SISTEM LIMBIK & HATI DALAM


Setelah beberapa tulisan terdahulu membahas ’Hati Luar’ yang bersemayam di jantung, di dalam dada, maka kini kita mulai membahas ’Hati Dalam’. Yakni, hati yang bersemayam di OTAK. Jika ’Hati Luar’ disebut al Qur’an dengan istilah Qalb, maka ’Hati Dalam’ disebut dengan Fuad.

QS. As Sajdah (32): 9
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya sebagian Ruh-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan HATI (Fuad); sedikit sekali kamu bersyukur.

Perhatikanlah ayat di atas. Fuad (Af-idah – jamak)  disetarakan dengan ’pendengaran’ dan ’penglihatan’. Dan munculnya adalah seiring dengan peniupan Ruh. Karena memang, ’pendengaran’ dan ’penglihatan’ itu adalah sifat-sifat Allah yang ditularkan kepada manusia melalui Ruh. Bukan mata dan telinga sebagai ’benda’, melainkan pendengaran dan penglihatan sebagai ’fungsi’.

Ini berbeda dengan Qalb yang disetarakan dengan ’telinga’ dan ’mata’, QS. 7:179. Pendengaran dan penglihatan terjadi di OTAK, sebagaimana telah kita bahas di Notes sebelumnya. Maka, fungsi pemahaman oleh ’Hati Dalam’ bukan berada di jantung melainkan berada di otak. Antara Qalb dan Fuad tidak bisa dipisahkan, karena sesungguhnya Qalb hanyalah ’kepanjangan tangan’ bagi Fuad.

Karena penglihatan tidak terjadi di mata melainkan di Otak, maka pusat ’pemahaman’ akan perasaan yang berdesir di jantung pun sebenarnya berada di otak. Yakni di sebuah daerah ’otak tengah’ yang dikenal sebagai Sistem Limbik. Dalam ilmu jiwa, sistem ini dikenal sebagai pusat Fungsi Luhur manusia. Disinilah ’pertarungan’ hal-hal yang rasional dan emosional terjadi.

Sistem Limbik tersusun dari beberapa bagian otak yang saling mempengaruhi. Diantaranya adalah bagian yang disebut Hipocampus, yang berfungsi sebagai pusat memori rasional. Yang kedua, adalah Amygdala yang menjadi pusat memori emosional alias perasaan universal manusia. Selebihnya, ada bagian lain yang bernama Thalamus, Gyrus Cingulata, Nucleus Basal, dan Prefrontal Cortex.

Empat bagian yang terakhir ini tidak kita bahas disini, karena akan menjadi sangat teknis dan melebar. Tetapi, jika Anda ingin memperoleh informasi lebih detil, silakan membaca buku serial ke-4 yang berjudul ’MENYELAM KE SAMUDERA JIWA & RUH’. Dalam artikel yang sangat pendek ini, saya cuma ingin menunjukkan kepada Anda, bahwa ’Hati Dalam’ itu berpusat di Sistem Limbik, yang melibatkan fungsi ’perasaan’ emosional sekaligus ’pikiran’ rasional.

Sesungguhnya perasaan sedih, gembira, marah, benci, malas, sombong, rendah hati, sabar, dan lain sebagainya itu sudah tersimpan di dalam Amygdala sebagai sebuah memori universal. Karena itu, umat manusia di seluruh dunia memiliki rasa yang sama terhadap sifat-sifat tersebut.

Anda tidak perlu mengajari seorang anak tentang rasa gembira, misalnya, karena di dalam memori Amygdalanya sudah ada. Bahkan perasaan gembira bagi orang Indonesia adalah sama dengan orang Eropa, Amerika, Arab, Yahudi, China, dan sebagainya. Yang berbeda hanya pemicunya saja. Misalnya, lucunya lawakan Kartolo Cs dari Surabaya, belum tentu dianggap lucu oleh orang Eropa. Tetapi, perasaan ’lucu’ itu sendiri sama, yakni sesuatu yang mendorong seseorang ingin tertawa. Perasaan universal ini adalah program bawaan yang sudah ada di otak mereka. Pusatnya di Amygdala.

Maka, kita tidak perlu mengajari bangsa mana pun untuk tertawa ketika gembira dan menangis ketika bersedih, mereka pasti sudah bisa dengan sendirinya, karena sudah punya rasa itu di dalam otaknya. Tinggal kadarnya saja yang berbeda-beda. Aktif-tidaknya Amygdala hanya tinggal menunggu sinyal dari luar otak.

Sinyal itu berasal dari panca indera dan indera ke enamnya. Semuanya berupa sinyal-sinyal elektromagnetik, yang masuk ke tempurung kepala. Ada yang lewat saraf ada yang memapar secara radiasi. Tetapi, ujung-ujungnya akan dirujukkan ke Amygdala untuk memunculkan rasa, dan setelah diolah di Sistem Limbik, lantas di-feed-back ke seluruh badan lewat mekanisme sarafi, hormonal, dan radiatif. ’Rasa’ itulah yang lantas muncul di jantung sebagai ’desiran’ yang khas...! (Bersambung)

Wallahu a’lam bishshawab
~ salam ~

 Agus Mustofa

Related Posts:

  • ‘FASE LENYAP’ SETELAH ALAM AKHIRAT Segala sesuatu ini muncul dari ‘ketiadaan’ dan bakal kembali kepada ‘ketiadaan’. Dalam istilah Al Qur’an, kalimat yang sering kita dengar itu berbunyi: inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun – sesungguhnya (semua ini) mili… Read More
  • BERDZIKIR KEPADA ALLAH DI SETIAP HELAAN NAFAS Dzikrullah alias mengingat Allah adalah pelajaran puncak dalam spiritulitas Islam. Sehingga di dalam Al Qur’an bertaburan pelajaran tentang dzikir itu. Berdzikir bukan hanya bermakna mengucapkan kalimat dzikir, melainkan m… Read More
  • BERAGAMA TAK CUKUP HANYA BERMODAL IMAN Keimanan adalah level paling dasar dalam menjalani proses beragama. Orang beragama yang tidak beriman bisa dimaknai sebagai belum beragama dalam arti yang sesungguhnya. Barangkali hanya formalitas belaka, semisal hanya Isl… Read More
  • JANGAN BERIBADAH HANYA KARENA SURGA Seorang kawan saya bertanya: ‘’Benarkah alam semesta beserta isinya ini bakal lenyap setelah berusia belasan miliar tahun ke depan?’’ Saya katakan: ‘’agaknya begitu’’. Karena, Al Qur’an sendirilah yang menceritakan bahwa f… Read More
  • DZIKIR SEBANYAK-BANYAKNYA, BERDOA SEDIKIT SAJA Suatu ketika Pak Dahlan Iskan (menteri BUMN, red.) bertanya kepada saya: ‘’Apakah di dalam Al Qur’an ada perintah untuk berdoa sebanyak-banyaknya?’’ Saya jawab: ‘’tidak ada. Yang ada ialah perintah untuk BERDZIKIR sebanyak… Read More

0 komentar:

Posting Komentar