Sebagaimana telah kita bahas sebelumnya, fungsi ’Hati Dalam’ alias Fuad
terjadi di otak tengah, di bagian yang dikenal sebagai Sistem Limbik. Disinilah pertarungan antara
kubu emosional dan kubu rasional terjadi. Yang emosional diwakili oleh
Amygdala, sedangkan yang rasionak diwakili oleh Hipocampus.
AMYGDALA ternyata adalah peninggalan otak binatang. Ini merupakan pusat emosi dan
insting yang masih tergolong purba. Kemarahan, kebencian, dendam, iri, dengki,
kesombongan, keserakahan, dan semacamnya bersemayam disini. Karena itu, Sistem Limbik sebagai
pusat fungsi luhur manusia tidak hanya terdiri dari Amygdala sebagai pusat
memori emosional melainkan juga ada Hipocampus sebagai pusat memori rasional.
Di dalam Hipocampus itulah segala memori rasional yang berasal dari proses
pembelajaran ilmiah tersimpan. Misalnya memori keadilan, kejujuran, kehati-hatian, kewaspadaan,
kesabaran, keikhlasan, dan berbagai pertimbangan yang bersandar pada logika,
rasionalitas, dan analisa.
Untuk bisa berlaku adil seseorang harus menggunakan logika, analisa dan
rasionalitas. Adil bukanlah produk emosional belaka. Melainkan produk dari sebuah
proses ilmiah. Sehingga, adalah sangat sulit bagi seseorang yang hanya
menggunakan perasaannya untuk berlaku adil. Pasti dia akan berat sebelah kepada
orang yang ’dirasa’ dekat dengannya, atau ’disenanginya’ atau ’dicintainya’.
Kejujuran juga bukan produk perasaan semata. Karena itu kejujuran tersimpan
di dalam Hipocampus, bukan di Amygdala. Untuk bisa jujur seseorang harus
melakukan perbandingan-perbandingan dengan sesuatu yang disebut ’tidak jujur’.
Dan karena dia tahu bahwa ketidakjujuran adalah tidak baik, maka ia pun memilih
jujur. Ini adalah proses rasionalitas, dan menggunakan analisa yang logis.
Demikian pula dengan kehati-hatian, kewaspadaan, kesabaran, dan keikhlasan.
Semua itu adalah produk dari proses rasional, logika dan analisa. Anda tidak
akan bisa bersikap hati-hati, sabar, waspada, dan ikhlas, dengan semata-mata
menggunakan emosi. Hasilnya bukan hati-hati tetapi malah ceroboh, tergesa-gesa,
dan narsis alias riya’.
Nah, keseimbangan antara memori rasional di Hipocampus dan memori
emosional di Amygdala itulah yang membentuk Sistem Limbik. Sehingga memunculkan
sifat-sifat dasar yang merupakan perpaduan antara emosi dan pikiran.
Namun, Hippocampus dan Amygdala itu memang hanya berfungsi sebagai pusat
memori belaka. Yakni tempat penyimpanan karakter. Ada yang bersifat
bawaan, ada pula yang bersifat bentukan dari pengalaman dan pembelajaran. Emosi
bisa dibentuk, pikiran juga bisa dibentuk. Keduanya menghasilkan memori yang
berbeda di kedua komponen Sistem Limbik itu.
Misalnya, seseorang bisa dilatih untuk menjadi pemarah, atau menjadi penyabar. Dia
juga bisa dilatih serakah ataupun dilatih dermawan. Bisa juga dilatih curang,
atau dilatih adil, dan seterusnya. Hasil atas latihan itu akan tersimpan di
kedua pusat memori itu dan membentuk sifat. Yang emosional berada di Amygdala,
sedangkan yang rasional terekam di Hipocampus.
Sehingga ketika proses limbik bekerja, acuan untuk memutuskan suatu sikap
adalah dirujukkan ke kedua pusat memori tersebut. Jika emosional merujuknya
ke Amygdala, jika rasioanal merujuk ke Hipocampus. Ada orang-orang yang
Amygdalanya bekerja secara lebih dominan, maka dia akan menjadi orang yang
bertipikal emosional. Sedikit-sedikit marah, suka berkelahi, temperamental, dan
semacamnya.
Sebaliknya, ada orang yang untuk marah dia berpikir dulu, untuk berkelahi
menimbang-nimbang dulu, untuk menumpahkan emosi mencari waktu dan cara yang
sesuai dengan situasi dan kondisinya. Orang yang demikian ini memori
Hipocampusnya lebih dominan dibandingkan Amygdalanya. Nah, keduanya bisa
dilatih dan dibentuk dengan rekaman-rekaman kejadian sepanjang hidupnya.
Lebih dari itu, Sistem Limbik juga melibatkan komponen lain yang saya
sebut di note sebelumnya, yakni: Thalamus, Gyrus Cingulata, Nucleus
Basal, dan Prefrontal Cortex. Yang saya sebut terakhir ini memainkan
peranan penting dalam proses munculnya kreatifitas peradaban manusia. Cortex
adalah lapisan terluar dari otak manusia yang berwarna abu-abu, dimana seluruh
karya ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, hikmah, dan peradaban secara
menyeluruh dihasilkan.
Semakin luas permukaan otak seorang manusia, semakin pintarlah dia. Disinilah perbedaan otak manusia
dan binatang, sehingga binatang tidak bisa menghasilkan peradaban. Sama-sama
memiliki sistem limbik, tetapi otak binatang lebih dikuasai oleh Amygdalanya.
Hipocampusnya kurang berkembang, karena memori rasionalnya tidak mendapat
masukan pengalaman peradaban dari bagian cortex.
Inilah bagian sistem Limbik yang menyebabkan manusia memiliki fungsi luhur
sebagai manusia. Yang tanpa itu, manusia tidak memiliki perbedaan dengan
binatang. Maka, tidak heran jika Allah mengatakan bahwa manusia akan menjadi
seperti binatang jika tidak menggunakan fungsi luhurnya itu. Mereka menggunakan
Amygdalanya lebih dominan dibandingkan Hipocampusnya.
QS. Al A’raaf (7): 179
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin
dan manusia, mereka mempunyai hati (Qalb), tetapi tidak dipergunakannya
untuk memahami (yafqahuna) dan mereka mempunyai mata tidak
dipergunakannya untuk melihat (yubshiruna), dan mereka mempunyai telinga tidak
dipergunakannya untuk mendengar (yasma’una). Mereka itu bagaikan BINATANG
ternak, bahkan mereka lebih sesat (rendah) lagi. Mereka itulah orang-orang yang
lalai (tidak waspada).
Memahami (yafqahuna) dengan hati itu adalah sebuah proses untuk
merujuk ke Hipocampus. Karena disinilah proses rasional, logis, dan analitis
terjadi. Sedangkan Amygdala sekedar perasaan emosional belaka, tanpa ada proses
kepahaman. Hasil olahan Sistem Limbik ini lantas dikirim ke jantung menjadi
sebuah desir frekuensi yang khas. Frekuensi sabar berbeda dengan frekuensi
marah, desir keikhlasan berbeda dengan desir riya’, getaran rendah hati berbeda
dengan getaran kesombongan, dan lain sebagainya.
Karena itu, meskipun proses kecerdasan hati terjadi di Fuad alias Hati
Dalam – di Otak, di kepala – tapi perasaan akan kepahaman tetap berdesir di
jantung yang berada di dalam dada, alias Qalbu...! Masih bersambung... :)
Wallahu a’lam bishshawab
~ salam ~
Agus Mustofa
0 komentar:
Posting Komentar