ADA tiga belas kali Al Qur’an menyebut tentang ‘Ruh’. Yang 7 kali
untuk menceritakan Ruh pada manusia. Yang 3 kali menggambarkan Ruh terkait
dengan malaikat. Satu kali untuk menyebut Al Qur’an sebagai Ar ruh. Dan yang
dua kali menggunakan istilah Ruh dengan makna ‘Rahmat’.
Yang bercerita tentang ruh manusia itu terdapat pada ayat-ayat berikut ini:
/QS.15: 29/ QS. 21: 91/ QS. 4: 171/ QS. 17: 85/ QS. 32: 9/ QS. 38: 72/ QS. 66:
12/. Sedangkan yang terkait dengan malaikat adalah ayat-ayat QS. 78: 38/ QS.
19: 17/ dan /QS. 16: 102/. Yang terkait dengan Al Qur’an: /QS. 42: 52/. Dan
yang bermakna ‘rahmat Allah’ diulang dua kali dalam di QS. /12: 87/.
Maka, secara umum kita bisa memperoleh kesimpulan yang cukup menarik dari
ayat-ayat tersebut di atas, dengan ringkasan sebagai berikut.
1. Allah tidak pernah menggunakan kata ‘menciptakan’ Ruh. Melainkan
langsung menggunakan kata ganti kepemilikan terhadap Ruh: Ruuhii
(Ruh-Ku), Ruuhina (Ruh-Kami), dan Ruuhihi (Ruh-Nya), yang
kemudian ditiupkan kepada manusia, sehingga terimbas oleh Sifat-Sifat-Nya.
2. ‘Firman’ Allah ternyata disebut dengan istilah Ar Ruh juga. Sayangnya di
Al Qur’an keluaran Depag diterjemahkan sebagai ‘wahyu’, sehingga kalimatnya
menjadi: ‘…mewahyukan wahyu..’ Padahal aslinya adalah: ‘…auhayna ilaika
ruuhan…’ yang mestinya diterjemahkan: ‘… Kami wahyukan kepadamu Ruh (al
Qur’an)…’
QS. Asy Syuura (42): 52
Dan demikianlah Kami wahyukan
kepadamu ‘wahyu’ (ruuhan) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah
mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman
itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia
siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu
benar-benar memberi petunjuk (manusia) ke jalan yang lurus.
3. Sebutan Ar Ruh juga disematkan kepada malaikat Jibril yang menyampaikan
wahyu berupa Firman Allah (Al Qur’an) yang juga disebut Ar Ruh itu. Sehingga
terjadi korelasi yang sangat menarik antara Allah Sang ‘Pemilik Ruh’ yang
mewahyukan Ar Ruh (firman-Nya), lewat malaikat Jibril yang juga disebut Ruh al
Quds.
QS. An Nahl (16): 102
Katakanlah: "Ruh al
Quds menurunkan Al Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan
(hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira
bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
4. Dan lebih menarik lagi, bahwa di dalam diri manusia ada ‘Ar Ruh’ juga.
Yakni, Ruh-Nya yang telah dihembuskan ke dalam diri kita sebagai potensi dasar
kehidupan, yang membawa Sifat-sfat Ketuhanan. Ruh dalam skala kemanusiaan
inilah yang menjadi standar kesucian jiwa manusia. Siapa saja yang bisa
mensucikan jiwanya, maka ia telah memproses jiwanya menuju kualitas Ruhiyah.
Dan siapa saja mengotori jiwanya dengan dosa-dosa, maka ia sedang menggiring
jiwanya ke kualitas badaniyah.
QS. Asy Syams (91): 9-10
Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwanya (ke arah kualitas ruhiyah), dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya (ke arah kualitas badaniyah).
5. Jadi turunnya wahyu Allah yang berkualitas Ruh (Al Qur’an) itu hanya
bisa dibawa oleh Ruh (Jibril), kepada orang-orang yang mensucikan jiwanya
menuju kualitas Ruh. Disinilah terjadi kondisi matching antara wahyu –
malaikat – manusia suci. Ini juga menjadi penegas, bahwa wahyu Allah yang suci
hanya akan turun kepada orang-orang yang mensucikan dirinya saja. Misalnya,
para Nabi. Atau, Siti Maryam saat mensucikan dirinya sehingga didatangi oleh
malaikat Jibril dan menyampaikan kalimat-Nya. Dan dilanjutkan dengan masuknya
Ar Ruh ke dalam rahim Siti Maryam.
QS. At Tahrim (66): 12
Dan Maryam puteri Imran yang
memelihara kesuciannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari Ruh
Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan
adalah dia termasuk orang-orang yang taat.
QS. An Nisaa’ (4): 171
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu
melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah
kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa putera Maryam itu, adalah
utusan Allah dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan Ruh-Nya.
Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu
mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu)
lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari
mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya.
Cukuplah Allah sebagai Pemelihara
6. Yang juga sangat menarik, istilah Ruh digunakan pula untuk menggambarkan
rahmat Allah. Salah satu sifat Allah yang paling banyak disebut di dalam Al Qur’an,
dan kemudian terurai menjadi sifat Rahman dan Rahim, alias Kasih dan Sayang.
QS. Yusuf (12): 87
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka
carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat
Allah (ruuhillah). Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah
(ruuhillah), melainkan kaum yang ingkar.
7. Maka, kita bisa merangkum seluruh pemahaman terhadap Ruh itu secara
holistik. Bahwa, orang-orang yang ingin bertemu Allah Sang Pemilik Ruh,
sebenarnya telah diberi jalan lewat jalur ‘Ar Ruh’. Yakni, Firman-firman-Nya di
dalam Al Qur’an Al Karim. Caranya, adalah dengan mensucikan Jiwa kita menuju
kualitas Ruh yang sudah ada di dalam diri kita terlebih dahulu.
Sucikanlah jiwa dari segala perbuatan dosa, sambil membaca dan memahami Al
Qur’an untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka Allah akan
mendatangkan malaikat Ruh al Quds untuk menyampaikan hikmah-hikmah yang
terkandung di dalam Firman-firman-Nya, dihunjamkan ke dalam jiwa kita. Inilah
yang terjadi pada sebuah malam yang mulia di Bulan Ramadan, yakni Lailatul
Qadr, sebagai simbol proses pensucian diri manusia ‘mendekati’ kualitas Ruhnya.
Di bulan turunnya al Qur’an itu, orang-orang yang beriman diperintakan
untuk berpuasa agar mengalami proses pensucian diri selama sebulan penuh.
Sepanjang bulan kita dianjurkan untuk membaca dan menelaah Al Qur’an. Dan
khusus di akhir-akhir Ramadan diintensifkan dengan i’tikaf. Maka, di akhir
Ramadan Allah akan menurunkan para malaikat yang mengiringi Ar Ruh (Jibril)
untuk membawa isi kandungan Ar Ruh (Al Qur’an), kepada jiwa-jiwa suci yang
telah mendekati kualitas Ruh di dalam dirinya sendiri. Sehingga bertemulah Sang
Ruh dengan jiwa manusia yang telah 'mendekati' kualitas Ruh-Nya, dalam skala
kemanusiaan. Itulah saat-saat ruh kemanusiaan kita memendarkan Sifat-sifat Ruh
Sejati yang penuh kemuliaan..!
QS. Al Qadr (97): 1-7
Sesungguhnya Kami telah
menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam
kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu
turun para malaikat dan Ar Ruh dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala
urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
~ Salam Mengintip Eksistensi Ruh ~
Agus Mustofa
0 komentar:
Posting Komentar