itu empat dosen yang potensial
untuk mengembangkan CTSD dikirim ke Canada untuk mengikuti program training
“training stage” yang memungkinkan mereka untuk melihat pusat studi serupa di
beberapa universitas terkenal di Canada. Saat ini CTSD menjadi lembaga yang
sangat prospektif yang mempunyai peran penting di IAIN/UIN Yogyakarta tetapi
juga di perguruan tinggi lain di Indonesia melalui kegiatan-kegiatan semacam
Training for Trainers (ToT).
2.
Pusat Studi
Wanita (PSW)
PSW
sebagai pusat studi yang sudah mapan di IAIN merupakan lembaga independent dan
non struktural dengan misi untuk mendorong segala usaha untuk mengembangkan
kesetaraan gender dan pemberdayaan wanita dalam masyarakat dari perspektif
Islam. PSW menekankan pada realisasi kegiatan akademik yang medorong pengayaan
kesetaraan gender dan pemberdayaan wanita melalui studi, riset, dan
pengembangan kurikulum dan layanan sosial. Perspektif Islam dijadikan dasar
untuk memecahkan masalah yang dihadapi wanita dalam masyarakat.
Dalam
kaitannya dengan kerjasama dengan McGill University, PSW telah membangun
jaringan kerjasama sejak era ICIHEP pada tahun 1995. Kegiatan yang dilakukan
PSW pada masa ini menekankan kepada penguatan konsep sensitivitas gender dan
kesehatan reproduksi dosen perempuan dan mahasiswa IAIN Yogyakarta. Kegiatan
ini bukan hanya dalam bentuk workshop dan seminar tetapi juga dalam kegiatan
riset seperti riset tentang studi kritis terhadap hadist aqidah, wanita sebagai
kepala keluarga: tantangan dan kebutuhan kontemporer. Penguatan lembaga juga
dilakukan dengan mengikuti workshop manajemen selama 6 minggu di McGill
University pada tahun 1996 dan berpartisipasi dalam Women’s Fellowship Program
pada tahun 1997 dan 1999.
Pada
era IISEP ini PSW memasukkan isu “gender mainstreaming” (pengarus utamaan
gender) sebagai sarana untuk mempromosikan sensitivitas gender yang menjangkau
cakupan yang lebih luas, yaitu dengan memasukkan isu gender ke dalam kurikulum
di IAIN. Yang juga menjadi perhatian khusus pada kerjasama dengan McGill
University pada masa IISEP ini adalah memperkuat partisipasi perempuan dalam
posisi pengambil keputusan di lingkungan IAIN. Isu ini menjadi penting dalam
wacana gender karena pada kenyataannya, masih ada ketimpangan jumlah perempuan di IAIN yang berperan dalam posisi
struktural, serta masih sedikitnya dosen perempuan yang bergelar Ph.D sehingga
mempromosikan penafsiran modern tentang gender dalam Islam di dalam lingkungan
IAIN menjadi sangat krusial.
Kerjasama
dengan McGill University sejak masa ICIHEP juga telah memberikan motivasi
kepada PSW untuk mencari jaringan kerjasama dengan organisasi-organisasi lain
baik lembaga pemerintah maupun non-pemerintah, baik nasional maupun
internasional, seperti Ford Foundation dan DANIDA The Royal Danish Embassy
Denmark yang menjadikan PSW Yogyakarta menjadi lembaga independent yang besar
di lingkungan IAIN.
3.
Pengaruh
terhadap peningkatan mutu management
Salah
satu bentuk kerjasama yang dilakukan adalah workshop management di Department
of Management, McGill University. Beberapa dosen IAIN dikirim ke Canada untuk
mengikuti workshop untuk mempelajari manajemen dan administrasi. Sekembalinya
dari Canada mereka harus mengaplikasikan ilmu mereka di tempat kerja di IAIN,
mengingat mereka yang dikirim adalah para dosen yang memegang posisi pengambil
keputusan, seperti dekan dan pembantu dekan. Workshop managemen dilanjutkan
dengan sistem yang berbeda, yaitu dengan melalui in-service training. Metode
ini cukup berhasil dalam mengubah sistem manajemen IAIN karena dengan metode
ini maka ditemukan sistem yang sesuai dengan kebutuhan yang ada di lingkungan
IAIN. Hal ini berbeda dengan metode pertama yang lebih Canada-oriented yang
lebih menuntut para dosen untuk lebih berhatri-hati dalam menerapkannya di
sistem manajemen di Indonesia, terutama di IAIN.
B. Kerjasama
dengan Universitas Leiden
Kerjasama ini berada di bawah bendera Indonesia
Netherlands Cooperation in Islamic Studies (INIS). Sebenarnya kerjasama yang
terjalin ini bukan kerjasama langsung antara IAIN dengan Universitas Leiden
seperti halnya IAIN dengan McGill University, dalam arti yang menandatangani
MoU adalah Departemen Agama dan Universitas Leiden. Akan tetapi sebagai salah
satu perguruan tinggi Islam di Indonesia, IAIN Sunan Kalijaga telah ikut berperan
aktif dalam mengirimkan dosen IAIN untuk melanjutkan studi ke Leiden dengan
memperdalam Islamic studies.
Pada awal kerjasama, kegiatan yang dilakukan adalah
mengirimkan tenaga pengajar senior selama beberapa bulan untuk mengikuti studi
yang bersifat non degree. Selain itu bebrapa professor dari Belanda, seperi
Herman Beck, Karel Steenbrink dan Martin Van Bruinessen didatangkan untuk
memberi kuliah di pasca sarjana IAIN Sunan Kalijaga dan sebagai tambahan juga
mengajar di fakultas Ushuluddin, jurusan perbandingan Agama. Degree program di
tingkat master dimulai pada tahun 1995. Sembilan dosen IAIN Sunan Kalijaga
telah dihasilkan dari Universitas Leiden dan mereka adalah sumber daya manusia
yang sangat potensial untuk mengembangkan IAIN.
Penutup
Tidak semua pengalaman kerjasama IAIN/UIN Sunan Kalijaga
diuraikan disini. Selain yang telah diuraikan diatas, masih ada
kerjasama-kerjasama lain yang langsung dilakukan oleh fakultas atau unit-unit
struktural seperti Pusat Pengabdian pada Masyarakat maupun non-struktural
seperti Pusat Bahasa dan seterusnya. Untuk memperoleh gambaran yang lebih
lengkap tentang jenis-jenis kerjasama yang pernah dilakukan oleh IAIN/UIN,
berikut ini dilampirkan data kerjasama kependidikan IAIN/UIN dengan lembaga
lain selengkapnya. (tabel tidak di copy)
0 komentar:
Posting Komentar