PROBLEMATIKA PELAKSANAAN TPQ AT-TAQWA

PROBLEMATIKA PELAKSANAAN TPQ  AT-TAQWA
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Drs. Mangun Budiyanto, M.Ag


Disusun Oleh :
Ahmad Rifai                     (11470085)


KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
TPQ atau taman pendidikan Qur’an merupakan unit pendidikan non-formal jenis keagamaan berbasis komunitas muslim yang menjadikan al-Qur’an sebagai materi utamanya, yang diselenggarakan dalam suasana yang indah, bersih, rapi, nyaman, dan menyenangkan. Peserta didik TPQ sebagian besar adalah anak-anak. Sehingga tak aneh jika dinamakan taman karena disamping sebagai tempat untuk bermain untuk anak, juga sebagai tempat berlangsungnya pembelajaran al-Qur’an. Maka sangatlah penting dalam penerapan pendidikan al-Qur’an dan agama dalam usia anak-anak, untuk dapat menjadikan setiap insan berakhlakul karimah, dan berkompeten dalam membaca al-Qur’an.
Semua TPQ di Nusantara pada umumnya mempunyai visi, misi, dan tujuan yang sama. Secara garis besar dapat menjadikan setiap insan berakhlakul karimah, dan berkompeten dalam membaca al-Qur’an. Namun, dalam pembelajarannya disetiap daerah mempunyai cara yang berbeda-beda. Hal ini tergantung kepada letak geografisnya, keadaan guru dan siswa, dll. Selain itu terdapat kendala-kendala atau problema-problema yang dihadapi dalam proses pembelajaran TPQ. Termasuk TPQ di daerah penulis yang juga sebagai alumni dari TPQ Mantani at-Taqwa, Mekarsari, Kutowinangun, Kebumen. Sehingga perlu adanya langkah dalam pemecahan dari problema tersebut.

B.     Rumusan Masalah
1.      Gambaran Umum TPQ Mantani at-Taqwa
2.      Bagaimana pelaksanaannya?
3.      Apa problematika yang terdapat dalam TPQ Mantani?
4.      Bagaimana mengatasi problema tersebut?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Gambaran Umum
TPQ Mantani at-Taqwa terletak di desa Mekarsari, kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen. Tempat pendidikan nonformal yang terletak di Kutowinangun ini, selain sebagai pendidikan TPQ, namun juga sebagai tempat ponpes (pondok pesantren), yang sangat sederhana, yang dihuni oleh sebagian kecil orang dari berbagai daerah yang menuntut ilmu agama di pondok tersebut.
Peserta didik TPQ, kaitannya dengan peserta didik ponpes tersebut adalah bahwa peserta didik dari TPQ adalah berasal dari kalangan masyarakat tersebut, sedangkan peserta didik pesantren tersebut adalah sebagi pendidik bagi murid-murid TPQ yang berada pada level pertama dan kedua. TPQ mantani at-Taqwa membagi 3 level / tingkatan dalam sistem pendidikannya, yaitu pertama, pembelajaran qiro’ah dari jilid 1-6, kedua, pembelajaran tajwid dan qharib, dan ketiga, tadarus al-Qur’an.
Pendidik atau guru senior pada TPQ tersebut memang sangat sedikit. Artinya bahwa pembelajaran diserahkan kepada santri pesantren untuk mengajar santri-santri TPQ khusus kelas satu. Kondisi kekurangan guru jelas terlihat bahwa pada pesantren-TPQ tersebut hanya mempunyai 2 guru senior atau ahli, yang mana khusus untuk mendidik santri kelas tadarus al-Qur’an. Karena pada kelas tersebut merupakan kelas terakhir, yang  mana peserta didik selain diasah kemampuannya, juga sebagai persiapan menjelang ‘khataman’ –pelepasan peserta didik- yang akan tampil dihadapan umum. Untuk memaksimalkan tersebut, guru yang ahli sangatlah membantu dalam pelaksanaan pendidikan.
Berbeda dengan kondisi guru yang kekurangan, kondisi peserta didik sangatlah banyak. Terbukti dengan peraturan yang tidak membatasi kuota murid yang ingin belajar di tempat tersebut. Walaupun demikian sistem pembelajarannya berjalan normal, tanpa ada keluhan dari santri-santri TPQ mantani at-Taqwa.
TPQ at-Taqwa juga membentuk suatu pengorganisasian, yang mana didalamnya terdapat ketua, wakil, dsb. Namun catatan yang penting pengorgansasian yang berlaku untuk semua murid adalah membentuk kelompok jadwal piket. Santri TPQ yang bertugas piket pada hari itu, harus datang lebih awal untuk menata ruangan dan pulang paling akhir untuk merapihkan ruangan.

B.     Pelaksanaan Pembelajaran TPQ at-Taqwa
Taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ) adalah pendidikan non formal yang dirancang khusus bagi anak-anak dan remaja muslim yang penekanannya adalah bagaimana agar anak dapat mengenal aksara Al-Quran (Tadarus) dengan fasih menurut Ilmu tajwid ditambah beberapa pelajaran lain[1]. Dari pengertian tersebut jelas bahwa pendidikan al-Qur’an harus ditanamankan pada anak sejak usia dini, supaya peserta didik dapat mengamalkannya dan sebagai pondasi ke jenjang yang lebih tinggi yanitu mendalami isinya., mengamalkan isinya, serta mengajarkannya kepada orang lain.
Pengajaran al-Qur’an yang optimal akan melahirkan generasi qur’ani yang mampu melahirkan bumi dengan al-Qur’an dan diharapkan mampu menyelamatkan peradaban dunia di masa mendatang.[2] Syarat mutlak untuk memunculkan generasi qur’ani adalah adanya pemahaman terhadap al-Qur’an yang diawali dengan mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan. Generasi qur’ani adalah generasi yang berkomitmen dengan al-Qur’an, al-Qur’an dijadikan sebagai sumber (masdar) segala perilakunya, pijakan (manhaj) hidupnya dan tempat kembali (marji’) segala urusannya.[3]
Sistem pembelajaran yang diterapkan dalam TPQ, adalah sistem pembelajaran yang berbasis pada al-Qur’an. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pemelajaran.[4] Sedangkan pengertian al-Qur’an menurut Quraish Shihab “Firman-firman Allah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril as, sesuai redaksinya kepada Nabi Muhammad saw, dan diterima oleh umat secara tawatur.[5] Jadi sistem pembelajaran al-Qur’an adalah langkah-langkah yang tersusun secara terencana dan sistematis dengan menggunakan teknik dan metode tertentu dalam proses pembelajaran al-Qur’an untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Untuk lebih detailnya mengenai pelaksanaan pembelajaran TPQ at-Taqwa, terdapat beberapa pengelompokkan mengenai proses pembelajaran yang terkategori ke dalam kurikulum tertulis. Dibawah ini akan dijelaskan secara runtut mengenai pelaksanaan pendidikan TPQ dari input sampai pada output.
1.      Masukan / Penerimaan Peserta Didik
Masukkan mentah merupakan salah satu kegiatan penerimaan murid, dimana murid tersebut pada posisi tahap awal proses pembelajaran yang masih butuh adaptasi terhadap keadaan sekitarnya. Menurut Drs. Ismed Syarief, langkah-langkah penerimaan peserta didik pada garis besarnya adalah sebagai berikut: (a) membentuk panitia penerimaan peserta didik, (b) menentukkan syarat-syarat pendaftarannya, (c) menyediakan formulir pendaftaran, (d) pengumuman pendaftaran, (e) menyediakan formulir pendaftaran, (f) waktu pendaftaran, (g) penentuan calon yang diterima.[6]
Sedangkan cara dalam penerimaan calon peserta didik, pada masing-masing lembaga memiliki cara yang berbeda-beda termasuk cara yang dilakukan oleh TPQ at-Taqwa. TPQ ini dalam menerima peserta didik, tidak melakukan seleksi seperti yang dilakukan oleh lembaga lainnya. Namun cara yang ditempuh pertama adalah calon peserta didik mengisi formulir pendaftaran dengan membayar beberapa jumlah uang pendaftaran kemudian membeli buku (qiro’ah jilid 1). Dengan demikian calon peserta didik telah diterima sebagai murid di TPQ tersebut.
2.      Pelaksanaan Pembelajaran
TPQ mantani at-Taqwa dalam melaksanakan proses pembelajaran yaitu diawali dengan salam dan yel-yel TPQ at-Taqwa yang dilakukan setiap sebelum proses belajar-mengajar dimulai. Ketika proses belajar telah dimulai, peserta didik menyiapkan buku sesuai dengan sejauh apa yang telah guru ajarkan, sehingga setiap individu mempunyai buku yang berbeda-beda dan mendapatkan pembelajaran yang berbeda-beda.
Tingkatan atau kelas pembelajaran TPQ terbagi menjadi 3 kelas, yaitu kelas I, (qiro’ah {jilid 1-6}), kelas II (tajwid dan qhoribah), dan kelas III (tadarus al-Qur’an dan menghafal doa-doa). Dari masing-masing tingkatan kelas memang mempunyai kesinambungan dalam artinya bahwa untuk mencapai kelas yang lebih tinggi, maka tuntaskan kelas yang sebelumnya. Dari masing-masing tingkatan kelas mempunyai cara pembelajaran yang berbeda-beda. Untuk kelas I, cara pembelajaran yaitu dilakukan secara mandiri, artinya seorang guru mengajarkan langsung santrinya satu per-satu, sesaui dengan kemampuan siswanya, sehingga tak aneh jika setiap individu memperoleh tingkatan yang berbeda-beda. Untuk kelas II dan kelas III, proses pembelajarannya yaitu guru menjelaskan langsung ke semua santrinya, walaupun masuk ke kelas diwaktu yang berbeda-beda, namun outputnya tetap secara bersamaan.
Adapun metode yang digunakan TPQ mantani at-taqwa dalam mencerdaskan peserta didiknya yaitu dengan metode membaca dan hafalan. Hanya 2 aspek itulah yang digunakan TPQ at-Taqwa. Tujuannya adalah supaya santri pandai dalam membaca al-Qur’an dan mampu menguasai hafalan doa-doa yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan hafalan surat-surat pendek yang ada dalam al-Qur’an.
Menyinggung masalah jadwal pembelajaran, TPQ melaksanakan kegiatan pembelajarannya pada jam 14.30-16.00 WIB, sedangkan harinya adalah kecuali hari jum’at dan minggu. Pada hari libur nasional mereka tetap berangkat. Namun selama bulan ramadhan dan 2 minggu setelahnya serta hari libur keagamaan kegiatan pembelajaran untuk sementara diliburkan.
3.      Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan oleh TPQ pada masing-masing kelas berbeda-beda. Sebut saja kelas I dan kelas II. Jarang sekali terjadi penilaian pada tingkatan kelas tersebut. Jika pun ada, sangatlah jarang dilakukan. Itupun bukan dalam bentuk tekstual. Melainkan dalam bentuk lisan yang berupa kuis yang dilakukan menjelang berakhirnya kegiatan belajar mengajar sebagai bentuk mengukur kemampuan siswa yaitu siapa cepat menjawab, maka dia paling cepat pulangnya.
Sedangkan evaluasi kelas III, sangat sering dilakukan, mengingat selain sebagai tahap akhir pembelajaran dalam TPQ, namun juga mempersiapkan  diri menuju acara pelepasan santri yang diapresiasikan dalam bentuk khataman. Adapun bentuk penilaian yang dilakukan oleh pendidik adalah dengan memberikan test baik lisan, tulisan maupun hafalan. Menjelang akhir pembelajaran, siswa yang masuk dalam kelas tadarus al-Qur’an akan melakukan sebuah test evaluasi, yang nantinya 40 % nilai terbaik dari keas tersebut akan dikirim ke TPQ pusat kabupaten, yang mana disana juga dilakukan  test penilaian kemampuan pembelajaran yang pada akhirnya mendapatkan raport dari panitian pusat serta piagam dan sertifikat.

C.    Problematika Pelaksanaan TPQ at-Taqwa
Banyak permasalahan dalam pembelajaran pendidikan yang berasal dari dalam lingkungan TPQ itu sendiri seperti
a.       Kurang semangat dari santri
Kurang-lebih jumlah santri yang berangkat setiap hari ke TPQ adalah setengah dari jumlah keseluruhan santri yang ada di TPQ tersebut. Kebanyakan dari mereka, faktor yang menyebabkan mereka kurang begitu bergairah dalam mengikuti pendidikan TPQ adalah kondisi fisik. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa mayoritas santri yang mengikuti kegiatan pembelajaran adalah anak SD, dimana mereka waktu pulang sekolah yaitu sekitar pukul 12.00 – 13.30 WIB. Sedangkan pembelajaran TPQ berlangsung 14.30. Santri mempunyai jeda kurang lebih 2 jam. Waktu 2 jam untuk mereka dibagi menjadi waktu istirahat, dan waktu bermain, dll. Mereka yang kurang bisa mengatur waktu akan ikut arus pada bermain dan istirahat sampai waktu sore. Anak adalah anak, bukan orangtua berbadan kecil. Artinya, menurut alamiyah, usia anak adalah usia bermain.[7]
b.        Minimnya jumlah guru
Dari penjelasan kondisi guru di atas telah disinggung sedidkit bahwa guru yang berada di TPQ tidak sebanding dengan jumlah santri yang ada di TPQ tersebut. Jumlah guru yang sangat sedikit, yang berjumlah 2 guru utama yang dibantu oleh santri pesantren.sedangkan jumlah santri lumayan banyak. Sehingga waktu yang dibutuhkan oleh guru sangatlah kurang, sehingga seorang guru ketika mengajar pada santri per individunya kurang lebih 2 menit saja, khusus untuk kelas iqro’ / qiro’ah.
c.       Pembelajaran yang monoton
Kendala yang dhadapi dalam pelaksanaan pembelajaran adalah bahwa kegiatan TPQ sangatlah monoton. Sehingga membuat kejenuhan diantara santri. Tidak ada variasi dalam mendesain pembelajaran. Metode pembelajaran hanya terpaku pada membaca dan menghafal. Tidak ada kegiatan lain seperti menulis, ceramah dari guru, belajar sambil bermain, belajar sambil nonton film, atau belajar sambil rekreasi. Wajar memang TPQ hanya menyelenggarakan membaca dan menghafal, karena pihak TPQ tidak mengadakan khas bagi santri, atau pembayaran uang per-bulan. Namun pihak TPQ hanya menyelenggarakan TPQ dengan gratis, tanpa dipungut biaya. 

D.    Pemecahan masalahan TPQ at-Taqwa
  Dari permasalahan yang telah dijelaskan diatas untuk mengatasi solisinya, menurut penulis yaitu :
1.      Santri dan Guru
Untuk menangani masalah santri, mungkin diberlakukan presensi terhadap santri. Jadi kehadiran disetiap santri ada buktinya, yang mana ketika ada santri yang sering tidak hadir, pihak TPQ dapat mengetahuinya. Dari situ juga, pihak TPQ dapat melakukan pendekatan terhadap santri untuk rajin berangkat. Jika salah satu santri bandel, atau sering bolos maka pihak TPQ dapat memecahkan solusinya bersama keluarga santri tersebut.
2.      Desain pembelajaran
Sistem pembelajaran yang kreatif dan berubah-ubah sangat membantu dalam kegiatan pembelajaran. Untuk itu dalam mengajar hendaknya tidak terpaku pada membaca dan hafalah saja, namun juga mengadakan kegiatan lain untuk mengasah keterampilan. Semisal menggunakan metode bermain sambil belajar, atau menggambar kaligrafi. Jika perlu memasukkan pembelajaran menyanyi keagamaan dalam kurikulumnya.
Hal lain yang perlu duperhatikan adalah tempat pembelajaran. Seharusnya pembelajaran dilaksanakan tidak hanya di dalam ruangan  saja, namun bisa juga di tempat lain. Seperti belajar sambil rekreasi mengunjungi ke suatu tempat. Tujuannya supaya santri tidak merasa bosan dan jenuh diajarkan di dalam kelas secara terus-menerus. Selain itu juga menumbuhkan rasa semangat dalam diri santri untuk mengikuti pembelajaran di TPQ mantani at-Taqwa, Mekarsari, Kutowinangun, Kebumen.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
TPQ Mantani at-Taqwa terletak di desa Mekarsari, kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen. Tempat pendidikan nonformal yang terletak di Kutowinangun ini, selain sebagai pendidikan TPQ, namun juga sebagai tempat ponpes (pondok pesantren), yang sangat sederhana, yang dihuni oleh sebagian kecil orang dari berbagai daerah yang menuntut ilmu agama di pondok tersebut.
Pelaksanaan pembelajaran TPQ at-Taqwa, terdapat beberapa pengelompokkan mengenai proses pembelajaran yang terkategori ke dalam kurikulum tertulis. Dibawah ini akan dijelaskan secara runtut mengenai pelaksanaan pendidikan TPQ dari input sampai pada output.
1.      Masukan / Penerimaan Peserta Didik
2.      Pelaksanaan Pembelajaran
3.      Evaluasi
Adapun permasalahan dalam pembelajaran pendidikan yang berasal dari dalam lingkungan TPQ itu sendiri seperti
1.      Kurang semangat dari santri
2.      Minimnya jumlah guru
3.      Minimnya jumlah guru
 Dari permasalahan yang telah dijelaskan diatas untuk mengatasi solisinya, menurut penulis yaitu :
1.      Santri dan Guru
2.      Desain pembelajaran






DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, Mangun. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Griya Santri. 2010
Budiyanto, mangun. Menuju Generasi Terbentuknya Generasi Qur’ani. Bawang Batang: PP Al-Ikhlas. 2005
Fardah, Hayatun. Belajar Al-Qur’an Strategis Siapkan Generasi Qur’ani. http://depag.go.id
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajarannya. Jakarta: Bimi Aksara. 2003
Idris, Chairani. Pedoman Pembinaan Pengembangan TK Al-Qur’an. Jakarta : Tasrifin Karim. 2008
Shihab, Quraish. Mukjizat Al-Qur’an. Bandung: Mizan. 2003
Subroto, Suryo. Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. 1990





[1] Chairani Idris, Drs. Tasrifin Karim, Pedoman Pembinaan Pemgembangan TK Al-Qur’an, Masjid Istiqlal Kamar 13 Jakarta Pusat, cet. III, hal. 1-2
[2] Hayatun Fardah Arifin, Belajar al-Qur’an Strategis Siapkan Generasi Qur’ani, http://depag.go.id, diakses tanggal sabtu, 08 Agustus 2012, pukul 19.30
[3] H.M.Budiyanto, Menuju Generasi Terbentuknya Generasi Qur’ani, (Bawang batang, PP Al-Ikhlas, 2005), hal. 5
[4] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajarannya, (Jakarta, Bumi Aksara, 2003), hal. 57
[5] M.Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, (Bandung, Mizan, 2003), hal. 43
[6] Drs. B. Suryo Subroto, Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan..(Jakarta: Bina Aksara, 1998), hlm. 36
[7] Drs. H. Mangun Budiyanto, MSI, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Griya Santri, 2010), hlm. 104

0 komentar:

Posting Komentar