BAGI umat Islam belajar sains adalah ibadah. Karena sains itu sendiri adalah perwujudan dari ilmu
Allah di alam semesta, yang disebut sebagai ayat-ayat KAUNIYAH. Karena itu, wahyu yang pertama
turun kepada Rasulullah SAW adalah perintah membaca – IQRA’. Dan wahyu keduanya
adalah AL QALAM (Pena). Jadi, betapa eksplisitnya Allah memberikan
perhatian kepada ilmu pengetahuan terkait dengan proses beragama Islam.
Itulah yang saya tuliskan dalam note sebelumnya sebagai MENTAUHIDKAN ilmu
pengetahuan. Bahwa agama dan ilmu bukanlah sesuatu yang terpisah.
Apalagi bertabrakan. Tidak ada seorang muslim pun yang sudah memahami agamanya
dengan baik, menabrakkan agama dan sains. Menabrakkan agama dan sains itu
adalah pekerjaan orang-orang sekuler, termasuk di dalamnya Atheis. Karena itu,
notes ini saya beri tema: Sekularisme vs Ketauhidan. Yang satu memisahkan
agama & sains, yang lainnya menjadikannya dalam satu tarikan nafas sebagai
praktek keagamaannya.
Cikal bakal paham sekuler yang memisahkan agama dengan sains itu sebenarnya
diawali di Eropa, dimana agama yang dominan waktu itu adalah Kristen dengan
kekuasaan gereja yang hampir tidak ada batasnya. Pemberontakan terhadap kekuasaan gereja dengan segala
hegemoninya itulah yang memunculkan ilmuwan-ilmuwan sekuler penentang ajaran
Kristen. Termasuk pemberontakan mereka terhadap ajaran agama yang dianggapnya
tidak ‘ilmiah’. Karena bertentangan dengan sains. Sehingga memunculkan tragedi
Galileo, misalnya.
Hal semacam ini tidak terjadi di dalam sejarah Islam. Agama Islam tidak
pernah memisahkan agama dari ilmu pengetahuan. Apalagi membunuhi ilmuwan. Alih-alih
menghukumnya, para khalifah malah mendukung perkembangannya. Sehingga
bermunculanlah tokoh-tokoh ilmu pengetahuan kelas dunia di zaman keemasan
Islam, dengan fasilitas-fasilitas penelitian yang sangat maju di masanya.
Diantaranya yang sering kita dengar adalah Al-Fazari, Astronom Islam
yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Farghani alias Al-Faragnus, penulis
ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh
Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis.
Di bidang kedokteran kita kenal nama Ar-Razi dan Ibnu Sina. Ar-Razi adalah penemu penyakit
cacar dan penyusun buku kedokteran anak pertama kalinya. Sedangkan Ibnu
Sina adalah seorang filosof penemu sistem peredaran darah pada manusia. Salah
satu karyanya, al-Qonun fi al-Thibb merupakan ensiklopedi kedokteran
paling besar dalam sejarah.
Di bidang optikal, Abu Ali al-Hasan ibn al-Haitsami alias Alhazen adalah fisikawan yang
berpendapat untuk pertama kalinya bahwa bukan mata yang mengirim cahaya
ke benda, melainkan bendalah yang mengirim cahaya ke mata.
Dalam ilmu kimia, Jabir ibn Hayyan adalah tokoh terkenalnya. Sedangkan di bidang matematika
dikenal nama Muhammad ibn Musa al-Khwarizmi, yang juga mahir dalam bidang
astronomi. Dialah pencipta ilmu Aljabar. Kata Aljabar berasal dari judul
bukunya, al-Kitab al-Mukhtashor fi Hisab al-Jabr wa al-Muqobalah
Dalam ilmu sejarah terkenal nama al-Mas'udi. Dia juga ahli Geografi yang
mengarang buku Muuruj al-Zahab wa Ma’adin al-Jawahir. Sementara itu, di bidang
filsafat ada tokoh-tokoh terkenal seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibn Rusyd.
Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan,
etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Sedangkan Ibn Sina
mengarang asy-Syifa'. Ibn Rusyd yang di Barat lebih dikenal dengan nama
Averroes, banyak mempengaruhi pola pikir Barat sehingga di sana ada aliran
Averroisme. Dan lain-lainya. Dan seterusnya.
Maka, menjadi ‘tidak nyambung’ memang, jika ada bantahan yang
mempertentangkan antara ‘agama’ dengan sains dialamatkan kepada umat Islam. Itu
sama saja dengan mempertentangkan antara pohon dengan batang, atau cabang, atau
ranting-ranting. Lha ya nggak klop-lah… :(
Bagi umat Islam mempelajari ilmu pengetahuan adalah ibadah. Dan bernilai pahala. Karena,
sains tak lebih hanyalah ALAT untuk memahami ilmu-ilmu Allah yang dihamparkan
di alam semesta. Ratusan ayat ilmu pengetahuan yang bertaburan di dalam
Al Qur’an, dan mendorong umat Islam agar melakukan pembuktian-pembuktian secara
saintifik. Misalnya, ayat populer berikut ini.
QS. Al Ghaasiyah (88): 17-20 (^-^)
Maka apakah mereka tidak MENGOBSERVASI unta bagaimana dia diciptakan? Dan
langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
QS. An Nahl (16): 79
Tidakkah mereka MENGOBSERVASI burung-burung yang dimudahkan TERBANG di
angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (pelajaran) bagi
orang-orang yang beriman.
QS. Asy Syu’araa (26): 7
Dan apakah mereka tidak MENGOBSERVASI bumi, berapakah banyaknya Kami
tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?
QS. Al Qashash (28): 72
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu
siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang
akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah
kamu tidak MENGOBSERVASINYA?"
QS. Luqman (31): 31 (^-^)
Tidakkah kamu MENGOBSERVASI bahwa sesungguhnya KAPAL itu BERLAYAR di laut
dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari
tanda-tanda (ilmu)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (pelajaran) bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak
bersyukur.
QS. As Sajdah (32): 27
Dan apakah mereka tidak MENGOBSERVASI, bahwasanya Kami menghalau (awan yang
mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu
tanam-tanaman yang daripadanya (dapat) makan binatang-binatang ternak mereka
dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan?
QS. Yaa Siin (36): 77
Dan apakah manusia tidak MENGOBSERVASI bahwa Kami menciptakannya dari
setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!
QS. Az Zumar (39): 21
Apakah kamu tidak MENGOBSERVASI, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan AIR
dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian
ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu
ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian
dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
QS. Al Mukmin (40): 21
Dan apakah mereka tidak mengadakan PERJALANAN di muka bumi, lalu memperhatikan
bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka. Mereka itu lebih hebat
kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas SEJARAH mereka di
muka bumi, maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan mereka
tidak mempunyai seorang pelindung pun dari azab Allah.
QS. Muhammad (47): 24
Maka apakah mereka tidak MENGOBSERVASI Al Qur'an ataukah hati mereka
terkunci?
QS. Adz Dzaariyat (51): 21
dan (juga) pada DIRIMU sendiri. Maka apakah kamu tidak MENGOBSERVASINYA?
QS. Al Mulk (67): 19
Dan apakah mereka tidak MENGOBSERVASI burung-burung yang MENGEMBANGKAN dan
mengatupkan SAYAP-nya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya selain Yang
Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.
QS. Abasa (80): 24
maka hendaklah manusia itu memperhatikan MAKANAN-nya.
QS. Ath Taariq (86): 5
Maka hendaklah manusia memperhatikan DARI APA dia diciptakan?
Dan sebagainya, dan seterusnya. Demikian banyak ayat-ayat motivasi untuk
melakukan penelitian dan pembelajaran ilmu pengetahuan. Kualitas keislaman
seseorang dan penghambaannya kepada Allah sangat terkait dengan ilmu
pengetahuannya. Sehingga Allah menyebut ‘HANYA’ para ILMUWAN-lah yang
benar-benar ‘takut’ kepada Allah. Yang bukan ilmuwan (ulama), takutnya
hanya sekedar pura-pura takut, atau ditakut-takutkan, atau dipaksa takut.
QS. Faathir (35): 27-28
Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu
Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di
antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam
warnanya dan ada yang hitam pekat.
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan
binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya. Sesungguhnya yang TAKUT kepada
Allah di antara hamba-hamba-Nya, HANYA-lah para ULAMA (ilmuwan). Sesungguhnya
Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun.
Maka, ringkas kata, dalam Islam tidak ada pemisahan alias sekulerisme
antara agama dan sains. Pembelajaran ilmu pengetahuan justru digunakan untuk
menyempurnakan proses berserah diri kepada Allah sebagai puncak kualitas
seorang muslim. Bahwa, kemudian ada yang menuduh Islam sebagai agama
dogmatis dan doktrinal yang berlawanan dengan sains, yaah itu hak orang
untuk bicara apa saja. Umat Islam lebih baik menanggapinya dengan berbesar
hati. Kebenaran adalah milik Allah, dan kelak akan Dia buktikan sendiri kepada
seluruh manusia. Umat Islam diajari untuk rendah hati, dan memaafkan
‘ketidak-tahuan’ mereka dengan cara-cara yang baik… :)
QS. Al Hijr (15): 85-86
Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya, melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya (kebenaran) hari kiamat itu
pasti akan datang, maka MAAFKANLAH (mereka) dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dia-lah Yang Maha Pencipta lagi Maha MENGETAHUI.
~ Salam Mentauhidkan Ilmu Pengetahuan ~
Agus Mustofa
0 komentar:
Posting Komentar