Saya ingin memulai tulisan kedua ini dengan mengenalkan KEIMANAN Islam
kepada kawan kita yang mengaku atheis, terkait dengan konsep ‘bertuhan’.
Pemahaman tentang ‘iman’ yang tidak tepat akan menghasilkan persepsi ketuhanan
yang juga keliru. Setidak-tidaknya, nggak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh
al Qur’an.
Ada keimanan yang bersifat DOGMATIS, dan ada keimanan yang berdasar
BUKTI-BUKTI. Keimanan di dalam Islam adalah keimanan yang dibangun berdasar
bukti-bukti dengan memanfaatkan fungsi akal. Karena itu, menjadi keliru jika
memahami keimanan Islam hanya berdasar dogmatisme, sebagaimana agama lain.
QS. Al Anbiyaa’
(21): 56
Ibrahim berkata: "Sebenarnya
Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya; dan
aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang
demikian itu".
QS. An Naml
(27): 64
Atau siapakah yang menciptakan
(manusia), kemudian mengulanginya? Dan siapakah yang memberikan rezki kepadamu
dari langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?. Katakanlah:
"Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang
yang benar".
Maka substansi keimanan terhadap adanya Tuhan - di dalam Islam - justru
didasarkan pada eksplorasi akal terhadap segala realitas sekitar. Tujuannya
adalah menemukan Kekuatan Maha Dahsyat yang menguasai dan mengendalikan alam
semesta ini. Sebagaimana yang diceritakan Al Qur'an tentang 'pencarian Tuhan'
oleh Nabi Ibrahim. Sehingga, keimanan di dalam Islam bukanlah keimanan yang
sekedar ikut-ikutan berdasar tradisi sebagaimana dipersepsi oleh mereka yang
tidak memahami Islam. Justru, yang demikian ini dikecam di dalam al Qur’an.
QS. Al Baqarah
(2): 170
Dan bila dikatakan kepada mereka:
"Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab:
"(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami terima
dari (tradisi) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan
mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui sesuatu pun,
dan tidak mendapat petunjuk?"
QS. Yusuf (12):
108
Katakanlah: "Inilah jalan
(agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan argumentasi
yang jelas. Maha Suci Allah, dan aku bukan termasuk orang-orang yang
menyekutukan (bertuhan kepada selain Allah)".
Maka, keimanan Islam harus dibangun berdasar eksplorasi akal dengan
berpedoman pada kitab sucinya. Al Qur’an tidak mendogma penganutnya untuk
ikut-ikutan dalam beragama, melainkan sebaliknya mendorong untuk
bersikap kritis dan mencari bukti-bukti kebenaran yang terhampar di alam
semesta. Inilah bedanya keimanan Islam dengan keimanan agama lain.
QS. Ali Imran
(3): 7
… Dan tidak bisa mengambil pelajaran
(dari Al Qur’an) kecuali orang-orang yang menggunakan akal.
QS. Ali Imran
(3): 191
Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
(eksistensi Tuhan) bagi orang-orang yang berakal,
QS. Yunus (10):
100
Dan tidak ada seorang pun akan beriman
kecuali dengan izin Allah; dan Allah marah besar kepada orang-orang yang
tidak mempergunakan akalnya.
Sengaja saya kutipkan ayat-ayat Qur’an sebagai argumentasi, bahwa Islam
mengajarkan keimanan yang berdasar pada ‘akal sehat’. Bukan dogma-dogma dan
doktrin-doktrin tak berdasar. Itulah akal yang digunakan untuk memahami
kebenaran dalam bertuhan. Bukan akal yang digunakan untuk ‘mengakal-akali’
kebenaran. Atau malah menjauhi Tuhan.
Klarifikasi yang kedua, adalah kaitan antara SAINS dengan KEIMANAN Islam.
Boleh jadi di agama lain, keimanan bertabrakan dengan sains. Sebagaimana
terekam dalam sejarah perkembangan agama Kristen di Eropa, misalnya. Tetapi,
itu tidak pernah terjadi (dan seharusnya memang tidak terjadi) pada keimanan
Islam. Justru, sejarah menunjukkan bahwa sains dan teknologi berkembang pesat
di zaman keemasan Islam. Ilmu kedokteran, matematika, astronomi, kimia,
metalurgi, filsafat, ekonomi, sosial, politik, tatanegara, dst, dlsb, justru
memperoleh tempat yang terhormat. Sekaligus mendorong kualitas keimanan umat
Islam kepada Tuhannya. Dan yang demikian memang didorongkan oleh al Qur’an,
sebagai pedoman dalam beriman kepada Allah.
QS. Al
Ghaasiyah (88): 17
Maka apakah mereka tidak
mengobservasi unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia
ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
QS. An Nahl
(16): 79
Tidakkah mereka memperhatikan
burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang
menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (pelajaran) bagi orang-orang yang beriman.
QS. Asy
Syu’araa (26): 7
Dan apakah mereka tidak memperhatikan
bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan
yang baik?
QS. An Naml
(27): 86
Apakah mereka tidak memperhatikan,
bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka
beristirahat padanya dan siang yang menerangi? Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda (eksistensi Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.
QS. Luqman
(31): 31
Tidakkah kamu memperhatikan
bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan karunia Allah,
supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(pelajaran) bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.
QS. Az Zumar
(39): 21
Apakah kamu tidak memperhatikan,
bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya
menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air
itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu
kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur
berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
QS. Yaa siin
(36): 77
Dan apakah manusia tidak
memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba
ia menjadi penantang yang nyata!
QS. Shaad (38):
29
Ini adalah sebuah kitab yang Kami
turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya
dan supaya orang-orang yang mempunyai akal mendapat
pelajaran.
QS. Ath Thaariq
(86): 5
Maka hendaklah manusia memperhatikan
dari apakah dia diciptakan?
Dan ratusan ayat lagi yang memiliki semangat keilmuan dalam membangun
keimanan kepada-Nya. Yang kalau saya tuliskan disini semuanya, mungkin bakal
membosankan orang-orang yang tidak mengakui Tuhan. Tapi sebaliknya, bakal
menguatkan orang-orang yang beriman. Mereka bisa merasakan kehadiran Allah
sebagai Tuhan yang Maha Dahsyat di seluruh penjuru alam semesta yang
diamatinya. Bahwa Allah telah meliputi seluruh horizon pandangannya, di langit
dan di bumi, beserta segala yang ada diantara keduanya…
QS. An Nisaa’
(4): 126
Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit
dan apa yang di bumi, dan adalah Allah Maha Meliputi segala
sesuatu.
Maka, bagi seorang muslim, sains adalah alat untuk melakukan
pembuktian-pembuktian secara terukur dalam memahami ciptaan Allah yang
terhampar di alam semesta. Sebuah mahakarya yang sempurna, dengan segala
mekanisme hukum alam yang menyertainya. Manusia terlahir, menua, dan kelak
menemui kematiannya. Bumi terlahir, menua, dan kelak juga menemui
kehancurannya. Bintang dan matahari terlahir, menua, dan kelak pun menemui
akhir masanya. Sebagaimana alam semesta juga terlahir, menua, dan kelak akan
menemui keruntuhannya.
Demikian sempurnanya drama alam semesta dengan segala isinya, semata-mata
untuk menunjukkan kepada manusia yang tinggi hati ini, bahwa yang kekal
hanyalah Allah Tuhan Penguasa Jagad Semesta..! (Bersambung )
~ Salam Beragama dengan Akal Sehat ~
Agus Mustofa
0 komentar:
Posting Komentar