Tidak Mengeluh dan Selalu Percaya Diri



Beberapa waktu yang lalu, saya  kedatangan tamu dari Papua. Orang kelahiran Jawa Tengah tetapi sudah lama menetap di Sorong itu, memiliki jiwa pejuang, optimisme, dan tampak pandai sekali memanfaatkan peluang untuk memajukan  usahanya dalam berdakwah. Setiap saya ketemu dengan dia, banyak saya dengarkan pikiran-pikiran cerdas yang dimiliki ternyata  berhasil diimplementasikan di Papua.

Dalam satu kesempatan bertamu di rumah itu, saya menanyakan apakah tidak berat  memperkenalkan ajaran Islam di Papua. Selain itu, saya juga menanyakan, apa yang menjadikannya sudah  sedemikian lama tetapi masih betah  bertempat tinggal di Papua. Padahal saya seringkali mendengar, tantangan berdakwah di sana sedemikian berat.

Pertanyaan saya tersebut dijawab dengan ringan, bahwa siapapun yang suka mengeluh dan selalu tidak percaya diri, maka Papua adalah tempat yang subur bagi mereka itu. Mengeluh dan mengekspresikan rasa tidak percaya diri sedemikian mudah. Bagi siapapun yang suka mengeluh dan memiliki rasa tidak percaya diri, maka hendaklah datang ke Papua. Di sana setiap orang tidak perlu berpikir berat,  pada  setiap waktu bisa mengeluh  dan menunjukkan rasa tidak percaya diri itu.

Orang yang suka mengeluh akan mengatakan bahwa di Papua medannya sulit dijangkau,  banyak penduduk asli yang sulit diajak berkompromi,  pendidikan  tidak mudah dikembangkan, pejabat daerahnya  suka menyimpang, fasilitas hidup seperti listrik, air bersih dan lain-lain belum sebaik di Jawa. Maka, siapapun yang ingin  mengeluh  sedemikian  mudah bertempat tinggal di Papua. Oleh karena itu, jika suka mengeluh dan akan tetap mengeluh dan tidak percaya diri,  maka dianjurkan datang saja ke Papua. 

Atas jawaban yang agak aneh tersebut, saya menanyakan kepadanya,  apakah dia  mampu  bertahan selama ini di Papua oleh karena hobinya juga mengeluh dan memiliki sifat tidak percaya diri. Segera menjawab,  bahwa ia tidak memiliki kedua sifat yang tidak menguntungkan itu.  Tamu saya tersebut malah sebaliknya, sangat  menyukai tantangan dan mengaku dirinya merasa puas tatkala berhasil menyelesaikan tantangan. Kalau ingin hidup enak, maka sudah lama ia pulang dan bertempat tinggal bersama keluarga besarnya di Jawa Tengah.

Hingga sekarang ini,  dia tidak ingin berencana pulang. Bersama isteri dan anak-anaknya akan tetap bertempat tinggal di Papua. Baginya hidup dengan penuh tantangan dan berusaha menjawabnya  akan lebih membahagiakan dirinya daripada bertempat tinggal di tempat  yang tidak ada tantangan. Anaknya yang sudah tamat dari pendidikan menengah, dikuliahkan ke Jawa dan dipesan agar jangan sampai  keenakan, setelah lulus diharuskan kembali ke Papua untuk membangun masyarakat yang masih memerlukan uluran tangannya. Pesan kepada anaknya, hidup ini jangan hanya sekedar menikmati sesuatu tanpa bejuang. Dia mengatakan bahwa  nikmat yang sebenarnya akan diperoleh di tengah-tengah  perjuangan.

Dia juga mengaku tantangan harus diubah menjadi peluang. Salah satu contoh yang pernah dilakukan adalah tatkala menghadapi kepala daerah yang bukan seagama.  Bupati yang beragama nasrani diundang untuk meresmikan sekolah yang telah dirintisnya. Bupati selama itu belum pernah memberi apa-apa kepada lembaga pendidikan Islam yang telah dirintis. Namun begitu, kepala daerah ini diminta untuk meresmikan. Bupati datang dan berkenan memenuhi permintaannya. Ternyata, setelah itu, jutru Bupati sendiri yang menawarkan, akan memenuhi  kekurangan fasilitas yang masih diperlukan.  Ternyata,  janjinya itu sekarang telah dipenuhi.

Pejuang Islam yang amat gigih, migran  yang berasal dari Jawa Tengah itu mengatakan  bahwa umpama ia hanya mengeluh dan tidak percaya diri, tidak menghadap Bupati hanya alasan berbeda agama,  maka lembaga pendidikannya tidak akan bergerak maju. Ia akan  dengan mudah merasionalkan atas ketidak majuannya,  oleh karena lembaga pendidikan itu berada di Papua dan apalagi pemerintah daerahnya beragama nasarani. Atas alasan itu orang akan percaya dan menganggap bahwa kegagalannya itu menjadi hal wajar. 

Mendengarkan cerita tamu dari Papua itu, saya teringat   keluhan dan ketidak percayaan diri orang-orang yang sehari-hari saya temui.  Tidak sedikit  orang yang sudah bergelar akademik tinggi, tetapi masih mengeluh dan tidak percaya diri. Mereka merasa tenaganya tidak dimanfaatkan orang.  Mereka menganggap bahwa,  setelah  gelar akademik tertinggi  diraih, segera orang-orang datang  untuk menawari jabatan.  Mereka itu  lupa bahwa, pada zaman sekarang ini bukan zamannya  orang menunggu. Zaman ini adalah zaman,   orang  harus berkompetisi. Tidak ada rumus lagi, orang didatangi, kecuali orang yang memang  betul-betul dibutuhkan.  Lagi pula sekarang ini,   sekalipun gelar akademik itu penting, tetapi  masih akan dilihat lagi kualitas  di balik gelar yang disandangnya.

Mestinya seorang yang telah bergelar akademik tinggi  tidak boleh menunggu tawaran,  apalagi mengeluh dan tidak percaya diri. Seorang bergelar akademik harus  pandai menunjukkan kualitas dirinya,  dengan cara selalu  menjalin sillaturrahmi kepada  siapapun. Kualitas dirinya  sebagai penyandang gelar Doktor misalnya,  harus ditunjuk  sendiri  lewat  komitmennya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, karya-karya akademiknya, kemampuannya berkomunikasi, dan semangatnya terhadap pengembangan institusi di mana mereka bekerja. Penyandang gelar akademik  tidak  semestinya  selalu  mengeluh dan tidak percaya diri. Gelar akademik itu memang berat dipertanggung jawabkan dan tidak cukup diperkenalkan hanya lewat kartu nama. Kisah sukses transmigram dari Papua yang tidak mau mengeluh dan selalu percaya diri,  sebagaimana diungkap di muka,  adalah contoh yang amat baik bagi siapapun. Wallahu a’lam.


Imam Suprayogo

3 komentar:

  1. Kesimpulan : orang orang papua itu memiliki jiwa pejuang,optimisme,dan tampak pandai dalam memanfaatkan peluang.barang siapapun yang suka mengeluh dan selalu ridak percaya diri, maka papua adalah tempat yang subur bagi mereka itu.orang yang suka mengeluh itu biasanya susah atau lama dalam mengerjakan sesuatu atau pekerjaan bahkan orang papua mengatakan banyak penduduk asli yang sulit diajak berkompromi,pendidikan tidak mudah di kembangkan,pejabat suka menyimpang,fasilitasnya juga belum baik seperti di jawa.di papua itu kita jadi bisa merasakan bagaimana keadaan di sana dan bagaimana orang orang di sana.selain itu kita juga diuji agar tidak mengeluh karena orang orang di papua yang memiliki sifat yang keras dan kita itu harus percaya kalau ujian yang diberikan itu hanyalah sesaat.
    Manfaat agar tidak mengeluh diantara nya yaitu :
    -perbanyak bersyukur
    -menjaga pikiran tetap positif
    -kurangi keinginan untuk sempurna.
    Mafaat selalu percaya diri yaitu :
    -selalu memiliki semangat positif.
    -memperbesar peluang karir.
    -dapat menghilangkan rasa takut.
    -sehat secara fisik dan mental.
    Oleh karena itu kita harus selalu percaya diri atas apa yang telah kita kerjakan dan kurangi mengeluhnya.
    Nama :Tasya Oktaviani
    Kelas :X IBB
    No.Absen :31

    BalasHapus
  2. Regita Widyastuti/24/X MIA E
    Orang orang memiliki jiwa jiwa optimis dan ercaya diri, karena orang yang tidak percaya diri dan mudah mengeluh pasti pekerjaannya tidak cepat selesai. di aua segala sarana dan rasarananya belum memadai seperti di pulau pulau lain (jawa) jadi itu melatih kita agar tidak mudah mengeluh dan selalu percaya diri. karena orang aua meyakini bahwa ujian hanya sesaat. dengan tidak mengeluh dan percaya diri kita juga daat banyak manfaat salah satunya yaitu, selalu bersika positif,

    BalasHapus
  3. Bahwa sebagai manusia, kita pasti menemukan berbagai tantangan dan beribu rintangan. Dengan tantangan (Tidak memadahinya sarana prasarana dibanding pulau lain) itu kita diajarkan untuk tetap optimis dan tidak mengeluh. Dengan rasa optimis, maka kita akan terus berusaha untuk menjadi yang lebih baik lagi dalam melakukan suatu hal. Dengan tidak mengeluh kita dapat melakukan hal hal berguna untuk mencoba ulang hal hal sebelumnya yang mungkin gagal agar dapat lebih baik lagi. (Hilmy Ilyas/X MIA E/12)

    BalasHapus