Seorang kawan saya mengatakan: ’’biarkanlah hidup ini menggelinding
seperti roda. Saya akan ikuti kemana saja ia bergerak’’. Kawan yang lain
mengatakan: ’’hidup adalah seperti aliran air, maka biarkan saja kemana ia
mengalir?’’
Saya setuju, tapi hanya sebagian saja. Sebagiannya lagi saya tidak
sependapat. Memang, kalau kita rasa-rasakan, hidup ini seperti sebuah gerakan atau
aliran yang memiliki arah tertentu. Tetapi, kita tidak boleh membiarkan saja
kemana ia bergerak. Kalau Anda punya roda sedang menggelinding, maka Anda tidak
boleh membiarkan saja kemana ia bergerak menggelinding. Harus
diarahkan. Kalau tidak, bisa membahayakan. Misalnya, kecemplung
jurang.
Demikian pula aliran air. Saya setuju air sudah punya arah untuk mengalir,
yakni ke bawah. Tetapi, jangan biarkan aliran air itu bergerak semau-maunya.
Bisa-bisa membawa korban jiwa. Dan, kita tidak bisa mengambil manfaat darinya.
Padahal kalau aliran air itu dikelola dengan baik, ia akan memberikan manfaat
yang besar buat kehidupan manusia. Bisa untuk minum, mandi, memasak, mencuci,
dan sebagainya, sampai membangkitkan tenaga listrik.
Maka, menurut saya kurang bijak kalau kita hanya mengikuti aliran
kehidupan tanpa mengelolanya dengan baik. Justru disinilah bedanya manusia
dengan binatang dan tumbuhan. Kita diberi akal untuk memanfaatkan segala
potensi yang ada di sekitar kita.
Itulah kenapa Adam sebagai nenek moyang manusia modern diberi akal dan ilmu
pengetahuan oleh Allah. Karena, adam dan anak cucunya disuruh MENGELOLA bumi. Mengelola kehidupan. Justru nilai
utama seorang manusia adalah pada kemampuannya untuk mengelola kehidupannya.
Yang bisa mengelola hidupnya, akan memperoleh pahala besar. Sedangkan yang
gagal mengelola hidupnya akan memperoleh penderitaan.
Maka, segala yang diciptakan Allah di muka Bumi ini disediakan Allah bagi
manusia untuk dikelola dengan baik. Mulai dari udara, sinar matahari, air, pepohonan, binatang, dan
berbagai sumber daya alam. Termasuk segala peristiwa yang menyertainya.
QS. Al Baqarah (2): 29
Dia-lah Allah, yang menjadikan SEGALA yang ada di bumi UNTUK KAMU dan Dia
berkehendak menuju langit (atmosfer), lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu.
Nah, setelah ayat diatas, barulah Allah menyusulinya dengan ayat di
bawah ini, yaitu yang bercerita tentang misi manusia diciptakan di muka bumi:
sebagai khalifah alias PENGELOLA kehidupan planet biru yang indah ini.
QS. Al Baqarah (2): 30
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah (pengelola) di muka bumi"...
Maka, keberadaan seorang manusia di bumi ini tidak bisa dipisahkan dari
visi utamanya sebagai Sang Pengelola. Dan, tanggungjawab setiap diri adalah
pada seberapa besar dia telah melaksanakan tugas untuk mengelola apa yang ada
di sekitarnya. Yang itu berarti adalah mengelola hidupnya sendiri, untuk
memberi efek pada tatanan kehidupan masyarakat bumi secara global. Itulah yang
disebut al Qur’an sebagai tatanan masyarakat yang rahmatan lil alamin.
Jadi, menurut saya, adalah sebuah kesalahan besar jika ada seorang
muslim yang mematok hidupnya sebagai air mengalir atau roda menggelinding,
tanpa berusaha untuk mengelola gerakan atau aliran itu. Hasilnya bukan
manfaat, tetapi malah membawa banyak mudharat. Kalau, ’roda’ itu melindas
dan mencelakakan orang lain maka Anda akan dimintai pertanggungjawabannya.
Demikian pula jika ’aliran air’ yang tidak kita kelola itu menjadi air bah
yang menenggelamkan pemukiman, kita benar-benar akan ikut menanggung akibatnya.
Maka, adalah sangat jelas bagi seorang muslim untuk memenejemeni hidupnya.
Bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan supaya bermanfaat buat orang banyak.
Bukan hanya untuk hari ini, melainkan untuk hari esok. Dan bukan hanya di
dunia, melainkan juga di akhirat kelak...
QS. Al Hasyr (59): 18
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri MEMPERHATIKAN apa yang telah DILAKUKANNYA untuk (memperoleh sukses) hari
ESOK, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.
Wallahu a’lam bishshawab
~ salam ~
Agus Mustofa
0 komentar:
Posting Komentar