Allah menetapkan takdir makhluk-Nya seiring dengan perjalanan waktu. Sejak
awal penciptaan makhluk, sampai kelak saat berakhirnya. Dulu, Allah menetapkan
takdir. Hari ini, menetapkan takdir. Esok, menetapkan takdir. Kelak pun,
menetapkan takdir. Jutaan, atau miliaran, bahkan triliunan takdir Allah
telah terjadi dan akan terus terjadi pada seluruh makhluk-Nya, termasuk diri
kita. Itulah sebabnya Allah menyebut Diri-Nya sebagai Dzat yang paling sibuk di
seluruh penjuru semesta.
QS. Ar Rahman (55): 29
Meminta kepada-Nya semua yang ada di langit dan di bumi. Setiap waktu Dia
dalam kesibukan.
Hari ini, Dia sibuk menciptakan jutaan manusia di dalam rahim ibunya. Hari
ini juga, Dia mengurus miliaran manusia lainnya menjadi remaja, pemuda, dewasa,
menua, dan akhirnya meninggal dunia.
Dalam waktu yang bersamaan, Allah sedang menakdirkan seseorang sakit, dan
yang lainnya sembuh. Menakdirkan seseorang kecelakaan, dan yang lainnya
selamat. Menakdirkan seseorang mendapat rezeki, dan yang lainnya rugi.
Menakdirkan seseorang menikah, dan lainnya tetap membujang. Menakdirkan
seseorang menderita, dan lainnya bahagia..!
Di saat yang sama juga, Allah sedang mengurusi triliunan sel di dalam tubuh
saya, dan bertriliun sel di tubuh Anda, di tubuh teman dan sahabat kita, di
tubuh anak-anak dan saudara-saudara kita. Juga mengurusi miliaran jantung yang
terus menerus berdenyut, darah yang harus mengalir, saraf-saraf yang tetap
mendistribusikan neurotransmitter, produksi hormon-hormon yang kita butuhkan,
bahkan sampai informasi genetika yang bekerja akurat supaya anak keturunannya
tidak menjadi cacat.
Bukan hanya itu, Allah juga sedang sibuk mengurusi triliunan peristiwa
terkait dengan binatang-binatang, tumbuhan, dan segala isi alam semesta. Allah
terus menerus membuat takdir atas makhluk-makhluk-Nya dari waktu ke waktu.
Setahun terakhir ini, kita tak bisa menghitung berapa banyak takdir yang telah
Allah buat. Sebulan ini, kita juga tak bisa menghitung jumlah takdir yang telah
ditentukan-Nya. Seminggu ini, pun kita tak mampu menghitung takdir yang telah
ditetapkan-Nya. Bahkan, juga dalam sejam terakhir, semenit terakhir, sedetik
terakhir, atau limit waktu berapa pun yang bisa kita amati.
Allah terus menerus ’memproduksi’ takdir dari waktu ke waktu. Hari ini kita
ditakdirkan sehat, mungkin hari berikutnya kita ditakdirkan sakit. Dan setelah
itu sehat lagi. Dan kapan-kapan sakit lagi. Ya memang begitulah, semua itu
adalah takdir Allah atas kita. Ketetapan yang terus berubah dari waktu ke
waktu. Maka Allah menyebut Diri-Nya sebagai Al Qadiir, Yang Maha Menakdirkan.
Maha Berkuasa menggerakkan seluruh peristiwa dan menetapkan semua kondisinya.
QS. Al Baqarah (2): 106
... Tidakah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Menakdirkan
(Qadiirun) atas segala sesuatu?
Maka seluruh peristiwa dalam kehidupan kita sebenarnya adalah Takdir
belaka. Bukan hanya di saat terakhir, sebagaimana dipahami oleh sebagian kita.
Melainkan dari tahun ke tahun, bulan ke bulan, minggu ke minggu, hari ke hari,
jam ke jam, menit ke menit, detik ke detik, nano detik ke nano detik, dan
seterusnya, semuanya dalam kekuasaan dinamika takdir Allah.
Lantas, apakah kita bisa mengetahui takdir masa depan kita? Tentu saja
sangat sulit, karena terlalu banyak variabel yang memengaruhinya. Jangankan
takdir esok hari, takdir kita sejam lagi pun kita tidak tahu. Atau, bahkan
semenit berikutnya pun tidak ada yang tahu. Semua itu berada di dalam kekuasaan
Allah sepenuhnya.
Tetapi, kita bisa mengetahui takdir-takdir yang telah terjadi. Lantas kita
diberi hak bahkan disuruh oleh Allah untuk mengubah takdir yang telah terjadi
itu agar menjadi lebih baik. Seiring dengan proses kehidupan kita. Seiring
dengan ikhtiar kita. Seiring dengan doa. Seiring dengan bantuan orang-orang di
sekitar kita. Seiring dengan kejadian-kejadian tak terduga. Seiring dengan
seluruh gerak alam semesta yang meliputinya...!
Maka, hidup kita sebenarnya, tak lebih dan tak kurang, adalah berpindah
dari satu takdir ke takdir lainnya. Hari ini dapat takdir jelek, ya kita
usahakan agar esok dapat takdir baik. Besok belum juga baik, ya lusa kita
usahakan agar dapat takdir lebih baik, begitulah seterusnya. Sampai Dia sebagai
Penguasa takdir, melihat kita pantas untuk menerima takdir terbaik yang kita
harapkan. Dan lantas memberikannya untuk kita.
Allah-lah yang mengajari agar kita selalu berusaha untuk mengubah
'takdir sekarang' menjadi takdir yang lebih baik di masa depan. Dan, semua
itu harus dimulai dari upaya kita sebagai makhluk, baru kemudian Allah yang
akan menentukan pantas tidaknya kita menerima takdir yang lebih baik di waktu
mendatang. Jika kita tidak berusaha mengubah keadaan kita hari ini, maka Allah
pun tidak akan mengubahnya untuk esok hari. Persis sebagaimana diceritakan
dalam ayat berikut ini.
QS. Ar Ra’du (13): 11
.... Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan (takdir sekarang)
dari suatu kaum, sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung
bagi mereka selain Dia.
Doa bisa mengubah takdir. Usaha bisa mengubah takdir. Bantuan orang-orang
di sekitar kita bisa mengubah takdir. Peristiwa ’kebetulan’ pun bisa mengubah
takdir. Karena sesungguhnya, substansi hidup kita dari waktu ke waktu adalah
perubahan itu sendiri. Tinggal, apakah kita mau berubah menjadi lebih jelek
ataukah menjadi lebih baik. Atau stagnan, alias jalan di tempat.
Banyak orang memformat dirinya dengan cara pasrah bongkokan menunggu
takdir, mengira Allah akan memberikan segala kebaikan tanpa usaha. Padahal
Allah justru memerintahkan untuk mengubah takdirnya agar menjadi lebih baik
dengan cara berusaha. Sehingga, surga pun harus digapai dengan cara berusaha
dalam perjuangan dan kesabaran, bukan dengan cara berleha-leha..!
QS. Ali Imran (3): 142
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal
belum terbukti bagi Allah orang-orang yang berjuang di antaramu, dan belum
terbukti orang-orang yang sabar (dalam perjuangan hidupnya).
Manusia berusaha, Allah yang menakdirkan hasilnya. Tentu saja, setelah Dia
mempertimbangkan segala faktor yang memengaruhinya. Justru disinilah nilai
drama kehidupan manusia. Dengan Qadar yang diberikan di awal proses,
seberapa besar usaha yang kita lakukan untuk memeroleh Qadla-Nya.
Perpaduan antara Qadar dan Qadla itulah yang akan menghasilkan
Takdir terbaik.
Dialah yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana, atas takdir apa yang pantas kita
terima. Tetapi, yang jelas, Allah menyuruh kita untuk berusaha, dan
bertanggungjawab atas segala keputusan yang kita buat. Mau maju kek,
atau mau mundur. Mau berbuat baik, atau berbuat jahat. Mau berjuang keras, atau
berleha-leha. Semua keputusan diserahkan kepada kita, dan berdasarkan itu semua
Allah akan memberikan balasannya berupa Takdir terbaik yang pantas kita terima.
QS. Al Mudatstsir (74): 37-38
Bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur.
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya...
QS. Al Hasyr (59): 18
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Maka, kalau kita mengaku sebagai umat Rasulullah, pasti kita bakal dengan
senang hati mengikuti keteladanan yang beliau ajarkan. Sebuah perintah untuk
mengubah takdir hari ini menjadi takdir hari esok yang lebih baik, lewat sabda
beliau yang sangat terkenal. Yakni: ’’jadikanlah hari ini lebih baik
dari kemarin, dan jadikan hari esokmu lebih baik dari hari ini..!’’
Wallahu a’lam bishshawab
~ salam ~
Agus Mustofa
0 komentar:
Posting Komentar