Hmm, akhirnya saya tergoda juga untuk menulis satu note tambahan. Ini
karena, tulisan saya di note sebelumnya masih belum dipahami dengan baik.
Sehingga terjadi distorsi yang ‘membahayakan’ pemahaman holistiknya. Yaitu,
yang terkait dengan pendapat: ‘’… bisa saja kita bilang manusia diciptakan dari
bintang di langit, toh unsurnya juga pasti sama (dengan bumi. pen.)…’’
Pendapat yang sepintas ‘terasa benar’ ini sungguh bisa ‘menyesatkan’.
Karena sesungguhnya manusia adalah PRODUK PLANET BUMI. Bukan produk matahari,
atau bintang-bintang. Bahkan, juga bukan produk planet Mars, Yupiter, Saturnus,
Uranus, Neptunus, ataupun Mercurius dan Venus. Jadi, generalisasi tubuh manusia
terbentuk dari unsur-unsur bintang itu tak memperoleh pijakan data yang valid…
:(
Marilah saya jelaskan lebih jauh. Memang, kalau tubuh manusia dilihat
unsur-unsur penyusunnya, sebagian besar terdiri dari atom Hidrogen, yang ini
juga menjadi unsur dominan di matahari dan bintang. Tetapi point utamanya bukan
pada atom, melainkan MOLEKUL dan SEL. Kalau Anda cuma bicara atom, maka itu
sekedar bicara 'debu' yang memang berhamburan di angkasa raya. Karena ia adalah
sisa-sisa ledakan kuno: big bang. Hidrogen adalah atom paling tua di seluruh
penjuru alam semesta yang jumlahnya melimpah dimana-mana.
Tapi, masalah utamanya tubuh manusia bukan hanya terdiri dari Hidrogen.
Melainkan H2O. Dan ini tidak terdapat di bintang atau matahari. Dikarenakan
suhunya yang sangat tinggi, sehingga tidak mampu menghasilkan H2O. Bahkan, juga
tidak terjadi di planet-planet tatasurya kita lainnya yang tidak mendukung
munculnya kehidupan disana. Juga, belum diketemukan di planet-planet mirip bumi
yang konon tersebar di berbagai galaksi, ataupun matahari selain yang kita
miliki. MANUSIA adalah makhluk hidup KHAS BUMI.
Maka, sama sekali bukan hal sepele, jika kita menyimpulkan manusia
diciptakan dari unsur bintang. Dampaknya, sebagaimana saya tulis dalam note
sebelumnya, bisa memunculkan kesimpulan yang terdistorsi. Bahwa, berita Al
Qur’an tidak saintifik, filososinya gak jelas, dan teologinya kacau. Saya
berharap kawan-kawan bisa melihat hal ini lebih jernih. Jangan ini dianggap
terlalu membesarkan-besarkan contoh sepele. Karena, justru dari ‘pemilihan
contoh’ itulah tergambar konsep berpikir pencetusnya.
Penjelasan ini, akan menjadi lebih gamblang ketika kita menelusuri lebih
jauh. Bahwa, H2O itu baru syarat dasar. Masih ada molekul-molekul gula,
protein, lemak, dan berbagai mineral. Yang semua itu tidak terdapat di bintang
dan matahari. Semua MOLEKUL pembentuk sel itu terdapat di Bumi, sebagai hasil
proses pen-saripati-an oleh makhluk-makhluk hidup berderajat rendah secara
evolusi.
Karena itu, saya sempat mengatakan di note sebelumnya: bahwa tidak ada data
secuil pun yang menunjukkan tubuh manusia terbentuk dari bintang atau matahari.
Karena, unsur-unsurnya belum mencukupi untuk membentuk tubuh manusia. Adalah
sebuah simplifikasi yang berlebihan, ketika kawan kita memberikan argumentasi:
‘’karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari Hidrogen, maka bolehlah manusia
disebut dibuat dari unsur-unsur bintang’’.
Tolong dipahamkan lagi, tubuh manusia TIDAK AKAN terbentuk, jika bahan
dasarnya hanya HIDROGEN. Ia membutuhkan puluhan jenis unsur yang harus klop
supaya bisa membentuk tubuh manusia yang hidup. Dan itu HANYA ada di BUMI:
berupa ‘saripati tanah’ dan air. (Apa yang kita bicarakan ini baru seputar
bahan dasar, belum mekanisme munculnya kehidupan, yang demikian canggih lewat
sebuah mekanisme ‘Random yang Terkendali’..! Bukan seperti teori Darwinian yang
sepenuhnya berdasar pada konsep ‘acak tak terkendali’).
Gambarannya akan tampak lebih jelas ketika kita bicara sel hidup. Yang ini
justru menjadi kekhasan manusia sebagai makhluk paling kompleks di muka bumi.
Bahkan di seluruh penjuru alam semesta. Bahwa manusia bukanlah seonggok kapur
yang menyusun tulang belulangnya. Juga bukan seonggok lemak dan protein yang
membentuk daging serta ototnya. Juga bukan seember air yang melarutkan
keping-keping darah, keringat, dan berbagai cairan tubuh. Melainkan sebuah
organisme hidup yang tersusun dari triliunan sel yang berkoordinasi dengan
sangat canggih dan menakjubkan. Yang saya kira, saya tak perlu menjelaskan ini
lebih jauh, karena sudah saya jelaskan dalam sejumlah buku saya, yang bercerita
tentang penciptaan manusia.
Point yang
ingin saya sampaikan sebenarnya bukanlah soal bahan baku tubuh manusia itu,
melainkan POLA PIKIR yang ada di balik pengambilan contoh tersebut. Terjadi
generalisir, yang saya sebut sebagai ‘kesembronoan’ dalam mengambil kesimpulan.
Sehingga, sempat membuat kawan kita ‘pusing’, karena saya dianggap
membesar-besarkan masalah … :)
Tapi mudahan-mudahan dengan adanya ‘note tambahan’ ini, kawan-kawan bisa
semakin jernih memahami tulisan saya sebelumnya. Bahwa berita al Qur’an
demikian clear secara saintifik. Filosofinya pun sangat jelas, tidak ada
kontradiksi. Dan, teologinya tidak rancu dan complicated. Malahan,
sangat sederhana. Apalagi bagi orang yang mau membuka ‘hatinya’. Karena,
pendekatan logika dan rasionalitas yang menjadi dasar berpikir ilmiah itu
sebenarnya memang ‘sangat kering’…
QS. Ar Ruum
(30): 53
Dan kamu sekali-kali tidak akan
dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta (mata hatinya) dari
ketersesatannya. Dan kamu tidak dapat memperdengarkan (petunjuk Tuhan)
melainkan kepada orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami. Mereka itulah
orang-orang yang telah muslim (berserah diri hanya kepada-Nya)…
~ Salam Beragama dengan Akal Sehat ~
Agus Mustofa