Karakter adalah sebuah kepribadian yang
dimiliki seseorang. Karakter ini dapat mencerminkan masa depan seseorang
nantinya. Jika kita memiliki karakter yang bermartabat dan berbudi luhur,
niscaya orang akan lebih menghargai serta menghormati kita. Karakter seseorang
tercermin dari tingkah laku dan kebiasaan orang tersebut sehari-hari. Tak
halnya dengan pendidikan karakter. Pendidikan karakter sangat penting
diterapkan untuk semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Salah satunya
adalah untuk orang cacat. Kerena seperti kita ketahui bahwa orang yang kurang
sempurna secara fisik dan mental akan terasa lebih sulit menerima apa yang kita
berikan baik berupa lisan maupun secara tingkah laku. Di era modern ini, banyak
orang yang memandang sebelah mata pada orang cacat. Kebanyakan orang tersebut
adalah orang yang merasa dirinya paling sempurna dan mereka menganggap bahwa
orang yang kurang sempurna tidak dapat menggali potensinya. Mereka meragukan
potensi yang dimiliki para penyandang cacat tersebut. Padahal sekarang ini
banyak kita temui orang cacat yang berhasil mengukir prestasinya secara
gemilang, bahkan prestasi tersebut bisa jadi melebihi prestasi orang yang
secara fisik dan mental dianggap normal. Banyak kita temui di berbagai media
massa orang difable yang menjadi duta besar di Australia, Amerika, Inggris, dan
negara maju lainnya. Mereka membawa nama baik Indonesia melalui berbagai cara.
Ada yang sebagai trainer, pianis, musisi, bahkan ada juga yang melalui ajang
suatu perlombaan. Selain di bebagai media massa, dalam kehidupan sehari-haripun
kita sering menjumpai orang difable dengan prestasinya yang sangat gemilang.
Mereka tidak pernah letih untuk berusaha menghasilkan sesuatu untuk dirinya
sendiri maupun untuk orang lain. Tentunya tak luput dari bantuan orang-orang
yang berada di sekitarnya.
Terkait
dengan masalah tersebut maka pendidikan karakter sangat berperan di dalamnya. Karena
pendidikan karakter harus dimiki setiap orang seiring karya yang mereka
hasilkan. Dalam hal ini adalah pendidikan karakter untuk kaum difable. Penddikan
karakter untuk orang difable berbeda dengan orang yang normal. Bagi orang yang
tuna rungu dan tuna wicara harus menggunakan metode tulisan, perbuatan atau
melalui visual. Mereka akan sulit menangkap apa yang kita maksud jika kita
berbicara kepada mereka tanpa menggunakan isyarat yang jelas. Begitu juga untuk
orang difable yang lainnya. Oleh karena itu perlu adanya teknik dan strategi
yang baik untuk mendidik orang difable, supaya para difable dapat memahami apa
yang kita maksudkan. Dan perlu kita ketahui beberapa hal agar para difable
dengan mudah merespon maksud kita, yaitu harus benar-benar memahami kejiwaan
mereka, memahami keadaan mereka, mengerti apa mau mereka, supaya apa yang kita
ajarkan kepada meka tidak sia-sia dan akan sangat mudah mereka cerna. Karena jika
mereka dalam keadaan terkekang atau tidak sesuai dengan keinginan mereka, maka
apa yang kita ajarkan kepada mereka tidak akan tercerna oleh mereka, dan mereka
akan merasa marah dengan sikap kita yang terus-terusan menghardik mereka untuk
mau melakukan apa yang kita suruh kepada mereka, karena mendidik orang difable
tidak semudah mendidik orang yang normal.
Pastilah
banyak faktor-faktor yang akan jadi penghalang bagi para pengajar, karena memerlukan
mental yang benar-benar kuat untuk mengajar orang yang difable. Juga perlu adanya
alat dan fasilitas yang sesuai serta memadai. Salah satu Lembaga yang dapat
digunakan untuk mendidik para difable adalah Sekolah Luar Biasa (SLB) yang dapat
kita temui di hampir setiap wilayah. Sekolah ini berperan mengajarkan
siswa-siswi untuk berfikir kreatif, di samping itu juga untuk melatih keaktifan
setiap siswanya dalam melakukan suatu aktifitas. Tidak semua sekolah SLB
memiliki fasilitas yang memadai untuk medidik siswa-siswinya. Banyak SLB yang
masih minim prasarana, misalnya tidak lengkapnya buku Braille, proyektor bagi
tuna netra, bahkan sarana prasarana yang digunakan untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar di sekolah tersebut sehingga
dalam mendidik siswa-siswinya menjadi kurang maksimal. Sangat miris memang,
karena seharusnya orang seperti mereka mendapatkan perhatian lebih dari
pemerintah. Akan tetapi pemerintah kurang begitu mempedulikan kondisi mereka.
Pemerintah sibuk mengurusi urusan yang lainnya, tetapi mengesampingkan urusan
yang satu ini. Sebenarnya pemerintah telah mengalokasikan dana untuk
pendidikan, akan tetapi tidak meratanya pembagian dana di setiap wilayah
mengakibatkan hak-hak anak yang seharusnya dapat mengenyam pendidikan menjadi
terampas terutama untuk anak-anak difable. Akibatnya, di daerah-daerah
terpencil yang sulit untuk di jangkau tidak mempunyai sekolah tersebut,
sehingga bagi mereka yang menyandang penyakit cacat tidak bisa mengenyam
pendidikan. Alhasil, mereka menjadi tidak dapat membaca, menulis, bahkan tidak
mempunyai keterampilan. Biasanya, mereka hanya dapat membantu pekerjaan orang
tua mereka yang ringan, dan hasilnya pun tidak akan maksimal. Para orang tua
yang memiliki anak dengan segala keterbatasan, telah melakukan berbagai upaya
agar anak mereka dapat dan mampu untuk membaca serta menulis. Mereka ingin menyekolahkan
anaknya di SLB, namun mereka tidak punya cukup biaya untuk hal tersebut. Untuk
makan sehari-hari saja mereka harus kerja keras banting tulang, bagaimana
jadinya jika mereka harus menyekolahkan anak mereka?. Apalagi seperti kita
ketahui bahwa untuk mengenyam pendidikan di SLB bukanlah hal yang murah, akan
tetapi memerlukan biaya yang tinggi. Anak difable juga harus memilki semangat
yang tingi untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan, mereka tidak boleh hanya
berpagku tangan tanpa melakukan suatu usaha apapun. Tanpa belajar di sekolah
pun seharusnya mereka dapat belajar membaca dan menulis sendiri jika orang tua
mereka memang tidak mampu untuk menyekolahkan mereka. Alternatif lain yaitu
peran orang tua yang lebih memperhatikan anak dan selalu mengajarinya serta
mengenalkan hal-hal baru untuk memacu kinerja otak anak tersebut. Anak difable
sebenarnya mempunyai perasaan bahwa mereka tidak ingin dianggap dirinya cacat.
Mereka ingin bahwa mereka disamakan dengan orang yang normal, dalam artian
mereka tidak mau jika hidup mereka terus dituntun karena pada saatnya mereka
harus mandiri.
Bagi orang tua yang
memiliki cukup uang untuk menyekolahkan anak-anak mereka atau membawa anak
mereka ke psikiater, mereka juga harus menghadapi kendala. Misalnya yaitu tidak
adanya fasilitas umum yang disediakan untuk kaum difable. Orang tua merasa
kesulitan jika mereka harus naik kendaraan umum karena tidak ada jalan khusus
bagi kaum difable. Begitu juga untuk kamar mandi umum yang jarang menyediakan
khusus untuk kaum difable. Solusinya adalah masyarakat menyampaikan aspirasinya
kepada pemerintah agar pemerintah lebih memperhatikan kaum difable dan
masyarakat juga harus memelihara fasilitas yang lain agar tidak cepat rusak
sehingga proyek pembangunan untuk kaum difable dapat terencana. Dan untuk
pemerintah, sebaiknya tidak hanya mengurusi masalah satu hal saja sehingga
mengesampingkan urusan yang lain, akan tetapi pemerintah harus melaksanakan
tugasnya sebaik mungkin sebagai wakil rakyat, agar rakyat tidak merasa tertidas
dan terampas haknya.
Kembali lagi mengenai
pendidikan karakter. Dalam membangun bangsa ini diperlukan karakter jiwa muda
yang bermartabat dan berbudi luhur. Tanpa adanya karakter tersebut, suatu
bangsa akan dianggap lemah dalam menghadapi berbagai macam masalah dan bangsa
ini tidak akan bangkit dari keterpurukan. Misalnya dalam menghadapi suatu kasus
korupsi maupun pidana hukum. Jika pemimpin bangsa tidak memiliki karakter yang
berbudi luhur, maka penyuapan akan terjadi dimana-mana, penindasan rakyat, yang
kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin. Tak halnya dengan
kaum difable. Jika mereka tidak dididik sedini mungkin mereka akan merasa bahwa
hidup mereka bebas, tidak ada yang mengatur mereka. Alhasil karakter mereka
menjadi buruk. Padahal jika kita dapat mendidik mereka dengan cara yang baik
dan benar, maka tidak dipungkiri bahwa mereka akan menjadi orang yang berguna
bagi bangsa dan negara ini. Bahkan mereka juga bisa menjadi pemimpin bangsa
ini. Intinya adalah kita tidak boleh meremehkan para kaum difable, karena
dibalik kekurangan mereka, mereka mempunyai suatu kelebihan yang luar biasa.
Seiring dengan
perkembangan zaman, pendidikan karakter untuk kaum difable perlu dikembangkan
agar nantinya orang-orang yang memiliki potensi seperti mereka dapat
mengembangkan potensinya dan mereka tidak lagi dipandang sebelah mata oleh
orang lain. Banyak peralatan teknologi yang sudah maju, dengan demikian akan
memudahkan kaum difable untuk mengembangkan bakat dan potensinya. Dengan
demikian tidak ada lagi perbedaan antara kaum penyandang cacat dengan kaum
normal secara psikologi.
0 komentar:
Posting Komentar