Salah satu issue yang ditegaskan berulang-ulang
oleh Allah di dalam Al Qur’an adalah tentang bisa hidup kembalinya orang-orang
yang sudah mati. Kenapa demikian? Karena, bagi yang tidak percaya kepada Al
Qur’an, itu adalah hal yang mustahil. Al Qur’an sangat 'menyadari' hal itu,
oleh karenanya dijelaskan berulang kali dengan redaksi yang berbeda-beda.
Karena masalah ini belum bisa dibuktikan secara
empiris oleh sains, maka Al Qur’an ‘membuktikannya’ secara logika agar kita
bisa memikirkannya dengan jernih. Ada tiga logika yang disodorkan Allah di
dalam Firman-firman-Nya.
Yang pertama,
terkait dengan munculnya kehidupan. Dengan sangat tegas Al Qur’an mengklaim
bahwa kehidupan ini muncul karena diciptakan oleh Allah, Sang Maha Hidup. Bukan
muncul dengan sendirinya. Atau apalagi dimunculkan oleh manusia. Sepanjang
sejarah kemanusiaan, belum ada pakar biologi yang bisa menjelaskan darimana
munculnya kehidupan itu. Kenapa asam amino yang sama bisa membentuk kehidupan,
sementara lainnya tidak.
Diantaranya, percobaan yang dilakukan oleh Stanley
Miller dengan percobaan lucutan listrik tegangan tinggi terhadap tabung berisi
uap air, metana, amonia, gas hidrogen dan karbon dioksida. Dengan percobaannya
itu ia bisa membuktikan bahwa unsur-unsur anorganik di alam bisa membentuk zat
organik seperti asam amino, yang menjadi zat dasar penyusun kehidupan. Tetapi,
sayangnya ia tidak bisa membuktikan darimana ‘daya hidup’ bisa muncul. Karena,
asam amino yang ‘diciptakannya’ dari unsur-unsur anorganik itu ‘terbukti’ tetap
sebagai benda mati. Daya hidup ‘terbukti’ tidak serta merta berada di dalam
asam amino sebagai zat penyusun makhluk hidup.
Ambillah kasus telur ayam sebagai contoh sederhananya.
Kenapa telur yang sama, sebelum dieramkan masih mati, tetapi setelah dieramkan
menjadi hidup. (Atau, bisa juga dihangatkan dalam mesin penetas). Darimanakah
‘daya hidup’ itu berasal? Para pakar biologi tak ada yang mampu menjelaskan
secara gamblang. Kecuali mengatakan: ‘’yaah, itu sudah inheren di dalamnya.
Kalau dijalankan SOP-nya bakal hidup, dan kalau tidak dijalankan ya tetap
mati...’’ Tak ada penjelasan lebih lanjut, karena dianggap sudah
mentok. Dan selebihnya, divonis keluar dari koridor sains. Sebuah jawaban yang
tak memuaskan bagi para pencari ‘hakikat kehidupan’. Karena, ternyata ‘daya hidup’
tidak dengan sendirinya berada di dalam benda mati.
Al Qur’an memberikan keterangan lanjutannya, bahwa
kehidupan itu diberikan oleh Sang Maha Hidup. Dialah yang menjadikan
benda-benda mati bisa hidup, atau tak jadi hidup jika dikehendaki-Nya. Dan, kemudian
Dia pula yang mematikan makhluk yang sudah hidup, jika dikehendaki-Nya.
QS. Al Hajj (22): 5-7
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang
kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan
kamu dari tanah (benda mati). Kemudian dari setetes air mani (sperma &
ovum). Kemudian dari embrio (alaqah). Kemudian dari gumpalan daging (janin)
yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna. Agar (bisa) Kami jelaskan
kepada kalian (proses penciptaan itu). Dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang
Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan. Kemudian Kami keluarkan
kalian sebagai bayi. Kemudian kalian mencapai kedewasaan. Dan di antara kalian
ada yang dimatikan (saat usia muda), dan (adapula) yang dipanjangkan umurnya
sampai pikun, sehingga dia tidak tahu lagi sesuatu yang dulu telah
diketahuinya. Dan kamu lihat bumi yang kering ini, bila Kami turunkan air di
atasnya, ia menjadi hidup. Dan subur serta menumbuhkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah.
Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah
yang haq (Sang Pencipta). Dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang
mati. Dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan sungguh, hari
kiamat itu pasti datang. Tak ada keraguan tentangnya. Dan Allah pasti
membangkitkan semua orang dari dalam kuburnya.
Ayat di atas memberikan logika dasar, bahwa karena
Allah-lah yang memberikan kehidupan kepada benda-benda yang tadinya mati, maka
adalah sebuah kemudahan bagi-Nya untuk menghidupkan kembali seluruh manusia
dari dalam kuburnya. Apa susahnya..? :)
Logika kedua adalah:
lebih mudah mengulangi daripada menciptakan di awal mula. Jika kita sudah
mengimani Allah sebagai Sang Pencipta yang memberikan kehidupan, maka logika
kedua ini akan semakin menguatkan. Bahwa, menciptakan manusia dari ‘tidak ada’
menjadi ‘ada’ saja Allah bisa, apalagi kelak hanya ‘membangkitkan’ dari
kuburannya – sekedar bersifat pengulangan. Dimana tulang-tulang dan sebagian
tubuh yang menyimpan genetika masih ada. Bukankah seluruh spesifikasi kita
sebagai individu itu tersimpan di dalam genetika itu? Jadi, betapa lebih
mudahnya bagi Allah untuk menghidupkan kita kembali. Seperti ‘menumbuhkan
bibit’ tanaman saja layaknya. Karena di dalam bibit itulah seluruh cetak biru
sifat tanaman berada.
QS. Ar Ruum (30): 27
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari awal,
kemudian menghidupkannya kembali. Dan menghidupkan kembali itu adalah lebih
mudah bagi-Nya. Dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di
bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
QS. Al Israa’ (17): 51
‘’... mereka bertanya: "Siapa yang akan
menghidupkan kami kembali?" Katakanlah: "Yang telah menciptakan kamu
kali pertama." Lalu mereka menggeleng-gelengkan kepalanya kepadamu
...’’
Boleh saja orang yang tidak beriman tidak percaya
semua ini, sebagaimana diceritakan ayat di atas. Tetapi, runtutan logika yang
disajikan Al Qur’an ini sungguh make-sense bagi orang-orang beriman.
Allah adalah Sang Pencipta, Dialah yang mengadakan semua makhluk hidup ini dari
awal, dan dengan mudahnya Dia akan mengulangi kembali, kelak di hari
kebangkitan.
Logika ketiga, Allah membandingkan tingkat kesulitan penciptaan
manusia dengan penciptaan alam alam semesta. Menurut Al Qur’an, penciptaan
langit memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan manusia. Dari
segi waktunya yang memakan durasi miliaran tahun dengan ukuran yang bermiliar
triliun kilometer, dibandingkan manusia yang hanya membutuhkan waktu sembilan
bulan dan berukuran tidak sampai dua meter. Maka, Allah menjelaskan dalam
ayat-ayat berikut ini dengan gaya retoris. ‘Seakan-akan’ bertanya, tetapi
sebenarnya sudah ketahuan jawabannya.
QS. An Naazi’aat (79): 27-28
Lebih sulit manakah menciptakan kalian ataukah langit (alam semesta)?
Allah telah membinanya, meninggikan bangunannya, lalu menyempurnakannya (tentu
lebih sulit alam semesta).
QS. Al Ahqaaf (46): 33
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa
sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan tidak merasa payah
karena menciptakannya itu, kuasa (pula) menghidupkan orang-orang
mati? Ya, sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Simple sekali
logika yang dibangun dalam ayat-ayat ini. Bahwa Allah yang Maha Kuasa
menciptakan makhluk-makhluk lebih dahsyat dari manusia itu pasti tidak
kesulitan untuk menghidupkan manusia, kelak di hari kebangkitan. Tentu saja,
logika ini mudah diterima oleh mereka yang beriman, tetapi sangat sulit bagi
yang tidak beriman. Tidak usah jadi pikiran.. :)
Lantas, bagaimana cara Allah menghidupkan
manusia-manusia yang sudah mati itu? Al Qur’an sih tidak memberikan
detil teknisnya, tetapi memberikan arah filosofisnya. Bahwa membangkitkan miliaran
manusia itu bagi Allah adalah seperti membangkitkan satu diri saja: satu proses
yang berdampak secara menyeluruh. Dan yang kedua, Allah memberikan ibarat
seperti tanah tandus yang disirami air hujan, tiba-tiba bermunculan segala
macam tanaman.
QS. Luqman (31): 28
Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kalian
(dari dalam kubur) itu melainkan hanya seperti (menciptakan dan
membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.
QS. Al A’raaf (7): 57
Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita
gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan). Hingga apabila angin itu telah
membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami
turunkan hujan di daerah itu. Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu
berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan
orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.
Maka, di dalam buku ‘Ternyata Akhirat Tidak Kekal’ itu
saya lantas menjelaskan sebuah mekanisme kebangkitan makhluk hidup secara
serentak lewat proses membaliknya gerakan alam semesta. Universe yang kini
sedang mengembang ini, menurut Al Qur’an suatu ketika akan digulung kembali
berbalik arah menuju pusatnya.
Nah, dalam proses mengecil itu, hukum alamnya bakal
berjalan secara terbalik, sehingga proses-proses alamiah yang terjadi sekarang
ini menjadi berbalik arah. Yang rusak menuju tertata kembali, yang busuk
menjadi segar kembali, dan yang mati menjadi hidup kembali. Bagaimana detilnya,
akan saya paparkan di seri berikutnya.. :)
Wallahu a’lam bishshawab.
~ salam ~
Agus Mustofa
0 komentar:
Posting Komentar