Al Qur’an adalah kitab petunjuk yang sangat
hebat. Di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan yang tinggi. Mulai
dari ilmu sastra, filsafat, ekonomi, politik, sains, sampai teknologi. Hanya orang-orang yang berakal saja
yang bisa menggali ilmu-ilmu itu untuk diterapkan dalam kehidupannya.
Nabi Muhammad adalah contoh konkret hasil dari
pendidikan Allah lewat Al Qur’an Al Karim. Sehingga, beliau dikenal juga
sebagai ‘Al Qur’an Berjalan’. Itu dikatakan oleh isteri beliau Siti Aisyah,
bahwa akhlak dan perilaku beliau adalah Al Qur’an itu sendiri. Nabi Muhammad adalah satu-satunya
manusia yang sudah menjalankan dan meneladankan seluruh isi Al Qur’an yang
berjumlah 6.236 ayat itu.
Cara berbicaranya yang lembut sangat Qur’ani. Cara bergaulnya yang ramah
dan penuh kepedulian menggambarkan akhlak Qur’an. Kepemimpinannya yang bijak
dan jauh dari otoriter, juga terinspirasi dari ayat-ayat Qur’an. Dan segala
aktifitas beliau, mulai dari kehidupan rumah tangga, sosial, sampai spiritual
adalah cerminan dari ilmu Al Qur’an yang diterapkan di zamannya.
Belajar Al Qur’an bagi Rasulullah bukan hanya
belajar membaca teks, melainkan belajar hikmah yang terkandung di dalamnya. Sehingga ketika Rasulullah begitu
bersemangat membacanya dengan cepat, Allah memberikan petunjuk bahwa membaca Al
Qur’an mesti dilakukan dengan tenang dan penuh penghayatan agar makna yang
terkandung di dalamnya bisa dicerap dengan baik.
‘
’Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak
cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
mengumpulkannya dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas
tanggungan Kamilah penjelasannya.’’ [QS. Al Qiyaamah: 16-19]
Di ayat lainnya dijelaskan bahwa proses turunnya wahyu itu bagi Rasulullah
memang menjadi ajang pembelajaran dan bertambahnya ilmu pengetahuan. Bukan
sekedar hafalan terhadap teksnya, yang kemudian diabadikan sebagai kitab yang
tertulis. Dengan hikmah ayat-ayat Al Qur’an yang meresap di dalam jiwanya itu
beliau menjadi manusia yang berilmu sangat tinggi. Bukan hanya soal ukhrowi,
melainkan juga duniawi.
'’Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu
tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu,
dan katakanlah: "Ya Tuhanku, TAMBAHKANLAH kepadaku ILMU pengetahuan." [QS. Thaahaa:114]
Karena itu tidak heran, seiring dengan semakin
banyaknya ayat-ayat Qur’an yang diwahyukan kepada beliau, ilmu yang beliau
kuasai juga semakin banyak. Dan kemudian mewujud dalam berbagai tindakan
serta kesuksesan beliau selama di periode Madinah. Selain menjadi Rasul dalam tataran tujuan akhirat,
beliau juga menjadi kepala negara dalam tataran duniawi. Juga panglima perang yang
hebat. Bahkan, ilmuwan yang jenius, yang sejumlah nasehatnya dalam urusan
keilmuan duiawi memiliki kebenaran prediksi yang mengagumkan.
Diantaranya, beliau mengatakan
bahwa berpuasa adalah menyehatkan – shuumu
tasiihu – dan mengatakan bahwa perut adalah pusat berbagai macam
penyakit modern. Nasehat ini
dibenarkan oleh Badan Kesehatan Dunia WHO bahwa sumber segala macam penyakit
yang sulit disembuhkan dewasa ini memang sebagian besarnya berasal dari pola
makan yang buruk. Sebagiannya lagi dari pola hidup yang memicu stress.
Dan sisanya dari kuman-kuman penyakit: seperti bakteri dan virus. Dari manakah
beliau tahu ilmu kesehatan yang sangat mendasar ini? Padahal beliau kan tidak pernah melakukan
penelitian? Tentu saja dari hikmah ayat-ayat Qur’an.
Di cerita lain, Rasulullah mengatakan bahwa air
yang kecemplungan lalat akan terkontaminasi penyakit. Tetapi, penyakit akibat
bakteri yang ada di kaki lalat itu bakal ternetralkan jika lalat itu
ditenggelamkan sekalian ke dalam air tersebut. Karena di
dalam perut lalat itu ternyata terdapat kelenjar yang berisi zat penawar, yang
akan pecah dan larut ke dalam air jika lalat tersebut ditenggelamkan ke
dalamnya. Siapa pula yang mengajarkan informasi ini kepada beliau?
Karena, nasehat yang kemudian terbukti lewat penelitian modern ini mestinya
baru terungkap jika dilakukan eksperimen.
Di kali lain lagi, Rasulullah diceritakan
membahas tentang janin di dalam perut ibu. Menurut beliau, janin di usia 40-an
hari sudah mulai bisa dibedakan jenis kelaminnya. Karena saat itulah Allah
mulai membentuk tubuhnya.
‘’Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: apabila nuthfah telah berusia
EMPAT PULUH DUA MALAM malam (di dalam rahim), maka Allah mengutus malaikat
kepadanya. Lalu dibentuklah tubuhnya, diciptakan pendengarannya,
penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulangnya. Kemudian malaikat bertanya
kepada Allah: ya Rabbi, laki-laki ataukah perempuan?` Lalu Tuhanmu menentukan
sesuai dengan kehendak-Nya dan malaikat menuliskannya...’’ [HR. Muslim dari Hudzaifah bin
Usaid]
Cerita tentang pengetahuan Rasulullah atas jenis
kelamin embrio di usia empat puluh harian itu sungguh menakjubkan dunia
kedokteran. Karena,
dulu di zaman beliau tidak ada peralatan apa pun untuk mengetahui keadaan itu. Baru sekaranglah diketahui lewat peralatan
USG modern bahwa di usia empat puluhan hari itu embrio manusia memang sudah
mulai bisa dibedakan dari embrio binatang. Dan luar biasanya, jenis
kelaminnya pun mulai bisa ditentukan..!
Sang Nabi yang dulunya buta huruf itu, ternyata
benar-benar telah menjadi ilmuwan jenius berkat hikmah yang terkandung di dalam
Firman-firman Allah, Sang Maha Bijaksana lagi Maha Berilmu. Wallahu a’lam bishshawab.
Agus Mustofa
0 komentar:
Posting Komentar