PENDIDIKAN ORANG DEWASA

PENDIDIKAN ORANG DEWASA
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Abd. Rachman Assegaf




Disusun oleh :
Ahmad Rifai               (11470085)


JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Di dalam sistem pendidikan di Indonesia, salah satu aspek penting yang perlu mendapatkan perhatian adalah pendidikan untuk orang dewasa. Tidak seharusnya pendidikan selalu berorientasi pada murid sekolah yang berusia relatif muda karena di lapangan, tidak sedikit orang dewasa yang harus mendapat pendidikan, baik melalui pendidikan informal maupun nonformal.
Orang dewasa sebagai siswa dalam kegiatan belajar tidak dapat diperlakukan seperti anak didik pada umumnya sehingga memerlukan pendekatan khusus, konsep, metode dan strategi yang didasarkan pada asumsi atau pemahaman orang dewasa sebagai siswa.
Di dalam makalah pendidikan orang dewasa ini dibahas secara mengenai metode dari pendidikan orang dewasa yang didalamnya diberikan gambaran mengenai langkah atau cara yang pada umumnya dilakukan untuk mendidik orang dewasa. Pendidikan tidak lagi merupakan sebuah kegiatan yang diperuntukan bagi anak-anak. Pendidikan sebagai suatu proses sepanjang hayat, sehingga akan mampu memenuhi kebutuhan dan pengalaman manusia yang juga terus berubah sehingga pendidikan dianggap sebagai sebuah proses berkelanjutan yang harus dilakukan secara terus menerus sesudah masa kanak-kanak sekalipun

B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian pendidikan orang dewasa
2.      Perbedaan andagogy dan pedagogy
3.      Prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa
4.      Metode pendidikan orang dewasa
5.      Proses belajar mengajar orang dewasa


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendidikan Orang Dewasa
Sejak tahun 1920, pendidikan orang dewasa telah dirumuskan dan diorganisasikan secara sistematis. Pendidikan orang dewasa dirumuskan sebagai suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang hidup. Belajar bagi orang dewasa berhubungan dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari jawabannya (Pannen, 1997).
Pendidikan orang dewasa (andagogy) berbeda dengan pendidikan anak-anak (paedagogy). Pendidikan anak-anak berlangsung dalam bentuk identifikasi dan peniruan, sedangkan pendidikan orang dewasa berlangsung dalam bentuk pengarahan diri sendiri untuk memecahkan masalah.
Dalam hal ini, pendidikan orang dewasa berbeda dengan pendidikan murid-murid pada sekolah-sekolah formal. Sebab pada pendidikan orang dewasa, siswanya terdiri dari orang tua yang masih memungkinkan atau sempat belajar. Hal itu karena mereka mempunyai tanggung jawab dalam bidang ekonomi, kemasyarakatan, maupun mengurus rumah tangga.[1]
B.     Perbedaan Antara Andragogy dan Pedagogy
Belajar bagi orang dewasa adalah memaknai suatu keadaan yang dihubungkan dengan pengalaman sebelumnya dan kehidupan kesehariannya, terutama yang berkaitan dengan dirinya sendiri. Menurut Paulo Freire sebagai proses aksi refleksi atau disebut juga sebagai proses dialektika (Musa, 2005:25). Aksi artinya mengerjakan atau mengalami, refleksi artinya merenungi, menganalisis atau memaknai. Sedangkan proses dialektika terjadi karena perenungan itu mendasari aksi sebagai proses belajar dari pengalaman. Orang dewasa tidak butuh belajar yang tidak relevan dengan kehidupannya, tetapi bukan berarti teori tidak dibutuhkan. Orang dewasa belajar untuk meningkatkan kualitas hidupnya, termasuk bagi orang yang pekerjaan atau hobinya berhubungan dengan teori-teori dan ilmu pengetahuan.
Perbedaan teori pedagogi dengan andragogi semakin nyata ketika kita memahami, bahwa pedagogi adalah pendidikan atau belajar adalah mentrasfer pengetahuan kepada peserta didik muridmaka andragogi lebih menekankan kepada menumbuhkan dorongan dan minat untuk belajar secara mandiri. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari asumsi-asumsi belajar bagi orang dewasa.
1.      Citra diri
Citra diri seorang anak-anak adalah bahwa dirinya tergantung pada orang lain. Pada saat anak itu menjadi dewasa, ia menjadi sadar dan merasa bahwa ia dapat membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Perubahan diri citra ketergantungan pada orang lain menjadi citra mandiri disebut sebagai pencapaian tingkat kematangan psikologis atau tahap masa dewasa. Orang yang mencapai masa dewasa akan berkecil hati apabila diperlakukan sebagai anak-anak. Dalam masa dewasa ini, seseorang telah memiliki kemauan untuk mengarahkan diri sendiri untuk belajar. Dorongan hati untuk belajar terus berkembang dan seringkali justru berkembang sedemikian kuat untuk terus melanjutkan proses belajarnya tanpa batas. Implikasi dari keadaan tersebut adalah dalam hal hubungan antara guru dan murid pada proses andragogi, hubungan ini bersifat timbal balik dan saling membantu. Sedangkan pada proses pedagogik hubungan itu lebih ditentukan oleh guru dan bersifat mengarahkan.
2.      Pengalaman
Orang dewasa dalam hidupnya mempunyai banyak pengalaman yang sangat beraneka ragam. Pada masa kanak-kanak, pengalaman itu justru hal yang baru sama sekali. Masa kanak-kanak memang mengalami banyak hal, namun belum berlangsung sedrmikian sering mereka alami. Dalam pendekatan proses andragogi, pengalaman orang dewasa justru dianggap sebagai sumber belajar yang sangat kaya. Dalam pendekatan pedagogi, pengalaman itu justru dialihkan dari pihak guru ke pihak murid. Sebagian besar proses belajar dalam pendekatan pedagogik dilaksanakan dengan cara komunikasi satu arah seperti ceramah, penguasaan kemampuan membaca. Pada proses andragogi lebih bersifat komunikasi dua arah atau banyak arah seperti diskusi kelompok, simulasi, permainan peran, kelompok diskusi, dan tim belajar. Dalam proses seperti itu, maka semua pengalaman peserta didik dapat didayagunakan sebagai sumber belajar.
3.      Kesiapan belajar
Perbedaan ketiga antara pedagogi dan andragogi adalah dalam hal pemilihan isi pembelajaran. Dalam pendekatan pedagogi gurulah yang memutuskan isi pembelajaran dan bertanggung jawab terhadap proses pemilihannya, serta waktu kapan hal itu akan diajarkan. Dalam pendekatan andragogi, maka peserta didiklah yang memutuskan apa yang akan dipelajarinya berdasarkan kebutuhan sendiri. Di sini, guru hanya berfungsi sebagai fasilitator yang tugas utamanya adalah mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik serta membentuk kelompok-kelompok belajar sesuai dengan minat peserta didik. Dalam pendekatan pedagogik, pengelompokkan anak didik disusun berdasarkan tingkat tingkat kelas tertentu dimana kurikulumnya ditentukan sepenuhnya oleh guru.
4.      Waktu dan arah belajar
Pendidikan dipandang sebagai upaya mempersiapkan anak untuk masa depan. Dalam pendekatan andragogi, belajar dipandang sebagai suatu proses pemecahan masalah ketimbang sebagai proses pemberian mata pelajaran tertentu. Karena itu, andragogi merupakan suatu proses penemuan dan pemecahan masalah nyata pada masa kini. Arah pencapaiannya adalah penemuan suatu situasi yang lebih baik, suatu tujuan yang sengaja diciptakan, suatu pengalaman korektif atau suatu kemungkinan pengembangan berdasarkan kenyataan yang ada saat ini. Untuk menemukan dimana kita sekarang, dan kemana kia akan pergi itulah pusat kegiatan dalam proses andragogi. Belajar dalam pendekatan andragogi adalah memecahkan masalah hari ini. Sedangkan pendekatan pedagogi belajar itu justru merupakan proses pengumpulan informasi yang sedang dipelajari yang akan digunakan pada waktu yang akan datang (masa depan).

C.    Prinsip-Prinsip Pendidikan Orang Dewasa
Perlunya penerapan prinsip andragogi dalam pendekatan pembelajaran orang dewasa dikarenakan upaya memberikan pembelajaran bagi orang dewasa berbeda dengan upaya memberikan pembelajaran untuk anak. Memberikan pembelajaran untuk anak (pedagogi) lebih banyak untuk mentransmisikan sejumlah pengalaman dan keterampilan dalam rangka mempersiapkan anak untuk menghadapi kehidupan di masa datang. Apa yang ditransmisikan didasarkan pada pertimbangan warga belajar sendiri, apakah hal tersebut akan bermanfaat bagi warga belajar dimasa datang. Sebaliknya, pembelajaran orang dewasa (andragogi) lebih menekankan pada membimbing dan membantu orang dewasa untuk menemukan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam rangka memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Ketepatan pendekatan yang digunakan dalam penyelengaraan suatu kegiatan pembelajaran tentu akan mempengaruhi hasil belajar warga belajar.
Perbedaan antara mengajar anak-anak dengan mengajar orang dewasa terlihat pada mengajar bagi orang dewasa lebih berpusat pada warga belajar itu sendiri (student-centered). Tutor harus memperhatikan prinsip-prinsip belajar orang dewasa. Prinsip tersebut dijadikan pegangan atau panduan dalam praktek membimbing kegiatan belajar orang dewasa.
Secara umum terdapat enam prinsip kegiatan belajar dalam andragogi (Knowles, Holton, dan Swanson, 2005), yaitu:
a) Keingintahuan dari pembelajar dewasa
b) Konsep diri dari pembelajar dewasa
c) Pengalaman yang telah dimiliki oleh pembelajar dewasa
d) Kesiapan untuk belajar dari pembelajar dewasa
e) Orientasi kegiatan belajar dari pembelajar dewasa
f) Motivasi untuk belajar dari pembelajar dewasa
D.    Metode Pendidikan Orang Dewasa
Banyak metode yang dapat diterapkan dalam program pendidikan orang dewasa. Metode apapun yang dipilih, sebaiknya dipertimbangkan sebagai alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu agar peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang bermanfaat. Adalah salah jika pembimbing memilih metode hanya karena merasa paling mudah bagi dirinya, karena menyenangi, atau karena ingin dipuji orang.
Metode pendidikan orang dewasa sebaiknya dipilih berdasarkan tujuan pendidikan, yang pada garis besarnya dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu (1) membantu orang menata pengalaman masa lalu yang dimilikinya melalui cara yang baru, seperti konsultasi, latihan kepekaan, dan beberapa jenis latihan menejeman, yang membantu individu untuk dapat lebih memanfaatkan apa yang telah diketahuinya, (2) memberikan pengetahuan atau keterampilan baru, yakni mendorong individu untuk meraih pengetahuan atau keterampilan yang lebih baik dari pada pengetahuan atau keterampilan yang sudah dimilikinya.
Ada beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan untuk membantu orang dewasa belajar, antara lain:
1.      Penyajian Formal[2]
Yaitu penyajian yang bersifat searah dari pembicara kepada peserta tanpa ada umpan balik dari peserta kepada pembicara. Penyajian formal tersebut terdiri atas ceramah atau kuliah, simposium, diskusi panel, dan kolokium.
2.      Metode Diskusi
Pengetahuan orang dewasa banyak diperoleh melalui partisipasinya dalam diskusi di rumah, sekolah, kantor, laboratorium, pabrik, raung rapat, tempat rekreasi, atau di jalan. Diskusi biasanya terjadi secara spontan ketika beberapa beberapa orang yang saling kenal bertemu. Makin banyak orang yang bergabung, makin berkurang spontanitas diskusi tersebut. Individu yang ingin berdiskusi secara bebas dengan teman-teman dekatnya sering enggan berpartisipasi dalam diskusi ketika orang lain yang kurang dikenal ikut serta.
Metode diskusi yang sering digunakan adalah diskusi kelompok. Menurut Kang & Song (1984) mendefinisikan diskusi kelompok sebagai pertemuan atau percakapan antara dua orang atau lebih yang membahas topik tertentu yang menjadi pusat perhatian bersama.
3.      Kunjungan Lapangan dan Karyawisata[3]
Kunjungan Lapangan dan  karyawisata adalah media yang penting dalam pendidikan orang dewasa. Keduanya adalah kunjungan yang terencana ke suatu tempat di luar kelas atau ke tempat pertemuan organisasi / perkumpulan.
Suatu kunjungan lapangan biasanya berkenaan dengan kegiatan membawa kelompok ke tempat khusus untuk tujuan khusus. Tujuan tersebut mungkin untuk mengamati situasi, mengamati kegiatan atau praktik, atau membawa kelompok menemui seseorang atau objek yang tidak dapat dibawa ke kelas atau ke tempat pertemuan. Kunjungan lapangan biasanya berjangka waktu pendek, mungkin kurang dari satu jam atau tidak lebih dari dua atau tiga jam.
Karyawisata biasanya berhubungan dengan kegiatan mengunjungi beberapa tempat yang menarik dan membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada kunjungan lapangan.
Tahapan pelaksanaan kunjungan lapangan dan karyawisata yang biasa dilakukan adalah pengenalan terhadap maksud dan tujuan serta objek yang akan diamati, menjaga minat kelompok peserta, mempertahankan partisipasi peserta dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan, pengeturan kenyamanan fisik, pengakhiran kunjungan, serta tindak lanjut dan evaluasi.
4.      Metode Demonstrasi
Demonstrasi adalah salah satu metode dalam pendidikan orang dewasa yang sangat sering digunakan dalam bidang pertanian dan industri. Metode demonstrasi tidak seharusnya digunakan dalam setiap kondisi, namun disesuaikan dengan situasi.
Secara umum, ada dua jenis metode demonstrasi yaitu
a.       Metode demonstrasi cara, yakni cara menunjukkan bagaimana mengerjakan sesuatu. Misalnya langkah-langkah memasak, kerajinan, dll.
b.      Metode demonstrasi hasil, yakni menunjukkan hasil dari beberapa praktik dengan menggunakan bukti-bukti yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan. Sebagai contoh iklan pasta gigi, sabun cuci, dsb.
5.      Metode Pelatihan
Pelatihan adalah satu metode dalam pendidikan orang dewasa atau dalam suatu pertemuan yang biasa digunakan dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan mengubah sikap peserta didik dengan cara yang spesifik. Pengetahuan tentang jenis pelatihan dan bagaimana merancang suatu pelatihan sanggat penting, agar pelatihan yang dilaksanakan dapat efektif mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa model metode pelatihan adalah pelatihan kepekaan, pelatihan kepemimpinan, pelatihan kerja, dsb.

E.     Proses Belajar Mengajar Orang Dewasa
Melalui proses belajar, seorang pelajar atau peserta didik yang tadinya tidak tahu suatu hal menjadi tahu. Proses belajar ini sebenarnya merupakan masalah yang kompleks. Dikatakan demikian karena proses belajar terjadi dalam diri seseorang yang sedang melakukan kegiatan belajar tanpa dapat terlihat secara lahiriah (terjadi dalam pikiran orang). Oleh karena itu, proses belajar tersebut disebut proses intern. Sedangkan yang tampak dari luar adalah proses ekstern yang merupakan pencerminan terjadinya prroses intern dalam diri peserta didik. Proses ekstern ini merupakan  indikator yang menunjukkan apakah dalam diri seseorang telah terjadi proses belajar atau tidak. Oleh karena itu, hal yang perlu dilakukan pendidik adalah mengarahkan proses ekstern itu agar dapat mempengaruhi proses intern.
Proses belajar yang terjadi dalam diri seorang yang sedang belajar berlangsung melalui enam tahapan:
1.      Motivasi
Yang dimaksud motivasi disini adalah keinginan untuk mencapai sesuatu hal. Sedangakan motivasi jangka pendek berupa minat untuk belajar pada saat itu, dan motivasi jangka panjang dapat berupa keinginan mendapat nilai ujian yang baik, tentu saja proses belajar tidak akan berjalan dengan baik. Jika demikian, pendidik harus dapat menumbuhkan minat belajar tersebut dengan berbagai cara, antara lain dengan menjelaskan pentingnya pelajaran, dan mengapa materi itu perlu dipelajari. Cara untuk menumbuhkan motivasi peserta didik antara lain:
a.       Memberi nilai perkembangan belajar
b.      Memberi hadiah atau pujian
c.       Memberi tahu kemampuan belajar
d.      Memberi tugas yang menantang
e.       Menciptakan suasana yang menyenagkan.
2.      Perhatian pada Pelajaran
Peserta didik harus dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran. Apabila hal itu tidak terjadi maka proses belajar akan mengalami hambatan. Perhatian peserta ini sangat tergantung pada pembimbing. Apabila pendidik dapat menarik perhatian peserta didik, maka perhatian mereka akan tinggi. Hal ini dapat dilakukan oleh pendidik dengan
a.       Membuat variasi tempo mengajar, nada suara, gerakan dan teknik mengajar
b.      Penyisipan istirahat sejenak pada saat tertentu
c.       Mengajukan dan menjawab pertanyaan
3.      Menerima dan Mengingat
Setelah memerhatiakan pelajaran, seorang peserta didik akan mengerti dan menerima serta menyimpan dalam pikirannya. Tahap menerima dan mengingat ini harus terjadi pada diri orang yang sedang belajar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan dan pengingatan ini, seperti stuktur, makna, pengulangan pelajaran dan interverensi.
Rakhmat (2001) menyarankan, agar materi pelajaran dapat lebih lama diingat maka perlu dilakukan
a.       Pengulangan
b.      Pengelom[okkan dalam konsep
c.       Pemberian visualisasi
4.      Reproduksi
Dalam proses belajar, seseorang tidak hanya harus menerima dan mengingat informasi baru saja, tetapi ia juga harus dapat menemukan kembali apa-apa yang pernah dia terima (reproduksi). Agar peserta didik mampu melakukan reproduksi, pendidik perlu menyajikan pengajarannya dengan cara yang mengesankan. Informasi yang makin mengesankan, makin mudah diproduksi. Suatu informasi akan lebih mengesankan, jika informasi itu: (a) jelas strukturnya. (b) jelas garis arahnya, (c) diberikan dengan cara yang menyentuh perasaan, dengan contoh-contoh nyata, dengan menggunakan alat peraga, dengan gurauan yang segar, serta dengan cara-cara lain yang menarik perhatian.
5.      Generalisasi
Pada tahap generalisasi ini, peserta didik harus mampu menerapkan hal yang telah dipelajari di tempat lain dan dalam ruang lingkup yang lebih puas. Generalisasi juga dapat diartikan penerapan hal yang telah dipelajari dari situasi yang satu ke situasi yang lain.
6.      Menerapkan Apa yang Telah Diajarkan serta Umpan Balik
Dalam tahap ini, peserta didik harus sudah memahami dan dapat menerpakan apa yang telah diajarkan. Untuk meyakinkan bahwa peserta didik telah benar-benar menahami, maka pembimbing dapat memberikan  tes atau tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Bentuk tes bermacam-macam, dapat secara tertulis; seperti esay, pilihan ganda, lisan, atau dengan cara yang lainnya. Selanjutnya, pendidik berberikan umpan balik seperti itu, peserta didik dapat mengetahui seberapa jauh ia memahami apa yang diajarkan dan dapat mengoreksi dirinya sendiri.




























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Pendidikan orang dewasa dirumuskan sebagai suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang hidup. Belajar bagi orang dewasa berhubungan dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari jawabannya.
Secara umum terdapat enam prinsip kegiatan belajar dalam andragogi (Knowles, Holton, dan Swanson, 2005), yaitu:
a) Keingintahuan dari pembelajar dewasa
b) Konsep diri dari pembelajar dewasa
c) Pengalaman yang telah dimiliki oleh pembelajar dewasa
d) Kesiapan untuk belajar dari pembelajar dewasa
e) Orientasi kegiatan belajar dari pembelajar dewasa
f) Motivasi untuk belajar dari pembelajar dewasa
Banyak metode yang dapat diterapkan dalam program pendidikan orang dewasa. Metode apapun yang dipilih, sebaiknya dipertimbangkan sebagai alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu agar peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang bermanfaat.
Melalui proses belajar, seorang pelajar atau peserta didik yang tadinya tidak tahu suatu hal menjadi tahu. Proses belajar ini sebenarnya merupakan masalah yang kompleks. Dikatakan demikian karena proses belajar terjadi dalam diri seseorang yang sedang melakukan kegiatan belajar tanpa dapat terlihat secara lahiriah (terjadi dalam pikiran orang).








DAFTAR PUSTAKA

Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa dari Teori Hingga Aplikasinya. Jakarta: Bumi Aksara.

Shaleh, Nazili. 1989. Pendidikan dan Masyarakat. Yogyakarta: CV Bina Usaha.



[1] Dr. Nazili Shaleh Ahmad, Pendidikan dan Masyarakat, (Yogyakarta, CV Bina Usaha, 1989), hlm 112
[2] Dr. Ir. H. Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari Teori Hingga Aplikasi, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2007) hlm 87
[3] Dr. Ir. H. Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari Teori Hingga Aplikasi, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2007) hlm 132

0 komentar:

Posting Komentar