HATI LUAR & HATI DALAM


Penjelasan tentang ’Hati’ (Qalb) yang sudah kita bahas sebelumnya, mengarahkan kita kepada organ yang kita kenal sebagai jantung. Bukan liver, juga bukan otak. Kok bisa seyakin itu? Tentu saja, karena selain pendekatan sisi bahasa, kita juga mengacu kepada al Qur’an, hadits, dan data-data empiris. Bahwa ternyata ‘hati’ (Qalb) memiliki definisi sebagai: segumpal daging, yang berada di dalam dada, dan bisa bergetar-getar ketika dikenai perubahan perasaan.

QS. Al Hajj (22): 46
… Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah HATI (Qalb) yang ada di dalam DADA.

QS. Al Anfaal (8): 2
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah BERGETARLAH hati (Qalb) mereka…

‘’Ketahuilah, di dalam jasad ada SEGUMPAL DAGING (mudghah) yang jika baik daging itu maka baiklah seluruh jasadnya, dan jika jelek daging itu maka jeleklah seluruh jasadnya. Ketahuilah daging itu adalah hati (Qalb).’’
(HR. Bukhari & Muslim dari Nu’man bin Basyir).

Dengan mengambil tiga acuan diatas kita bisa mendefinsikannya dengan tegas, bahwa hati (Qalb) adalah jantung. Apalagi, hadits tersebut membahasnya secara fisikal, bukan psikologikal. Sehingga istilah yang digunakan pun adalah istilah fisikal, ‘mudghah’ untuk menyebut ‘segumpal daging’, dan ‘jasad’ untuk menyebut ‘tubuh’. Adalah kurang tepat, jika hadits ini digunakan sebagai dasar pembahasan yang bersifat psikologis. Justru hadits ini bersifat medis. Kita disuruh menjaga kesehatan jantung agar jasad alias tubuh kita pun sehat. Sebab, jantung memang organ sentral yang sudah terbukti merenggut banyak nyawa, ketika sakit. Sayang, banyak yang mengutip hadits ini dalam ranah psikologis alias ilmu jiwa.

Tentu saja, Anda boleh berbeda pendapat dengan saya. Cuma, sebaiknya dengan landasan alias dalil ayat Qur’an, atau hadits, atau data-data empiris ilmu pengetahuan yang sesuai. Jika tidak, dengan sendirinya, kesimpulannya menjadi lemah. Karena, hanya berupa pendapat pribadi yang sangat subyektif.

Maka, Hati yang diistilahkan Qalb adalah hati yang bersemayam di dalam dada, dan lebih spesifik lagi bersemayam di organ jantung. Hati yang Qalb adalah sebuah radar yang bisa mendeteksi dan sekaligus memancarkan getaran perasaan seseorang. Getaran sedih dan gembira akan terpancar dengan frekuensi yang berbeda. Getaran marah dan sabar juga terpancar dengan frekuensi yang berbeda.

Ini adalah sebuah pancaran gelombang yang benar-benar bisa diukur dengan menggunakan alat perekam gelombang jantung, ECG (Electro Cardio Graph). Meskipun penelitian dalam bidang ini masih sedang berjalan, tetapi sudah diketahui bahwa pola gelombang yang terekam dalam ECG itu sesungguhnya memiliki informasi yang sangat banyak. Diantaranya adalah ’problem mekanis’ alias kerusakan organ tersebut, sekaligus tentang ’problem psikologis’ alias kualitas perasaan si pemilik jantung.

Sebenarnya, secara awam, hal ini sudah bisa kita rasakan sendiri. Cobalah rasakan dan cermati, bagaimanakah pola getaran jantung Anda ketika sedang marah, sedang sedih, sedang takut, sedang terharu, sedang gembira, dan lain sebagainya? Tentu saja, semuanya berbeda sesuai dengan getaran perasaan yang menyertainya.

Frekuensi dan pola gelombang jantung itu ternyata merupakan ’kepanjangan tangan’ dari sesuatu yang lebih abstrak, yakni ’hati dalam’. Jantung adalah ’hati luar’, yang fungsinya hanya sebagai alat sensor khusus, semacam radar. Tetapi berfungsi timbal balik. Bukan hanya receiver alias penerima getaran, melainkan juga transmitter alias pemancar getaran. Maka, jantung bisa disebut sebagai indra transceiver, yang bekerja secara radiasi  gelombang elektromagnetik. Bukan sekedar dipengaruhi oleh kinerja neurotransmitter dan hormon dalam darah yang membuatnya berdegup lebih kencang.

Sehingga, al Qur’an menyetarakan organ jantung itu dengan mata dan telinga sebagai ’alat pelihat’ dan ’alat pendengar’. Dan bukan pada tataran ’persepsi melihat’ dan ’persepsi mendengar’. Perhatikanlah ayat berikut ini.

QS. Al A’raaf (7): 179
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati (Qalb), tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami dan mereka mempunyai mata tidak dipergunakannya untuk melihat, dan mereka mempunyai telinga  tidak dipergunakannya untuk mendengar. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

Jadi, Qalb disetarakan dengan mata, bukan ’melihat’. Juga disetarakan dengan telinga, bukan ’mendengar’. Karena ’melihat’ dan ’mendengar’ itu memang tidak terjadi di mata dan telinga, melainkan di OTAK, yakni di pusat penglihatan dan pusat pendengaran. Meskipun mata dan telinganya sehat, tetapi jika pusatnya di otak bermasalah, atau pun saraf penghubungnya yang bermasalah, kita tidak akan bisa melihat atau mendengar. Melek tetapi tidak melihat, tidak tuli tetapi tidak bisa mendengar.

Maka, demikianlah, getaran jantung itu menjadi transceiver yang lantas mem-feed-back kembali pola getaran tersebut ke pusat hati yang ada di otak. Dalam istilah al Qur’an disebut sebagai Fu-ad, yakni ’Pusat Kecerdasan Hati’ alias ’Hati Dalam’ ...! (bersambung)

Wallahu a’lam bishshawab

~ salam ~
Agus Mustofa

0 komentar:

Posting Komentar