ADA tiga lapis kesadaran pada manusia, yakni ALAM SADAR yang bekerja di
permukaan otak, ALAM BAWAH SADAR yang bekerja di poros otak tengah-jantung, dan
Alam Tak Sadar yang bekerja di tingkat selular serta benda-benda penyusunnya
yang mikroskopik.
Jika dikaitkan dengan struktur diri manusia, maka Alam Sadar lebih
didominasi kinerja badaniyah dengan mengandalkan panca indera. Berdasar
masukan dari panca indera itulah ‘pikiran sadar’ atau ‘alam sadar’ kita
terbentuk. Sehingga, segala sesuatu yang tidak tertangkap oleh panca indera
disebut gaib, atau supranatural, atau paranormal, dan sebangsanya. Di wilayah
ini pula sains bertumpu dengan bukti-bukti yang kasat mata. Jika tidak bisa
dibuktikan secara kasat mata, disebutlah sebagai ‘tidak saintifik’.
Alam yang lebih luas dan memiliki potensi jauh lebih dahsyat adalah Alam
Bawah Sadar. Disini mekanisme kerjanya didominasi oleh kekuatan jiwa alias nafsiyah.
Sebagiannya bisa dideteksi secara kasat mata, dan sebagiannya lagi mulai tidak
kasat mata. Sebagiannya bisa disadari, tapi sebagiannya lagi tidak bisa
disadari. Karena itu diistilahkan ‘alam bawah sadar’ – alam yang ‘samar-samar’
tertangkap kesadaran kita.
Orang-orang yang sudah mengungkung dirinya dalam koridor ilmu materialistic
semacam Fisika dan Biologi ‘saja’, biasanya tak mau alias ogah
mengutak-atik wilayah ‘bawah sadar’ ini. Kecuali mereka yang berpikiran out
box. Tetapi, para ilmuwan Psikologi, justru sangat bergairah mengeksplorasi
alam bawah sadar. Apakah para psikolog ini bekerja dalam koridor yang tidak
saintifik? Hhehe, begitulah ‘tudingan’ sebagian ilmuwan materialistik.
Sehingga, ada yang menyebutnya sebagai pseudo-science alias ‘Sains
Bohong-bohongan’… :(
Tetapi ternyata perkembangan ilmu Bawah Sadar ini luar biasa pesatnya di
dekade-dekade terakhir. Tudingan pseudo-science itu semata-mata karena
para ahli psikologi itu membangun pola eksplorasi yang berbeda dengan para
penudingnya. Tetapi, sebenarnya mereka juga bekerja berdasar bukti-bukti
penelitian, yang tidak saja berdampak secara psikologis. Melainkan, juga
berdampak sampai fisiologis. Dalam ranah kedokteran, tentu Anda tidak asing
dengan penyakit psikosomatis, yakni penyakit yang muncul pada badan tetapi
disebabkan oleh faktor psikologis. Ini menjadi bukti sederhananya.
Saya punya seorang sahabat karib yang ahli Psycho-Neuro Imunology :
Prof. Dr. dr. S. Taat Putra, MS, guru besar di FK Unair Surabaya. Ia
mempelajari kaitan antara jiwa (psycho) dengan struktur saraf (neuro) dan
sistem kekebalan tubuh (imunitas). Disana kelihatan sekali hubungan antara JIWA
yang ENERGIAL dengan struktur SARAF yang MATERIAL itu. Dan, yang jelas, ilmu
ini tidak termasuk dalam pseudo-science atau apalagi paranormal..!
Beliau sangat menyadari bahwa ilmu Biologi, Fisika, Kedokteran, Kimia,
Matematika, bahkan Sosiologi, dan sebagainya, itu tidak bisa berdiri sendiri.
Hanya pada tataran yang masih sangat dasar sajalah, ilmu-ilmu itu bisa
dipetak-petakkan sedemikian rupa. Padahal dalam skala yang lebih luas, pada
kenyataannya semua ilmu itu harus menyatu untuk digunakan memahami fenomena
alam.
Sehingga suatu ketika dia mengatakan kepada saya: ‘’Pak Agus, saya kira
para dokter harus belajar Fisika Quantum. Karena ternyata di tingkat selular
kita mulai menemukan kesulitan memahami substansi sebuah penyakit. Penyebab
penyakit itu kalau ditelusuri bisa bersumber atau dipengaruhi oleh
partikel-partikel yang lebih kecil, sampai ke tingkat Quantum.’’
Ya, alam Bawah Sadar adalah alam ‘setengah gaib’ yang mulai menuai
kontroversi. Karena sebagian pakar materialistik-energetik menolak, sedangkan
pakar Psikologi, Psikiatri, dan Biokuantum mengakuinya. Kita tunggu saja
perkembangannya lebih lanjut.
Nah, di alam bawah sadar inilah JIWA manusia berkiprah. Pusat aktifitasnya
bukan hanya di cortex cerebri alias kulit otak, melainkan lebih ke dalam, di
bagian tengah otak yang bernama Sistem Limbik, menembus sampai ke jantung.
Inilah yang saya sebut sebagai poros otak-jantung. Yang di ilmu kedokteran
dikenal sebagai Axis Brain-Heart tetapi dipahami hanya sebagai jalur
hormonal dan neurotransmitter belaka.
Pemahaman secara energial, akan menunjukkan kepada kita bahwa disana ada
‘LORONG ENERGI’ yang menghubungkan otak sebagai pusat kecerdasan dengan jantung
sebagai organ resonansi. Getaran-getaran resonansi sepanjang lorong itu menjadi
semacam radar tak kasat mata, yang memunculkan ‘perasaan’. Yang secara awam,
kita rasakan sebagai debar jantung, di dalam dada. Saya tidak akan membahas
masalah ini lebih detil disini, karena akan memakan ruangan yang lebih besar.
Saya sudah membahasnya dalam buku DTM-32: ‘ENERGI DZIKIR Alam Bawah Sadar’.
Point pentingnya adalah, bahwa Alam Bawah Sadar yang lebih ‘bermain’ di
wilayah energial alias ‘kejiwaan’ yang tak kasat mata itu jangan dianggap tak
ada. Atau, bahkan tidak saintifik. Justru ini akan menjadi ladang eksplorasi
ilmu pengetahuan masa depan yang semakin menggairahkan. Dan akan meninggalkan
ilmu-ilmu materialistik yang konvensional sebagai sejarah masa lalu dalam
koridor yang sempit. Ilmu-ilmu seperti Psycho-Neuro Imunology, Psycho
Cybernetics, dan Bio-Quantum, akan semakin populer ke masa depan. Ilmu-ilmu
yang akan menguak kekuatan JIWA di alam bawah sadar, atau lebih dalam lagi.
Yang ketiga, adalah wilayah Alam Tak Sadar. Inilah yang terkait dengan
‘wilayah kekuasaan’ Ruh. Jika Alam Sadar dan Bawah Sadar hanya berkutat pada
potensi OTAK, maka alam Tak Sadar ini sudah masuk lebih dalam ke penyusun otak
dan tubuh kita. Yakni, miliaran sel-sel otak, dan triliunan sel-sel tubuh.
Termasuk sampai ke penyusun sel berupa molekul, atom, partikel sub atomik,
sampai quark, dan partikel-partikel quantum, ataupun 'sesuatu' yang lebih
substansial lagi.
Alam Tak Sadar ini memiliki KECERDASAN-nya sendiri di luar kendali pikiran
sadar ataupun bawah sadar. Justru, Alam Tak Sadar inilah yang membentuk
kecerdasan alam sadar dan bawah sadar. Otak hanya bisa mengendalikan bagian
tubuh setingkat organ seperti jantung, paru, ginjal, pencernaan, panca indera,
dan sebagainya. Baik secara sadar maupun bawah sadar. Tetapi, otak tak kuasa
lagi mengendalikan pembelahan sel-sel. Metabolisme sel. Dan berbagai
reaksi-reaksi seluler lainnya. Apalagi untuk mengendalikan molekul-molekul agar
bergerombol dan bekerjasama. Apalagi mengendalikan atom-atom, dan
partikel-partikel sub atomic, sampai ke quark. Otak tak mampu lagi.
Maka, jangan menggunakan rasionalitas dan logika lagi untuk MERASAKAN
kecerdasan Alam Tak Sadar ini. Cara yang lebih sesuai adalah menggunakan bahasa
ENERGIAL, berupa getaran gelombang resonansi. Karena di sel-sel itu masih
terdapat getaran gelombang. Sebagaimana juga di tingkat molekuler, atomik
maupun sub atomik, sampai ke tingkat partikel dasar.
Getaran-getaran mereka itulah yang menghasilkan frekuensi, dan bisa
meresonansi jiwa kita. Meresonansi lorong energi di antara Otak-Jantung. Dan
muncul sebagai ‘perasaan’. Inilah yang oleh Al Qur’an disebut sebagai Qalbu,
dan diterjemahkan ke bahasa Indonesia sebagai ‘Hati’. Dan kemudian rancu dengan
liver. Padahal itu mengacu ke jantung.
Di dalam Al Qur’an ada dua istilah untuk HATI, yaitu: Qalbu dan Fu-aad.
Qalbu merujuk ke jantung, sedangkan Fu-aad merujuk ke Otak, khususnya Sistem
Limbik. Maka, kalau kita menyebut HATI, itu berarti merujuk ke Qalbu dan
Fu-aad sekaligus. Alias POROS OTAK-JANTUNG. Yaitu, suatu sistem
resonansi energial yang berfungsi sebagai radar jiwa, dimana dengannya kita
bisa 'memahami' sesuatu lewat mekanisme ‘perasaan’. Bukan menggunakan logika
maupun rasionalitas.
Nah, begitulah kurang lebih, cara menghubungkan JIWA Anda dengan Ruh
Universal; yang dalam istilah Al Qur’an disebut sebagai ber-DZIKIR. Kurang
lebih begitu pula teknik DZIKIR Alam Bawah Sadar yang saya jelaskan dalam buku
DTM-32. Yakni, sebuah teknik pengaturan fase gelombang kesadaran otak agar kita
bisa ‘merasakan’ getaran halus yang berasal dari ruh kita, maupun Ruh-Nya yang
telah meliputi alam semesta. Di getaran halus itulah, Anda akan memperoleh
informasi-informasi yang ‘tidak terpikir’ oleh kulit otak yang hanya bekerja secara
logika dan rasionalitas..!
QS. Al Anfaal (8): 2
Sesungguhnya orang-orang yang
beriman itu adalah mereka yang apabila DISEBUT nama Allah (dzikrullah)
BERGETAR-lah HATI mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya
bertambahlah keimanan mereka (karenanya). Dan kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal.
Perpaduan antara fungsi 'kulit otak' yang logis-rasional dengan 'poros
otak-jantung' yang penuh perasaan, akan menghasilkan kualitas AKAL yang prima.
Karena, perasaan bawah sadar memang tidak boleh dilepaskan sendirian, tanpa
kontrol pikiran sadar. Allah menyebut orang-orang yang bisa memadukan keduanya
secara seimbang itu sebagai ULUL ALBAB. Yaitu, orang yang senantiasa berdzikir
dengan perasaan halusnya, serta berpikir dengan logika dan rasionalitasnya
secara ilmiah. Memadukan antara alam sadar dan alam bawah sadarnya.
QS. Ali Imran (3): 190-191
Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal (ulul albab), (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
(dzikrullah) sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan
bertafakur (berpikir secara ilmiah) tentang penciptaan langit dan bumi.
(Sampai memperoleh kesimpulan): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia. Subhanaka
(MAHA HEBAT ENGKAU), maka peliharalah kami dari siksa neraka.
~ Salam ‘Mengintip Eksistensi Ruh’ ~
Agus Mustofa
0 komentar:
Posting Komentar